MADRASAH KEHIDUPAN


IBU YANG PERTAMA MENGENALKAN CINTA DAN KASIH SAYANG, IBU YANG PERTAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN, IBU YANG MEMBERI WARNA KEHIDUPAN, IBU MADRASAH PERTAMA KEHIDUPAN

Jumat, 23 April 2021

RAHASIA HATI SYAFIA 22

 

Syafia mengajak Ana ke gazebo samping asrama santri, gazebo berukuran 3m x 3m yang dikelilingi dengan taman bunga yang cukup teramat,en jadikan suasana di tempat itu asri, nyaman dan tenang. Apalagi saat jam masuk kelas, para santri biasanya memanfaatkan gazebo ini saat istirahat belajar untuk melepas kepenatan fikiran. 

Di halaman yang luasnya sekitar 1000 m2 itu ada setidaknya 4 gazebo yang terawat indah.  Gazebo-gazebo tersebut sengaja didirikan untuk para wali santri yang sedang berkunjung, agar bisa bercengkerama dengan putri mereka mengobati rindu karena sekian bulan baru boleh bertemu. Orang tua santri di Ar Rohman Boarding School ini boleh berkunjung setiap dua bulan sekali, sehingga saat jadwal kunjungan area gazebo inienjadi tempat paling ramai di asrama Ar Rahmah Boarding School atau yang sering mereka sebut RBS. 

Syafia sengaja mengajak Ana menuju gazebo paling ujung, situasiny paling asri karena dekat dengan air mancur  yang modifikasi indah dan alami. 

Sepanjang waktu berjalan menuju Gazebo yang merek tuju, tidak banyak mereka berkata-kata, menambah penasaran Syafia akan apa permasalahan yang ingin disampaikan Ana sang murobbi kepadanya. 

 "ada apakah dengn ukhti Ana?! Adakah yang salah dariku kepadanya? Tanya Syafia dalam hati. Pertanyaan yang tentunya tidak akan terjawab. 

Namun Syafia juga tidak berani untuk. menanyakan perihal sikap Ana kepadanya. Ana adalah guru nya yang sudah membimbing nya hingga menjadi seperti ini. Syafia sering berkata pada temannya, dia sangat bersyukur sudah dipertemukan dengan ukhti Ana dan akhwat-akhwat yang sudah dia anggap saudaranya, yang telah membawanya ke dunia yang benar-benar lain dari dunianya, berbeda dari dunia Syafia masa lalu yang bisa dibilang jahiliyah. 

" Ukhti... Kita bicara-bicaranya di sini saja ya..? Tanya Syafia pada Ana meminta persetujuan. 

"Iya ukhti ndak apa-apa... Di sini juga suasana nya enak" Jawab Ana datar. 

Sejurus kemudian mereka memgmbil tempat duduk lesehan di Gazebo yang setiap harinya terjaga bersih dan suci. 

"Maaf ukhti ada apa ya... Sepertinya ada sesuatu yang penting " Syafia mencoba memulai pembicaraan, melelehkan situasi yang semakin kaku. Dan Ana masih tetap diam saja, dengan mencoba untuk membentuk bibirnyenkadi sebuh senyuman, meski ti tangkap oleh Syafia sedikit dipaksakan. 

"Barangkali saya ada salah ukhti... " Lanjut Syafia. 

"Tidak kok ukhti tidak ada salah sedikitpun... Gimana di sini ukhti sudah krasan?! Ana balik bertanya pada Syafia. 

" Ahamdulillah ukhti kami kerasan di sini.. Kami sampaikan banyak terimakasih ukhti Ana sudah membawa kami ke sini... Saya sangat berhutang budi pada ukhti?!  Kata Syafia smbil tertunduk hari. 

Sesaat mereka saling tidak bicara, gemericik air mancur menambah sendu suasana siang itu, semakin lengkap dengn hembusan angin sepoi dari pohon paleng di sekitar gazebo yang terkadang melambai-lambai. 

" Maaf ukhti Fia.. Ada yang ingin saya sampaikan pada ukhti... " Ana membuka percakapan. 

" Tapi ukhti jangan kaget... Dan semua keputusan terserah pada ukhti" Sambung Ana yang membuat Syafia semakin penasaran. 

" Iy ukhti... Ada apa? Saya jadi semakin takut.. Apa saya ada salah ukhti?! Tanya Syafia sekali lagi karena takut dia melakukan kesalahan yang tidak dia sengaja. 

" Ukhti Fia sering ya bertemu ustadz Hamid?! Tanya Ana kemudian. 

Syafia semakin takut, "ada masalah apa ini? Batinnya. 

" Ya kalau sedang ada rapat saja ukhti... " Jawab Syafia agak sedikit takut. 

" Artinya ukhti sudha tahu dan mengenal ustadz Hamid ya... " Lanjut Ana. 

"Saya mengenal beliau sebatas beliau ada sumi ukhti Ana dan pimpinan pesantren ini ukhti " Jawab Syafia diplomatis. 

" Maaf ukhti... Andai ustadz Hamid menghendaki ukhti gimana? Pertanyaan Ana yang sangat mengejutkan Syafia, tetapi Syafia tidak ingin berasumsi. 

" Menghendaki saya bagaimana ukhti...?! Tanya Syafia balik menegaskan maksud sebenarnya dari perkataan Ana. 

"Ustadz Hamid ingin menjadikan ukhti sebagai matang " Jelas Ana lirih. 

Mendengar jawaban Ana, Syafia merasa bagai tersengat listrik 1000 watt, antara percaya dan tidak?! Bahkan Syafia berharap yang barusan dialaminya ini hanyalah sebuah mimpi. Dia cubit tangannya, ternyata benar ada rasa sakit. 

Berarti ini nyata" Batin Syafia. 

NEXT


"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar