MADRASAH KEHIDUPAN


IBU YANG PERTAMA MENGENALKAN CINTA DAN KASIH SAYANG, IBU YANG PERTAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN, IBU YANG MEMBERI WARNA KEHIDUPAN, IBU MADRASAH PERTAMA KEHIDUPAN

Jumat, 07 Agustus 2020

RAHASIA BILIK HATI. Part 5

 RAHASIA BILIK HATI

Part : 5

Sudah hampir 6 bulan Andi tidak memberikan respon terhadap surat yang dilayangkan Syafia melalui email. Sepertinya Andi merasa keinginan Syafia untuk putus darinya sudah final dan tidak mungkin bisa dibicarakan lagi. Syafia benar-benar kehilangan kabar Andi dan berusaha dari waktu ke waktu untuk mengabaikan sebuah nama yang pernah menghiasi dinding hatinya "Andika Ainul Haq".

Syafia semakin larut dengan aktifitas organisasi kerohaniannya. Belum lama Syafia telah mengikuti Daurah Marhalah 1, sebuah jenjang pengkaderan pada sebuah organisasi keislaman di kampusnya. Dan kini Syafia sedang disibukkan dengan setumpuk buku keislaman yang harus dipelajarinya sebagai tugas untuk dapat mengikuti jenjang pengkaderan selanjutnya. Syafira bertekad akan mengikuti seluruh jenjang pengkaderannya hingga tuntas,  Daurah Marhalah 2 dan seterusnya.

Syafia benar-benar telah larut dalam aktifitas ruhiyah yang telah menjadikannya sosok muslimah yang cantik, cerdas dan sholihah. 

Hari-harinya diisi dengan kajian-kajian keislaman dan membaca buku-buku keislaman disela sela waktu kuliahnya. 

Orang tua Syafira tidak keberatan dengan perubahan Syafira yang demikian, hanya saja sang Papa menginginkan Syafia tetap fokus pada kuliah dan tidak menginginkan Syafira terhambat dalam studinya. Dan Syafira telah menjanjikan itu pada kedua orang tuanya. 

Tidak dapat dipungkiri, penampilannya telah berubah menjadi muslimah yang sholihah, menambah pesonanya sebagai seorang remaja  yang sedang tumbuh dewasa. Kecantikan fisik dan hatinya semakin membuat banyak teman kuliah maupun organisasinya jatuh cinta padanya, bahkan ada yang telah berani menyatakan melamar untuk menjadi suami Syafia.

Namun hati Syafia seakan telah tertutup rapat, sosok Andi telah mampu mengunci mati hatinya. Tak sedikitpun Syafia tertarik dengan tawaran untuk ta'aruf meski banyak yang menginginkannya. Syafia hanya ingin konsentrasi dalam aktifitas dakwah dan kuliahnya.

Stigma yang berkembang di dunia mahasiswa pada umumnya memandang aktivis dakwah sebagai “orang suci”. Mereka punya aturan-aturan ketat terkait pergaulan di antara lawan jenis. Pacaran adalah  haram, dilarang berjabat tangan, boncengan, berkhalwat (dua-dua-an dengan lawan jenis),  tak boleh menatap wajah lawan bicara bahkan ada yang ketika rapat harus memakai kain pembatas (tabir) antara pria dan wanita, adalah rambu-rambu yang telah familiar bagi mereka. Gaya bergaul yang “ketat” ini semakin menguatkan pandangan eksklusif “mahasiswa/mahasiswi biasa” terhadap para aktivis dakwah seperti Syafia.

Hingga tak terasa  waktu setahun berlalu, kini Syafia sudah memasuki tahun ke empat kuliahnya. 

___________

"Assalamualaikum ..."

"Waalaikum salam warohmatullah ... Silahkan ukhti" Sambut Nisa ketika Sayfia memasuki sebuah musala kecil di area Fakultas Ekonomi.

" Afwan ukhti ... Sudah lama ya nunggu ana .. Kebetulan tadi ada sedikit urusan di kantor jurusan" kata Syafia menyesal sudah datang terlambat.

Syafia sekarang sudah menjadi akhwat yang diberi tanggung jawab untuk membina halaqah beberapa mahasiswi baru yang berminat untuk berhijrah dan  belajar mendalami  Islam. Kebetulan mahasiswa yang dibinanya adalah beberpa mahasiswa dari fakultas ekonomi.

" Tidak apa-apa ukhti ... Kami belum lama kok" jawab mereka hampir bersamaan.

" Baiklah. Ta'lim hari ini langsung kita mulai ya ... tolong ukhti sebagai pembuka dibuka Al Qur'an nya kita baca Suarah Attaubah ayat 41 - 45 ..." Syafia membuka majlisnya dengan bacaan Al Qur'an 

"Dibaca bergantian ... Dimulai dari ukhti Ziyah" lanjutnya.

Akhwat yang disebut ukhti Ziyah segera memulai bacaannya lengkap dengan terjemahan ayat, dilanjut dengan akhwat-akhwat yang lain.

Setelahnya  Syafia melanjukan ta'limnya dengan membahas surat Attaubah dari ayat-ayat yang sudah dibacakan oleh akhwat binaannya secara bergantian tadi yang kebetulan membahas tentang pentingnya da'wah.

Setiap Akhwat termasuk Syafira memiliki tanggung jawab untuk meneruskan dakwah dengan menjadi murobbi dari beberapa mahasiswa binaan. Tugas baru menjadi murobbi telah mengubah Syafia menjadi sosok akhwat yang sabar, lembut dan tegar. 

Tantangan yang dihadapi menjadi seorang murabbi tidaklah mudah, kadang dakwah yang disampaikan tidak begitu saja dapat diterima oleh akhwat binaannya.  Maka seorang murobbi harus dapat mensetting mentalnya untuk siap  menemui realita dan respon apapun. Seorang murabbi harus memiliki banyak cara pendekatan dan kesabaran dalam dakwahnya 

Pada umumnya dakwah  yang sulit diterima oleh para akhwat binaannya adalah tentang menjaga mata dan hati, menjaga pergaulan dengan lawan jenis, dan  tabarruj (berhias). Mereka tidak dapat disalahkan,  karena lingkungan kita sekarang yang mengajarkan demikian, budaya barat telah menyerang dengan deras generasi bangsa ini. Berkhalwat tidak lagi tabuh, dandan yang berlebihan bahkan menjadi trend dikalangan anak muda.

Tuntutan menjadi seorang murabbi yang harus totalitas dalam berdakwah menjadikan Syafia ingin tinggal bersama teman-temannya. Agar mereka dapat setiap saat berdiskusi dan saling share ilmu  tentang da'wah yang harus  mereka gali untuk suksesnya dakwah mereka. 

Pada awalnya kedua orang tua Syafia tidak setuju karena rumah mereka tidak terlalu jauh dari kampus.

" Jarak rumah kita loh hanya sekitar 5 km dari kampus Fia, dalam waktu kurang 10 menit Fia sudah bisa sampai di kampus ... Kok aneh Fia mau ingin kontrak segala " kata mama Fia suatu waktu ketika Syafira mengutarakan niatnya untuk ikut mengontrak rumah bersama teman-temannya di dekat kampus.

Dengan pendekatan yang intens akhirnya Syafia dapat membujuk mama dan papanya untuk memberikan ijin dia tinggal bersama teman-temannya.

Next ....

#SHSB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar