MADRASAH KEHIDUPAN


IBU YANG PERTAMA MENGENALKAN CINTA DAN KASIH SAYANG, IBU YANG PERTAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN, IBU YANG MEMBERI WARNA KEHIDUPAN, IBU MADRASAH PERTAMA KEHIDUPAN

Minggu, 09 Agustus 2020

CERBER : RAHASIA BILIK HATI Part 9

 RAHASIA BILIK HATI

Part 9




Syafia dan adiknya Syifa masih nampak sembab kedya matanya. Berbalut busana dan jilbab hitam, mereka tidak pedulikan para tamu yang datang melayat ayahnya yang akhirnya tiada. Syafia dan Syifa terus saja melantunkan ayat suci di depan jenazah ayah yang terpaksa dengan ikhlas harus mereka lepaskan.

Setelah hampir tiga bulan dalam kondisi koma dan hidup dalam ketergantungan terhadap mesin bantu pernafasan dan mesin-mesin lain yang membuat ayah Syafia sekian bulan terlilit rangkaian sakti tersebut. Akhirnya dengan kesepakatan keluarga besarnya, Syafia didampingi adik ayahnya menyampaikan pada tim dokter yang merawat ayahnya, bahwa Syafia dan adiknya Syifa jika sekiranya semua alat dicabut dan Ayah mereka tidak lagi dapat diselamatkan.

Tentunya keputusan yang tidak mudah bagi Syafia dan Syifa adiknya, teyapi melihat ayahnya berbaring berbulan-bulan dalam diam membuat Syafira dan adiknya harus terpaksa merelakan sang Ayah. Mereka berharap, barangkali akan lebih baik buat ayah dengan harapan ayah dan ibj mereka akan berjumpa di alam baqa.

Disamping itu, biaya pengobatan sang ayah sudah tidak mampu lagi ditanggung syafia. Mobil sang ayah sudah di jual oleh pamannya untuk biaya pengobatan papanya. Bahkan rumah pun telah diagunakan untuk hutang demi kesembuhan sang ayah. Syafia dan Syifa sangatctidak mungkin menghalangi takdir Allah, mungkin sudah saatnya sang papa harus menghadap ke haribaanNya.

"Semoga paa dan mama dapat berkumpul di surgaNya ..." sebuah kalimat yang terus saja mereka ucapkan untuk menguatkan hati mereka yang telah kehilangan kedua orang tua yang mereka cintai.

__________

Berselang beberapa minggu setelah sang Papa meninggal, semua keluarga sudah mulai meninggalkan Syafia dan adiknya di rumah mereka. Hanya om Andri  dan istrinya saja yang masih tidak tega meninggal Syafia dan adiknya di rumah mereka berdua saja.

Istri om Andri tante Tina menvoba membujuk Syafia dan Syifa untuk tinggal di rumah mereka selama mereka berduka. Tapi sepertinya Syafia masih enggan meninggalkan satu-satunya kenangan terindah dengan kedua orang tua mereka.

Tapi akhirnya Syafia menyerah, setelah Syifa adiknya menyatakan ingin ikut ke rumah om dan tantenya. Selanjutnya, mereka berdua pindah ke rumah om di kota Surabaya. Syifa terpaksa pindah sekolah ke Surabaya dan Syafia tetap harus menyelesaikan tugas akhir kuliahnya di Malang.

Hari - hari Syafia menjadi sangat berubah, dia tidak lagi aktif bersama teman-teman aktivisnya. Dia lebih suka menghabiskan waktunya di kamar, mengaji atau mengerjakan tugas akhirnya. Bahkan beberapa kali kegiatan halaqoh dia tidak hendak mengikutinya. Sangat berbeda dengan Syafia beberapa bulan lalu, yang ceria dan selalu semangat belajar terutama diskusi tentang Islam.

" Ukhti Fia dapat salam dari ukhti Ana ... " kata Aida sepulang dari sesi tarbiyah rutin mereka, sembari mengambil tempat duduk di atas ranjang di sebelah Syafia yang sedang serius membaca diktat.

"Waalaihas salam" jawab Fia singkat menoleh sesaat  melihat wajah Aida dan lanjut menelusuri barisan kata demi kata di buku diktatnya .

" Fia ... Sebagai sahabat aku ikut sedih melihat Fia seperti ini ... " kata Aida pelan memecah keheningan setelah beberapa saat suasana mereka berdua terdiam.

" Bukannya Fia sudah sangat faham bahwa kita harus sabar menerima ujian yang diberikan Allah pada kita ?! Lanjut Aida.

" Mengapa ukhti harus menyiksa diri seperti ini ? Apakah ini bentuk protes ukhti pada sang Khaliq ??! Tanya Aida bertubi-tubi, membuat Syafia tidak berdaya dan keudian hanya bisa menangis, menelungkupkan mukanya di meja belajar di samping ranjangnya. 

Fia  menangis terisak - isak, sementara Aida dengan sengaja membiarkan saja Fia mencurahkan kesedihan hati yang ditanggungnya dengan tangisnya. Aida yakin bahwa menangis adalah cara terbaik untuk meluapkan beban di hati.

Setelah Fia berhenti dati tangisnya dan nampak lebih tenang, Aida masih mencoba untuk mancing agar Syafia mau menceritakan apa yang menjadi beban hatinya. Namun Syafia memilih tetap diam seribu bahasa meskipun  pada para teman - teman dekatnya.

Syafia tahu bahwa kalaupun diceritakan, mereka tidak akan faham dan mengerti betapa sulitnya permasalahan yang dihadapi Syafira. Dia harus memikirkan tanggungan hutang ratisan juta untuk pengobatan ayahnya yang masih belum dibayar sama sekali. Fia tak henti memikirkan adiknya yang tinggal sendirian bersama om dan bibinya, memikirkan biaya kuliahnya yang sebentar lagi harus segera di lunasi?!

Kini semua harus difikirkan Syafira seorang diri. Dalam diamnya, Fia sedang berfikir keras akan solusi semua masalahnya. Apakah dia harus menjual rumah satu - satunya peninggalan kedua orang tuanya ?! Ataukah dia harus bekerja? Tapi pekerjaan apa yang bisa dilakukan yang dapat menfhasilkan uang ratusan juta ??

Syafia hanya dapat merintih dalam diam. Dia merasa tidak mubgkin membagi beban beratnya ini dengan para sahabatnya. Tetapi ketika dia tanggung sendirian apa mungkin dia akan kuat ?!

Akhirnya Syafia memutuskan untuk menceritakan masalahnya kepada sng murabbi ukhti Ana. Syafia menceritakan semua permasalahan yang dihadapinya. Ana sang Murabbi mendengarkan dengan penuh seksama, dan sesekali mengulukan tisyu kepada Syafia yang kadang di tengah ceritanya tidak tahan untuk tidak menangis. Ukhti Ana sangat dapat memahami apa yang dirasakan oleh Syafia. Namun kebersahajaannya mampu menguras seluruh emosi Syafia, dan setelahnya Syafia nampak lebih baik karena semua beban hidupnya telah dia tumpahkan.

Ukhti Ana tidak banyak memberi nasehat, karena dia tagu Syafia tidak sedang butuh nasehat, tetapi dia butuh untuk didengarkan. Ana sang murabbi hanya menyampaikan sebuah dalil bahwa Allah tidak akan memberi ujian kepada hambaNya kecuali sebatas kampuan hamba tersebut.

" Ukhti Fia yang sabar ya ... InsyaAllah, Allah akan segera mengirimkan pertolonganNya" kata ukhti Ana lembut pada Syafia.

Nexf

#SHSB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar