MADRASAH KEHIDUPAN


IBU YANG PERTAMA MENGENALKAN CINTA DAN KASIH SAYANG, IBU YANG PERTAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN, IBU YANG MEMBERI WARNA KEHIDUPAN, IBU MADRASAH PERTAMA KEHIDUPAN

Minggu, 02 Mei 2021

RAHASIA HATI SYAFIA 27

 


Ternyata ada beberapa pesan di WhatApp dari nomor dengan pria dengan gurta wajah seperti wajah Andi. 

"Assalamualaikum.. "

"Bagaiman kabar ukhti Syafia... "

Membaca pesan di WA tersebut hati Syagia semakin berdebar.... Benarkah ini pean dari mas Andi? Di memanggil aku ukhti? Apakah dia telah berhijrah juga?! Tanya hati Syafia sebelum melanjutkan membaca pesan-pesan berikutnya. 

"Maaf kalau saya lancang... Saya mendapat nomor WA ukhti dari teman ukhti Santi... Kebetulan kemarin bertemu tidak sengaja di suatu majlis... " Lanjut pemilik nomor berfoto profil seperti Andi. 

"Aku Andi... Mudah2an ukhti Syafia tidak lupa" Kalimat penutup yang menjawab semua kegelisahan dan doa Syafia, akhirnya terhubung kembali dengan Andi. 

Syifa tidak langsung menjawab pesan WhatsApp dari Andi, Syafia bingung harus berkata apa?! Yang sebenarnya ingin Syafia sampaikan adalah pertanyaan apakah Andi sudh menikah? Ataukah Andi masih mencintainya? Tapi rasanya mustahil menyampaikan itu semua. Sangat tidak layak, seorang akhwat yang sudah ter tarbiyah begitu rendah harga dirinya, batin Syafia.

"Waalaikumsalam.. "

"Alhamdulillah... Kabar sy baik"

"Semoga demikian pula dengan mas Andi... "

Hanya kalimat itu yang mampu Syafia sampaikan, sangat standar sekali. Syafia tetap berharap Andi terus akan melanjutkan komunikasi ini. Syafia berharap Andi akan bercerita banyak dan menjawab semua tanyanya tanpa dia harus bertanya. Syafia berharap apa yang dirasakannya dalam hati, kerinduannya, rasa cintanya masih sambung dengan hati Andi, dan dia merasakannya juga. Seperti keyakinannya selama ini, selama kita memikirkan seseorang pasti orang tersebut juga akan memikirkan kita, ada magnet dalam hati manusia. Meskipun keyakinan yang tanpa ada dalil atau manhaj yang menguatkan, tapi Syafia selalu mempercayainya. Syafia juga yakin, doa-doa yang sellau dipanjatkan untuk mengetahui kabar Andi yang akan memantpkan jawaban atas pinangan ustadz Hamid akan dikabulkan oleh Allah. Syafia yakin, ini adalah bukan suatu kebetulan, tetapi merupakan proses takdir yang sedang Allah sekenariokan untuknya. Apakah dia harus menerima khitbah dari ukhti Ana untuk suaminya, atau akan menolaknya. 

"Alhamdulillah kabar saya dan keluarga baik... " Jawab Andi, yang membuat Syafia menjadi kehilangan harapan. Andi sudah berkeluarga?! Tangis hatinya. 

Syafia tidak mampu langsung merespon, dia tidak memungkiri kalau hatinya kecewa. Syafia tidak tau harus berkata apa? Tapi yang jelas Syafia tidak menginginkan Andi mengetahui perasaannya yang masih menyimpan rindu dan cinta yang teramat dalam untuknya. Apalagi kalau benar Andi sudah berkeluarga? 

"Alhamdulillah, salam utk istri dan keluarga ya... Terimakasih 🙏🏻🙏🏻" Jawab Syafia ingin memastikan Syafia benar sudah menikah, meski hatinya terasa nyeri. 

Syafia tiba-tiba merasa hancur, apakah dia sudah kehilangan harapan dengan Andi?! Apakah dia harus menerima menjadi istri kedua ustadz Hamid?! Sungguh dia harus menghianati prinsipnya sendiri, dia harus melanggar list atau daftar pria yang tidak akan diterima menjadi suaminya yang sudah dibuatnya sejak masih remaja, dintaranya; Laki-laki yang sedang menjalin hubungan khusus dengan seorang wanita, laki-laki yang sedang terikat dengan pernikahan meski tidak harminid, apalagi dengan laki-laki yang sudah menikah, mereka memiliki anak dn hidup harmonis. Mereka ini adalah orang-orang yang masuk dalam blacklist atau daftar hitam orang-orang yang akan menjadi suamiku, sampai kapanpun. Janji Syafia  kala itu dan selalu di ingat nya sampai kini. 

Barangkali sedang sibuk, ternyata balasan pesan Syafia di WhatsApp tidak segera dibaca apalagi dijawab oleh Andi. Syafia semakin berkecil hati, dia semakin yakin dirinya tidak lagi berarti bagi Andi. Melihat responAndi yang lambat terhadap pesan yang di akirimkna, Syafia seakan telah mengambil keputusan bahwa di aharus mengubur nama dan kenangan Andi dalam-dalam. Syafia matikan handphone nya, dia tidak mau terjebak dalam penantian aneh, penantian atas jawaban pesan yang sebenarnya tidak terlalu penting tapi cukup meresahkan hati Syafia. 

Untuk mengalihkan gilirannya tentang Andi yang baru mulai sambung komunikasi, Syafia menyibukkan diri membantu bibi Sumi memasak di dapur Asrama. 

"Neng Fia kenapa di sini?! Kata bik Sumi melihat Syafia tiba-tiba dudukanis di depannya, mengamati bibi Sumi ynag sedang meracik bumbu untuk memasak sayur. 

" Masak aba bi... Bisakah aku bantu... Sambil belajar bik?! Kata Syafia kemudian. 

"Memangnya Neng Syafia sudah tidak ada kerjaan, harus-harus ke dapur? 

" Sedang jenuh saja bik... Lihat kertas-kertas dari waktu ke waktu... Lagian aku pingin bisa masak bik.. " Jelas Syagia. 

"Apa ning Syafia mau nikah ini... Da mulai persiapan buat masakin Sumi nanti?! Tanya bibi Sumi tidak beaksud menyindir Syafia. Syagia kaget dengan pertanyaan Bibi Sumi yang sama sekali tidak dia juga. 

" Ah biar Sumi.. Ada saja... Y apingin bisa alasan saja bi" Jawabnya sekenanya. Dalam hati Syagia juga bertnaya-tanya, apakah memang aku sudah siap mau menikah tiba-tiba angin belajar memasak? Barangkali fikiran bawah sadar Syafia sedang menginstal dirinya untuk menyiapkan dirinya menikah? 

Syagia benar- benar ingin melupakan Andi, ada rasa amarah dan kecewa ayang teramat dalam ynag tanpa alasan hingga membuatnya tak hendak membuka HP nya sama sekali. Tidak seperti biasanya, HP Vivo berwarna gold itu sejak siang tidak disentuhnya sama sekali, dibiarkan mati. 

__________

Hingga pukul satu dini hari, Syafia takjua mampu memejamkan mata. Diambilnya HP yang seharian tidak disentuhnya. Dia hidupkan, dan byuurr ramai suara notifikasi pesan yang masuk dari wah atau pesan pribadi teman-temnanya. Diantara ada 10 pesan pribadi dari WA dg profil gambar Andi. Kembali Syafia mencoba mengukir sedikit harapan, apa yang selama ini dia rasakan tidak bertepuk sebelah tangan. 

" InsyaAllah akan sy sampaikan.. " Jawaban Andi yang memastikan kalau dirinya sudah benar-benar menikah. Syafia mencoba menekna perasaan sedihnha. 

" Saya dengar dek Fia bekerja di pesantren ya... Alhamdulillah pasti alim sekarang " Ditutup dengan icon jempol dua. 

"Apakah dek Syagia sudah menikah...? 

" Aku doakan semoga sakinah mawadah wa Rahmah.. "

"Gembira sekali sy bisa bersilaturahim dengan dek Fia... Setalah sekian lama tidak saling berkirim kabar"

"Maaf... Barangkali sudah tdk pantas sy memnaggil dek ya... Mohon ijin aku panggil ukhti saja... "

"Selalu ada doa untuk ukhti... "

Semoga ukhti selalu sukses dan bahagia.. "

"Aamiinn.. " 

Monolog Andi yang agak panjang menggugurkan statemen Syafia jika Andi sudh melupakan dan tidak memperdulikan nya lagi. Beban perasaan yang telah Syafia tanggung kan selama ini membuatnya menjadi sangat sensitif. Namun jawaban pesan Andi menjadikan Syagia kembali gamang, Syagia semakin bimbang akan mengambil langkah kemana. 

Meskipun Syafia yakin Andi telah berkeluarga, namun ada kuncup dihatinya ketika Andi menjawab pesannya dengan panjng. Di merasa Andiasih belum berubah dari Andi yang dikenalnya dulu yang penuh dengna perhatian. Hnya karena waktu yng sekian lamaemisahkan, menjadikan mereka kali canggung dan mencoba menyibak misteri masing-masing dengn penuh hati-hati. Ada kuncup kecil di hati Syafia.. 

Syafia seakan lupa dengan sederetn type lelaki yang telah dia blacklist untuk menjadi suaminya. Untuk Andi sepertinya daftar itu tak lagi berarti. 

"Ada aa dengan diriku...?! Syafia semakin terperosok dalam kegalauan yang semakin dalam. 

NEXT


Tidak ada komentar:

Posting Komentar