MADRASAH KEHIDUPAN


IBU YANG PERTAMA MENGENALKAN CINTA DAN KASIH SAYANG, IBU YANG PERTAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN, IBU YANG MEMBERI WARNA KEHIDUPAN, IBU MADRASAH PERTAMA KEHIDUPAN

Minggu, 03 April 2016

MADRASAH KEHIDUPAN - 7

( Bagian 7 )

HARAPANKU TIDAK AKAN PERNAH PUPUS



Firman Allah:

"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman." Q.S. Al-Maidah (5): 23)

"Sesungguhnya Allah telah menolong kamu di beberapa banyak tempat dan pada peperangan Hunain, tatkala kamu sombong dengan banyaknya kamu, tetapi tidak berfaedah bagi kamu sedikitpun, dan (jadi) sempit bagi kamu bumi yang luas itu, kemudian kamu berpaling sambil mundur." (Q.S. At-Taubah (9): 25)

Jangan berharap kepada manusia karena mereka akan mengecewakanmu. Tetapi berharaplah hanya kepada Allah karena Dia akan memberikan yang terbaik untukmu.

“dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. Alam Nasyrah (94): 8)

“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: 'Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,’ (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).” (Q.S. At-Taubah (9): 9)

Setelah satu bulan dalam perawatan dan pantauan dokter, tidak banyak yang berubah dari keadaan putri manisku. Setiap hari dia masih merasakan hari-hari berat menahan kesakitan, berak darah, muntah, ditambah dengan keluar benjolan-benjolan bernanah di sekujur tubuh dan kepalanya membuat semakin tidak tahan kami membayangkan betapa menderitanya putriku. Apalagi dokter sudah menyatakan kepada kami bahwa secara medis dokter sudah angkat tangan untuk bisa menyembuhkan putri kami, sehingga yang mereka lakukan hanyalah sedikit menolong meringankan beban penderitaan putri kami.
Apa yang harus kami lakukan ? setiap saat kalimat itu yang terus kami pikirkan. Apakah kami harus menyerah ?  
      " Tidak " itu yang selalu aku katakan menjawab pertanyaan dalam hatiku sendiri, sementara hati nuraniku sebagai seorang ibu  selalu mengatakan " putriku pasti dapat disembuhkan " itu keyakinan yang selalu aku sampaikan pada suami dan orang-orang disekitarku yang mencoba memupuskan harapanku. 
Melihat keadaan putri kami yang tidak juga membaik, aku mengusulkan pada suami untuk membawanya ke RSUD Dr. Sutomo surabaya. Meskipun selama perawatan donter yang merawat putri kami tidak pernah menyarankan ini, tapi aku akan mencoba melakukan ini sebagai bentuk ikhtiar dan bukti bahwa aku tidak menyerah, toh selama satu bulan perawatan dokter juga belum memberikan penjelasan tentang sakit putri kami, kecuali penjelasan keadaan lever putri kami yang tidak baik ? toh mereka juga tidak bisa melakukan apa-apa ?
Akhirnya, ketika kebetulan datang rombongan saudara kami dari surabaya yang datang menghadiri acara mantu saudara kami di kampung, saya memohon untuk ikut serta mereka pada saat mereka nanti balik ke Surabaya. Meskipun dalam keadaan mobil penuh sesak, kami bertekat membawa putri kami ke Rumah sakit Karang menjangan sebutan lain untuk RSUD Dr. Sutomo, dengan menginap sementara di rumah bulek di daerah rungkut.
Keesokan harinya dengan diantar bulek, dengan naik bemo kami membawa putri kami yang semakin lemah ke rumah sakit. Karena kondisi putri kami yang semakin lemah, kami diarahkan petugas langsung masuk UGD. Dan benar saja, dalam proses pemeriksaan  di UGD, putri kami BAB dengan kotoran bercampur darah dan muntah. Dokter segera menyarankan kami untuk mengurus  menginap di rumah sakit.
Hari-hari di rumah sakit Dr. Sutomo ini merupakan hari-hari yang sangat berat bagi kami bertiga. Pemeriksaan demi pemeriksaan dilalui oleh putri kecilku yang semaikn hari semakin lemah, kurus, dan membiru. Setiap hari dia harus puasa 5 sampai 10 jam sebelum dilakukan pemeriksaan. pemeriksaan yang paling berat adalah pemeriksaan cairan empedu yang dilakukan dengan sebelumnya putri kami harus puasa 10 jam  mulai jam 10 malam hingga direncanakan jam 8 akan dilakukan tindakan. Dalam tindakan tersebut selang dengan panjang sekitar 5 meter ( menurut yang kami dengar ) dimasukkan ke dalam lambung putri kami hingga mencapai saluran empedunya. Dalam prosesnya tangis melengking kesakitan putri kami terdengar sangat jelas, tidak ada yang dapat kami lakukan kecuali menangis. Aku dan suami hanya bisa menangis menahan penderitaan putri kami. Proses tindakan terasa sangat lama bagi kami hingga 30 menit putri kami baru bisa kami gendong kembali, dengan selang menjulang dari lunang hidungnya. 
   " Oh anakku, andai ibu bisa menggantikan penderitaanmu ..." tangisku pilu .
Anakku terus menangis dalam gendongan kami, dan keadaannya ini harus ditanggungnya hinngga beberapa hari ke depan. Menurut penjelasan dokter tindakan ini dilakukan untuk menegakkan diagnosis apakah saluran empedu putri kami benar-benar sedang tersumbat ? kami hanya mampu bermohon kepada sang kuasa agar penderitaan putri kami segera berakhir denngan kesembuhan.
Tepat setelah dua hari putri kami harus menangung penderitaan dengan selang panjang di perutnya, serta kantong plastik tersemat di ujung selang di hitungnya, akhirnya dokter menyatakan pemeriksaan diakhiri dan selang di perut putri kami harus diambil. Kami bersyukur penderitaan ini segera akan diakhiri, meskipun kami juga was-was tentang penyakit apa yang senag ditanggung oleh putri kecil kami yang tapa dosa ini ?
Setelah proses pengambilan selang putri kami,dokter memanggil kami untuk memberikan penjelasan hasil pemeriksaan pada kami. Dokter menyatakan putri kami menderita "Atresia bilier". dan dokter menjelaskan panjang lebar pada kami bahwa Atresia bilier adalah suatu keaadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal. Padahal fungsi dari system empeduadalah membuang limbah metabolic dari hati dan mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di dalam usus halus. Yang menyebabkan keadaan putri kami nampak kuning, perutnya buncit, dan keadaan kulitnya seperti alergi ditumbuhi bisul dan gatal-gatal sebagai bentuk gagalnya sistem dalam tubuhnya.  Hal ini juga  bisa menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, jika tidak diobati bisa berakibat fatal. namun, hal baik yang disampaikan dokter adalah, untungnya keadaan putri kami segera diketahui sebelum terjadi serosis atau kerusakan hati. kejadian seperti putri kami yang belakangan terjadi adalah seperti penderitaan yang dialami "Bilqis" yang ramai dibicarakan dimedia  yang pada akhirnya meninggal.
Saat itu dokter menyampaikan bahwa solusi untuk dapat menyembuhkan putri kami adalah dengan jalan operasi, namun saat itu operasi belum dapat dilakukan di Indonesia, harus dillakukan di luar negeri dan biayanya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Atau berharap kepada mukjizat yang akan diberikan oleh Yang Kuasa akan berkembanngnya saluran empedu putri kami bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, karena toh dia saat itu masih berusia 3 bulan. Ahh ...jawaban macam apa ini ?
Aku seperti tersambar petir, suamiku langsung lulai, artinya sama saja secara medis putri kami tidak dapat di sembuhkan selain dengan jalan operasi yang sangat mahal itu ?
Pada saat itu satu yang kami sangat bersyukur, kami masih memiliki Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Penyembuh Allah SWT. Kami tidak akan pernah putus harapan, persetan dengan dugaan-dugaan fana manusia. Dan benar saja, setelaj 17 hari kami menghabiskan hari-hari yang berat di rumah sakit, kami disarankan untuk merawat putri kami di rumah. Dokter akan terus memantau perkembangan putri kami dan membantu penderitaan putri kami dengan beberapa jenis obat dan enzim membantu pencernaan putri kami, dengan kami harus adatang 1 bulan sekali ke rumah sakit  untuk kontrol.
   " Ya Allah ... sekali lagi engkau menguji kami .... tapi Engkau tidak akan pernah  mendapatkan kami berputus asa , harapan kami kepadaMu akan kesembuhan putri kami tidak akan pernah pupus ... hanya Engkau lah satu-satunya tempat kami berharap, bermohon dan berlindung .... Engkau Maha Kuasa, tidak ada satupun yang dapat menghalangi KuasaMu jika engkau menghendaki .... termasuk jika engkau menghendaki untuk kesembuhan putri kami .... maka sembuhkanlah putri kami  Ya Rabb ...".

Jumat, 25 Maret 2016

MADRASAH KEHIDUPAN - 6

( Bagian 6 )
HARAPAN TERAKHIRKU  PADA KEBAIKAN HATI TEMANKU


Dalam salah satu riwayat hadits, dikisahkan Rasulullah  pada peristiwa Isra’ Mi’raj di pintu surga tertulis. “Sedekah berpahala sepuluh kalinya, sedangkan pinjaman berpahala delapan belas kalinya.” Karena penasaran, beliau bertanya kepada Malaikat Jibril, “Wahai  Jibril, mengapa pinjaman lebih utama daripada sedekah?” Lalu Malaikat Jibril menjawab, “Karena seorang peminta-minta, (terkadang) ia masih memiliki (harta), sedangkan orang yang meminta pinjaman, ia tidak akan meminta pinjaman kecuali karena kebutuhan.”

Dalam hadits riwayat Ibnu Majah dan Al-Baihaqi di atas, menunjukkan bahwa memberi pinjaman memiliki keutamaan lebih besar daripada bersedekah. Terdapat beberapa hadits lainnya yang hampir serupa menyebutkan memberi pinjaman lebih utama daripada bersedekah. Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa memberi pinjaman dengan hati yang tulus untuk kemaslahatan si peminjam akan mendapatkan pembayaran atau pahala berlipat ganda (QS. Al-Baqarah: 245 dan QS. Al-Hadid: 11). Jika Anda bertanya, apa saja alasannya yang mudah dipahami?

Pada masa-masa awal kami berkeluarga, belum banyak mata pencaharian yang kami hasilkan. Ditambah dengan kondisi putri kami yang dalam keadaan sakit sehingga butuh biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan. Satu persatu benda berharga pemberian orangtua yang kami miliki sudah terjual. Namun karena keadaan putri kami masih belum banyak perubahan, maka kebutuhan akan biaya pengobatan putri kami terus kami butuhkan.
Kami sudah merasa sangat malu merepotkan kedua orangtua dan saudara-saudara kami. Mereka sudah banyak membantu kami  tidak mungkin kami terus menggantungkan mereka yang juga memiliki kebutuhan untuk keluarga mereka sendiri. Kami bertekat, kami harus bisa mandiri. 
Ternyata untuk mandiri tidaklah mudah, dengan kondisi keluarga kami yang masih sedang di uji. Gaji pertamaku sebagai seorang Calon PNS juga belum dicairkan, sementara suamiku hanyalah seorang guru swasta di sebuah madrasah. Meskipun demikian kami tidak pernah berputus asa, kami yakin Allah SWT pasti akan menolong kami, Allah tidak akan membiarkan kami, bukankah Tuhan menguji hambanya hanya sampai batas kemampuannya ? 
Hari itu dalah hari dimana aku harus membawa putri kecil kami kontrol ke Rumah Sakit. Saat itu tidak banyak uang yang kami milliki, hanya ada uang kurang dari 50 ribu di dompet suami. Kami tertegun, akankah putri kami tidak akan mendapatkan obantnya minggu ? Tiba=tiba suamiku ingat masih  memiliki cincin yang pernah dia beli dari uang beasiswa yang dia terima saat kuliah. Akhirnya berbekal cincin tersebut kami berangkat ke rumah sakit dengan harapan cicin akan kami jual di pasar dekat rumah sakit. Dan diluar dugaan kami, ternyata cincin tersebut dihargai sangat rendah oleh tukang mas, kami sedih tetapi kami tidak mungkin kembali.
Benar saja, ketika kami harus menyelesaikan pembayaran pemeriksaan putri kami, uang kami hanya sebagian kecil dari  tagihan yang harus kami bayarkan untuk pemeriksaan dan obat. Dengan terpaksa kami tidak dapat mengambil obat untuk putri kami, karena uang kami hanya cukup untuk membayar biaya pemeriksaan saja. Akhirnya kami benar-benar tidak dapat membelikan obat untuk putri kami, kami pulang dengan sangat sedih.
Sesampai di rumah, kami sengaja tidak menceritaan kejadian ini pada orang tua kami, kami sudah sangat malu selalu merepotkan mereka. Akhirnya kami mencoba untuk meminjam uang ke beberapa teman kami, mungkin diantara mereka ada yang ikhlas meminjamkan uang untuk kami. Malam harinya dengan perasaan berat bercampur malu dan rasa butuh, suamiku pergi ke rumah temannya yang kami pandang mampu untuk meminjami kami uang, dan ternyata tidak seperti dugaan kami dari tiga teman yang sudah didatangi mereka semua menyatakan tidak dapat membantu kami, dengan berbagai alasan yang mereka sampaikan pada suami. Sungguh pengalaman pertama pinjam uang yang sangat pahit, betapa tidak, mulai berangkat, mengentuk pintu, hingga menyampaikan tujuan kedatangan semuanya dilakukan dengan perasaan yang sangat berat, karena rasa malu. Jika bukan karena kami sangat membutuhkan untuk beli obat untuk  meringankan penderitaan putri kami, maka ini tidak akan pernah kami lakukan. 
Beruntungnya, keesokan harinya  ada kakak suami yanng datang ke rumah kami, setelah mendengar cerita suami sang kakak siap mencarikan pinjaman untuk kami karena keadaannya pun terbatas, kami hanya berharap kakak berhasil mencarikan pinjaman untuk kami, sehinggan kami dapat membeli obat untuk pputri kami.
Alhamdulillah, syukur kami yang tidak terkira atas uang pinjaman yang dibawa kakak untuk kami. Walaupun itu hanyalah uang pinjaman, tapi bagi kami itu adalah rezeki yang tidak terkira dari Allah SWT pada saat kami sangat membutuhkan. Tidak henti kami ucapkan terimakasih, karena masih ada teman yang percaya pada kami meskipun lewat kakak kami.  Akhirnya penderitaan putri kami dapat tertolong karena kebaikan hati seorang teman dan saudara yang tidak akan pernah kami lupakan selamanya.
Subhanallah, hadits yang disampaikan Rosulullah tentang pahala meminjami lebih besar dari memberi di atas, benar - benar dapat saya buktikan.. Seseorang yang meminjam sesuatu terutama uang pada orang lain, dilakukan pasti dengan sangat terpaksa karena memang dalam keadaan sangat membutuhkan. Kami merasakan betapa beban yang sangat besar dipikul  oleh orang yang akan meminjam uang kepada orang lain,  beban terberat yang dirasakan adalah perasaan khawatir tidak dikabulkan sebagai bentuk  ketidakpercayaan seseorang kepada kami. Belum lagi jika benar-benar tidak diberi, maka ada harga diri yang terkoyak di dalam penolakan tersebut, kecuali karena suatu alasan yang dapat diterima dan dimengerti. Demikianpun betapa besar rasa syukur dan rasa terimakasih ketika permohonan untuk meminjam uang  dikabulkan pada saat yang sangat darurat membutuhkan. Karena hal itu berarti telah memberikan solusi dari permasalahan dan kesulitan yang dihadapi.                                                             
الـصـواب والله أعلمُ ب

Rabu, 23 Maret 2016

MADRASAH KEHIDUPAN - 5

( Bagian 5 )
TUHAN JANGAN AMBIL PUTRIKU !



“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”  ( QS. Al Ankabud : 2 - 3 ).

Ujian itu segera datang menghampiri kami pada awal-awal kehidupan kami berkeluarga, yang seharusnya masih dipenuhi dengan rona-rona kebahagiaan  keluarga baru. Sebulan setelah kehadiran putri mungil kami, hari-hari terasa berat untukku, air mataku terus mengalir seakan tak pernah kering seiring dengan tangis pilu putri kecilku yang tiada henti, dia selalu menagis dan menangis. Andai kutau apa yang dia rasakan, andai ku tau apa yang bisa kulakukan, andai kubisa menggantikan, ku ingin derita anakku dialihkan saja padaku biarlah aku tanggung rasa sakitnya, biarlah aku saja yang merasakannya, tapi itu mustahil.  Putri kecilku yang tanpa dosa tetap saja harus menaggung kesakitan yang teramat sangat, putriku yang baru sebulan dalam buaian harus merasakan deritaa yang tak henti yang dia suarakan lewat tangis pilunya yang mengiris-iris hati dan jantungku. Sesaatpun putriku tak pernah kulepas dari gendonganku atau  suamiku,  kami tak ingin dia merasa sendiri, kami ingin dia tahu ada ibu dan ayahnya yang siap menanggung deritanya.
Masa itu adalah masa cobaan yang teramat besar bagi kami, kami sungguh tidak tahan setiap saat melihat dia menangis merintih kesakitan tanpa tahu apa yang harus kami lakukan untuk sedikit mengurangi derita putriku dan membuatnya nyaman. Yang kami lakukan hanyalah mencoba memberikan kasih sayang kami sepenuh jiwa melalui dekapan kami yang tidak pernah kami lepaskan, seakan kami ingin katakan " jangan takut putriku ... ayah - ibu ada untukmu .... ayah-ibu akan menolongmu ...  ".
Pada awalnya dokter mendiagnosis putri kami menderita hepatitis, dugaan tersebut dari hasil tes darah yang menunjukkan angka bilirubin, SGPT, dan SGOT nya yang sangat tinggi jauh dari standar normal. Beberapa tes  hepatitis dilakukan untuk putri kami mulai dari hepatitis A, B, dan C. Tapi hasil tes menunjukkan hasil negatif, sementara gejala ketidaknormalan fall hati ( liver ) putri kami yang baru berumur 1 bulan itu sudah sangat jelas. Saat itu kami benar-benar tidakmemahami apa yang terjadi pada putri kami, perawatan yang dilakukan dokter dari waktu ke waktu sama sekali tidak membawa perubahan yang berarti. Kulit tubuhnya masih tampak kuning, perutnya semakin membesar,  dan badannya semakin kurus. Demikianpun hari-harinya masih diisi dengan tangisan pilu kesakitan. " Tuhan apa salahku ... apa dosa kami sehingga engkau menghukum kami seperti ini, dimana keadilanMU ..." demikian pernah suamiku meratap karena tidak tega dengan penderitaan putri kami. Saya hanya bisa mengatakan " sabar ayah ... kita sedang diuji ... jangan pernah katakan itu lagi ... kita selalu yakin bahwa Tuhan itu maha adil ".
meskipun setiap saat hatikupun menjerit.
Semua nasehat orang sudah kami lakukan, kami pergi ke orang pintar (meskipun sebenarnya hati kami menentang ), ke kyai termasyhur yang kabarnya sudah sering menyembuhkan orang, ke alternatif, serta perawatan intensif dengan dokter spesialis, tetapi tidak banyak yang berubah pada putri kami. Dia masih harus menanggung deritanya sepanjang waktu.
Hari itu kami sekeluarga pergi ke seorang kyai yang di rekomendasikan oleh keluarga kami, saya, suami, disertai dengan kedua orang tua kami. Dari  Kyai tersebut kami mendapat oleh-oleh air minum yang sudah didoakan sebagai bentuk ikhtiar mudah-mudahan bisa menjadi wasilah kesembuhan putri kami. Perjalanan agak jauh sekitar 50 km  dari rumah kami. Perjalanan yang teramat berat dirasakan putri kami, sepanjang  perjalanan berkali-kali dia muntah, dan diare yang memang sudah menjadi bagian dari rutinitas penderitaannya setiap hari. Kami segera pulang karena tidak tega dengan kondisi putri kami. Sesampai di rumah dia tertidur, aku dan suami sedikit lega putriku tertidur pulas sekali dan kami dapat beristirahat. Tapi tidak lama, nuraniku terusik, benarkah anakku tertidur ? atau jangan-jangan dia sedang sekarat ? segera aku coba gerak-gerakkan tangannya, badannya ...  Oh Allah ... terimakasih engkau masih menyayangi kami dengan segera engkau gerakkan hatiku untuk segera tahu bahwa saat itu putriku sedang sangat menderita, dia sedang sangat lemah, dia sedang sekarat .... aku langsung berteriak " Ayah ... anak kita sekarat ...! segera suamiku melompat bangun dari tidur ayamnya. Suamiku segera mencari mobil carteran untuk mengantar kami ke Rumah sakit tempat biasa putri kami dirawat. Segera kami berangkat, dan memacu mobil kami dengan cepat. Sesampai di rumah sakit,  dokter dan perawat segera dengan cepat menagani putri kami. Dokter mengatakan Allah masih menyalamatkan putri kami, andai kami terlambat 30 menit saja maka putri kami tidak akan lagi dapat ditolong. Subhanallah ... kami berdua langsung sujud syukur dan beristighfar, Astaghfirllahal 'Adhim ..... betapa dholimnya kami telah berprasangka buruk kepada Tuhan dan menganggap tuhan tidak adil pada kami. Selanjutnya putri kami harus dirawat di Rumah sakit kembali setelah perawatan terakhirnya 2 minggu sebelimnya.
Empat hari dirawat di rumah sakit, aku merasakan penderitaan putri kami semakin berat, berkali-kali suster harus menusuk-nusuk nadinya untuk mengganti infus yang sering lepas karena gerakan putrikami yang kadang tidak terkendali. Ditambah lagi dengan penderitaannya sulit buang air besar, sehingga harus dirangsang dengan selang dulu untuk dapat mengeluarkan kotorannya. Belakangan dia juga tiba-tiba sering mengerang, keduatangannya mengepal, matanya tertutup dan berputar-putar, kata dokter itu karena dia sedang kesakitan. Allahu Akbar .... Ya Allah tolonglah kami Sudahi penderitaan putri kami .... Ya Allah tolonglah putri kami .... hari-hari kami isi dengan ratapan bermohon Allah Yang maha kasih berkenan menolong putri kami.
Siang itu, tiba-tiba putri kami mengerang dengan sangat keras, matanya tertutup rapat, dan badannya berputar-putar, segera suamiku berlari memanggil dokter dengan harapan dokter dapat menolong meringankan kesakitan yang sedang putri kami rasakan. Dokter segera datang bersama perawat yang biasa menangani putri kami. Tapi mereka  hanya diam tertegun, tidak ada satu halpun yang dilakukan untuk mencoba meringankan beban putri kami, aku yang lelah berteriak sambil menangis " Dokter tolonglah putri kami ...dokter tolonglah putri kami ...". Orangtuaku sibuk menenagkanku " Sudahlah nak ... Ikhlaskan anankmu ....". "Tidak .." jawabku  " Anakku akan sembuh ...." itu adalah keyakinanku.  "Tuhan jangan ambil putriku .... jangan ambil putriku ....." jeritku pilu.

 Bersyukur kejadian itu tidak lama, hanya sekitar 10 menit berselang kembali putriku tenang. Segera dokter dan perawat beranjak meninggalkan kami dan mengajak suamiku bersamanya  untuk membicarakan sesuatu tentang putri kami. Tidak berselang lama, suamiku datang dengan mata yang berkaca-kaca dia menyampaikan keputusan dokter bahwa putri kami secara medis tidak bisa disembuhkan karena kondisi penyakit dan usianya yang masih sangat muda. Kami harus membawa pulang putri kami dengan tanpa harapan. Dokter hanya meyakinkan kami bahwa kami masih punya Sang maha Penolong Akan Allah SWT akan menolong kami jika dikehendaki putri kami berumur panjang, kami disarankan perbanyak doa dan bacaan sholawat untuk kesembuhan putri kami. Akhirnya kamipun pulang, dengan berbekal keyakinan bahwa anakku pasti akan sembuh dan Allah akan menolong putri kami, kami tidak ragu sedikitpun untuk membawa pulang putri kami dari Rumah sakit dengan harapan kami akan menemukan obatnya ditempat yang lain. Kami yakin jika Allah menghendaki kehidupan bagi putri kami, pasti Allah akan menunjukkan jalannya kepada kami. Satu kalimat yang tak henti terucap dari lubuk hatiku " Tuhan jangan ambil putri kami ... tuhan jangan ambil putri kami .... Tuhan jangan uji kami diluar batas kemampuan kami .... berikan kami kesabaran dan kekuatan iman"., Subhanallah .....