MADRASAH KEHIDUPAN


IBU YANG PERTAMA MENGENALKAN CINTA DAN KASIH SAYANG, IBU YANG PERTAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN, IBU YANG MEMBERI WARNA KEHIDUPAN, IBU MADRASAH PERTAMA KEHIDUPAN

Sabtu, 12 Desember 2020

UJIAN KEBENARAN

 UJIAN KEBENARAN



Kita telah membaca dalam sejarah perjuangan para nabi, kita tahu bahwa perjuangan para nabi  diwarnai dengan ujian yang sangat berat. Padahal nabi diutus langsung oleh Allah swt untuk menyampaikan risalah kebenaran, tapi mengapa  Allah tidak menyertakan dengan fasilitas kemudahan, bahkan diberikan ujian yang berat, mulai dari fitnah hingga ancaman pembunuhan? Padahal jumhur ulama berpendapat bahwa nabi dan rosul memiliki sifat maksum yang terjaga dari dosa2 besar atau kecil. 


Demikian juga dengan para ulama besar dalam sejarah juga banyak mengalami ujian berat di fitnah, dipenjara bahkan ancaman pembunuhan..  Seperti Abu Hanifah pada zaman khilafah Abbasiy  menerima hukuman dicambuk [Târîkh Baghdâd, 13/327] dan  dipenjara oleh al-Manshur gara-gara menolak dijadikan Qadhi (hakim).


Bahkan Imam Syafi'i pada masa kekhalifahan Harus Al Rasyid, beliau juga mendapat hukuman dati penguasa dirantai dengan besi bersama orang alawiyin berjalan dari Yaman hingga Raqqah, kediaman Harun Arrasyid dan dipenjara. Selama di penjara mereka  mendapat siksaan. Kemudian oleh Wali Negeri mereka divonis hukuman mati.  Eksekusi hukuman mati dilakukan di Baghdad di depan khalifah Harus Al Rosyid. Satu persatu dari sembilan Alawiyin dihukum mati. Tiba giliran Imam Syafi’i, Khalifah Harun menanyai soal kefasihannya tentang al-Quran, ilmu falakh, dan sejarah Arab, dan terakhir Khalifah Harun minta nasihat. Maka Imam Syafi'i i memberinya nasihat terus terang tanpa tedeng aling-aling tentang rezim khalifah. Di luar dugaan Khalifah Harun Al Rasyid  menangis. Di akhir mahkamah malah memberikan hadiah sebanyak 50 ribu dirham dan membebaskannya Imam Syafi'i dari hukuman. Hadiah itu lalu habis dibagikan kepada pegawai istana.


Murid beliau pun, Imam Ahmad bin Hambal juga  mengalami nasib yang lebih menyakitkan oleh  penguasa. Ia dicambuk, dan dipenjara selama 30 tahun, oleh oemerintah Al Ma'mun.


Imam Bukhari  memutuskan pergi dari negerinya karena “berusaha disingkirkan” oleh Penguasa pada masanya.


Sedangkan Imam Ibnu Taimiyah diadukan kepada Emir Humsh al-Afram, oleh orang-orang sufi. Sampai pada akhirnya karena dianggap membuat keresahan [oleh para pembencinya], ia pun dipenjara, dan mati di dalam penjara [al-Bidâyah wa al-Nihâyah, 14/41].


Bahkan Imam Nawawi adalah ulama yang berani berhadapan langsung dengan penguasa. Demi kebenaran, dia tidak takut dicela. Jika tidak mampu menghadapi secara langsung, beliau menyampaikan kritik dengan mengirim surat.  Sehingga  Imam Nawawi dikriminalisasi dan disiksa oleh penguasa.


Dari sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa perjuangan kebenaran selalu mendapat tantangan besar, sang pendakwah akan diuji oleh Allah dengan ujian yang berat untuk menguji kemakrufannya. Karen hikmah dari  cobaan berat yang diberikan kepada para nabi dan para ulama besar serta  orang yang beriman,  selain menggugurkan dosa adalah untuk mengangkat derajatnya, sebagaimana 

sabda Rasulullah , "Tentu, demikianlah. Tidak seorang Muslim pun ditimpa gangguan, apakah duri atau lebih dari itu, kecuali Allah akan menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya." (HR Bukhari dan Muslim).


Maka, banyaknya ujian umat islam pada saat ini bisa jadi adalah kehendak Allah swt  dalam rangka oembersihan dosa dan meningkatkan derajat bagi mereka orang2 mukmin yang masih istiqomah menegakkan kebenaran dan memerangi kedholiman   ..... Aamiinn 😍


Wallahu a'lam bissowab 🙏🙏

Senin, 31 Agustus 2020

RAHASIA BILIK HATI 13

 


Akhirnya Syafia dapat menyelesaikn tugas akhirnya dan wisuda tepat pada 3,5 tahun masa kuliahnya. Syafia sedih tidak dapat mempersembahkan preatasinya sebagai wisudawan terbaik kepada mama papanya. Hanya Syifa sang adik tercinta yang mrndampingi saat wisudanya.

Setelah semua urusan kampusnya selesai, Syafia segera memutuskan untuk pindah dari runah kontrakan bersama para akhwat teman seperjuangannya. Syafia sudah berjanji pada adiknya Syifa untuk segera menjemputnya saat kuliahnya sudah kelar. Syafia ingin hidup mandiri bersama Syifa adiknya. 

Mereka berencana mengontrak rumah sederhana untuk mereka berdua dari sebagian sisa uang jual rumah kedua orang tuanya untuk membayar hutang pengobatan ayahnya. Syafia bertekad akan mencari kerja apapun untuk tetap biayai sekolah adiknya dsn memenuhi kebutuhan hidup mereka. Meskipun kadang Syafia ragu , selama ini diavtidak dilatih bekerja keras. Bahkan dia tidak pernah tahu bagaimana cara mencari uang. Papa mama nya sudah mencukupi kebutuhannya sebelum dia minta. Semua yang dia inginkan pasti terpenuhi, bagitupun dengan Syifa adiknya.

Yang membuat Syafia sedih adalah adiknya Syifa, Syafia merasa Syifa terlalu muda harus menghadapi kenyataan sepahit ini. Syafia berikrar, apapun akan dia lakukan untuk membahagiakna dan memenuhi seluruh kebutuhan adiknya. Dengan berbekal ijazah dg status cumlaude, Syafia yakin tidak akan sulit mencari pekerjaan.

Setelah beberapa hari berkeliling di beberapa tempat mencari rumah kos yang tidak jauh dari sekolah Syifa, akgirnya mereka sepakat mengambil rumah kontrakan mungil tapi nampak bersih, dan yang terpenting Syifa dapat berangkat sekolah sabil berjalan kaki.

Seminggu setelah kepindahan mereka ke rumah konyrakan yang baru, Syafia merasa harus memulai ikhtiar untuk mencari pekerjaan, karena uang tabungan dari sisa penjualan rumah mereka sudah kian menipis. Dua, tuga, empat hingga sepuluh lamaran kerja dia buat dengan penuh semangat dan dia kirimkan ke perusahaan - perusahaan yang sedang membuka lowongan kerja.

Seminggu dua minggu Syafia memunggu demgan harap-harap cemas. Email pertama yang diterimanya dari sebuah CV, Syafia donyatakan tidk lolos. Demikian pun email-email selanjutnya Syafia dinyatakan tidak lolos. Kenapa ? syafia tidak habis berfikir dan bertanya.

Namun Syafia tidak berputus asa, Syafia merasa Allah masih ingin mengujinya dan dia tak akan mau menerima kekalahan dalam ujian Allah kali ini. Syafia masih terus saja brousing lowongan pekerjaan dari androidnya. Matanya nanar ketika dia melihat sebuah brosur di layar HP nya yang sudah mulai retak di ujung-ukungnya. Ada informasi hearing dari perusahaan besar yang tidak jauh dari rumah kontrakannya. 

Esoknya Syafia dengan yakin dan semangat berjalan kaki menghadiri acara hearing perusahaan tersebut. Ternyata Syafia tidak sendiri, ada puluhan orang yang sedang beradu nasib untuk memdapatkan pekerjaan di CV ini. Meskipun demikian Syafia masih sangat optimis  berbekal ijazah cumluadenya pasti Syafia akan diperhitungkan.

Setelah menunggu antrean selama 3 jam akgirnya Syafia dipanggil. Syafia segera bergegas menuju ruang hearing. Syafia memasuki ruang hearing dengam antusia, namun sambutan para panitia rekruetmen nampak melihat Syafia dengan kaget dan wajah seakan 

Setelah hampir 30 menit terjadi tanya jawab terkait pribadi dan orientasi tugas Syafia, Syafia agak sedikit gugup menunggu hasil wawancara hari ini. Dia keki dan tidak tahu harus berbuat apa, Syafia hanya mencoba untuk tetap tenang dan tenang.

Tibalah waktu pengumuman, ketua tim rekruetment telah keluar dati ruang sidang di loby kantor mereka. Syafia tak henti-henti membaca Sholawat mabi dan surat2 pendek yang dohafalkan. Syafia sangat berharap memdapat pekerjaan ini, karema disamping bayaran yang dijanjikan cukup  besar disamping juga pekerjaan yang diberikan sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.

"Nona Syafia ... ? Tanya bapak bertubuh tegap dan berpakaian rapi pada Syafia.

" Benar pak ... " jawab syafia cepat.

" Saya sudah melihat curikulum vitea dan berkas lainnya, nilai-nilai ijazah anda hampir sempurna dan anda lulusan terbaik, pegawai yang berprestasi seperti ini yang kami cari " sesaat Bapak yang di dadanya tertulis nama Ariyanto itu diam sesaat. Ada harapan besar dalam hati Syafia, Syafia mulai yakin akan diterima di perusahaan ini.

" Maaf Nona Syafia ..." Syafia mulai was-was mendengarvkata tapi.

" Profil dan penampilan Nona bukan pegawau yang kami harapkan ..." Syafia langsung lemas mendengar kalimat yang terucap dari Bapak  Ariyanto. Syafia hanya tertunduk menyembunyikan kekecewaannya.

" Kami tidak berharap perusahaan kami dituduh sebagai perusahaan yang berafiliasi dengan organisasi terlarang, kalau Nona Syafia berkenan melepas cadar Nona dan mengikuti cara berbusana yang ditetapkan di perusahaan ini, mungkin kami akan pertimbangkan menerima Nona Syafia bekerja disini " Syafia hanya terdiam, dia tidak bisa berfikir lagi, ada penolakan dalam batinnya dan harapan besar dari akal sehatnya.

" Bagaimana Nona Syafia ..." tanya Pak Ariyanto ekali lagi melihat Syafia seperti keberatan dengan permintaanya.

" Anda harus menjawabnya segera karena dibelakang anda masih vanyak pelamar yang asih antri menunggu sesi inj " pak Ariyanto mulai tidak sabar menunggu jawaban Syafia.

" Baik pak, saya mundur" jawab Syafia lirih dan segera bangkit daribtempat duduknya dan keluar tanpa salam.

Syafia sangat kecewa, perusahaan sebesar ini masih menilai  cara berbusana sebagai poin pe ting dalam penerimaan pegawainya, kualitas dan prestasi sama sekali tidak diperhitungkan.

" Ya Allah ... Cobaan apalagi ini .." keluh Syafia.

" Astaghfirullahal 'adhim ..." sesalnya sejurus kemudian, karena merasa salah telah berkeluh kesah terhafap takdir yang Maha Kuasa.

Syafia berjalan pulang ke rumah kontrakannya dengan  menelusuri trotoar dan nampak  lunglai. Syafia tidak ingin putus asa, tetapi sebagai manusia sia tidak bisa untuk tidak kecewa.


Next ....

#SHSB


Rabu, 19 Agustus 2020

W A K T U

 W A K T U


Demi masa, sungguh manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta nasehat menasehati untuk kebenaran dan kesabaran ( Q.S. Al 'Asr : 1 - 3 )


Waktu pada hakekatnya adalah batas kehidupan antara kelahiran dan kematian. Sebelum kelahiran tidak ada perhitungan atas waktu, pun saat telah terjadi kematian maka hitungan waktu kitapun sudah purna.


Dalam Al Qur'an waktu  sangatlah istimewa,  sehingga berulang kali Allah SWT bersumpah dengan kata penunjuk waktu, wallaili (demi waktu malam), waannahar (demi waktu siang), walfajr (demi waktu fajar), wadhuha (demi waktu dhuha), dan lain-lain. 


Setiap makhluk memiliki kuantitas waktu yang menjadi rahasia Allah SWT. Tak ada seorangpun yang mengetahu sampai kapan batas waktu yang diberikanNya untuk kita. Sebagai motivasi agar umat manusia selalu waspada dan mawas diri dalam menggunakan detik demi detik waktunya. Karena masa depan hidup kita setelah mati  ditentukan oleh bagaimana kita melewati waktu di dunia yang sangat terbatas ini.  


Dan dengan sifat Rahman dan RahimNya, Allah tidak membiarkan manusia berjalan menyusuri waktu dengan gelap.  Allah telah memberikan rambu-rambunya dengan sangat jelas sebagai tuntunan dengan Al Qur'an dan Al Hadits. Bahwa mereka yang beruntung adalah yang telah memanfaatkan waktunya dalam kebaikan, dan saling nasehat menasehati dalam kebenaran.


Bagaimana dengan waktu kita ?! Sudah kita habiskan untuk apa saja waktu kita ?! Berapa banyak kebaikan yang telah kita buat  ?! Tentunya kan sulit untuk menghitungnya, kecuali coba kita hitung dengan rata-rata berapa jam waktu yang kita gunakan untuk kebaikan dalam sehari?, berapa jam yang telah kita sia2kan? Dan bahkan jangan2 masih ada tersisa waktu kita untuk keburukan ??!


Sungguh diri ini dalam kerugian yang sangat besar, waktu berlalu dengan tidak banyak manfaat. Dari menit ke menit terlalui tanpa banyak berbuat untuk kebajikan, terlalu sibuk melakukan hal untuk memenuhi kepuasan diri, kesenangan diri,  pencitraan diri, bahkan berdebat dan saling hujat. Astaghfirullahal adzim.


Semoga waktu yang tersisa, lebih bermakna dan berarti untuk bekal diri menghadap yang Maha Kasih Allahu Rabbi. Semoga waktu yang tersisa masih cukup untuk bertaubat membersihkan dari lumpur dosa yang telah sekian lama mengotori diri. Semoga waktu yang tersisa masih cukup untuk menuliskan cerita indah yang tak akan dilupa meski kita tutup usia. Semoga waktu kita yang tersisa barokah fiddunya hasanah  wafill akhiroti hasanah .. Aamiinn 🤲🤲


Wallhu  a'lam bissowab .. 😍😍


#Muhasabah_Diri#

#Ahad_Berkah#

Minggu, 16 Agustus 2020

BUNDA TIDAK BOLEH SAKIT

 BUNDA DI LARANG SAKIT 


Peran bunda di rumah adalah sentral, semua urusan menjadi tanggung jawab bunda. Bunda harus mengerti dimana letak semua benda, bunda harus tahu apa kesukaan seluruh anggota keluarga. Bunda harus selalu ada untuk mereka.


#Bunda dìlarang sakìt.

Sëmua anggota këluarga bolëh sakìt, dan Bunda yang akan mërawatnya. Tëtapì, Bunda tak bolëh sakìt, karëna kalau Bunda sakìt, maka rumah menjadi berantakan bërantakan, bahkan bisa-bisa seisi rumah tidak makan. Bunda harus sëhat sëlalu agar rumah selalu indah, ceria dan bahagia.

#Bunda dìlarang lama bëpërgìan.

Kadang ayah bìsa përgì darì pagì sampaì malam tanpa këhëbohan apa pun dì rumah. Tapì jìka bunda përgì darì 1 jam saja, anak-anak nyìnyìr bërtanya “Bunda këmana? koq lama bangët sìh.”

#Bunda dìlarang makan sëndìrì.

Sëorang ayah bìsa sëlalu mënìkmatì sëìsì pìrìng sëndìrìan. Tëtapì anëhnya, anak-anak sëlalu mënganggap pìrìng Bunda ìtu sëpërtì pìrìng sëluruh këluarga, sìapapun dapat mëncomot darì sana. Atau sëbalìknya, pìrìng Bunda ìtu sëpërtì tëmpat dìmana sëmua anak bìsa mëngëmbalìkan apa yang tìdak dìsukaìnya kë pìrìng ìbundanya.

#Bunda dìlarang kë kamar mandì sëndìrìan.

ëntah apa sëbabnya, anak-anak yang tadìnya sìbuk dëngan bërmaìn sëndìrì atau bërsama pun bìsa mëndadak mëngìkutì Bunda yang mau kë kamar mandì. Bahkan tënang bërsëndìrì dì kamar mandì pun sëakan-akan tìdak bolëh

#Bunda dìlarang tìdur nyënyak.

Këtìka malam harì anak tërbangun ìngìn kë kamar mandì, ìngìn mìnum susu, dan yang harus bangun adalah Bundanya. Ayahnya jangan dìbangunkan nantì suara mënìnggì akan buat gëgër rumah.

Semoga bunda selalu sehat ... 😍😍😍

Sëmangat sëlalu ya Bunda….ìnsyaAllah akan mënjadì amal ìbadahmu dì akhìrat nantì. 


Aamììn.

Wallahu a'lam bissowab ..😍

(Inspired by Aisya Dahlan )

Rabu, 12 Agustus 2020

Cerber : RAHASIA BILIK HATI Part 12

RAHASIA BILIK HATI 

Part  12


Syafia tidak lagi dapat konsentrasi mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Waktunya banyak dia hasbiskan hanya untuk melamun dan melamun. Lamunannya mengembara jauh menelusuri lorong waktu ketika kedua orang tuanya masih ada. Saat - saat penuh dengan kebahagiaan dan tercukupi semua kebutuhan. Dalam hal materi Syafia dan adiknya sangat berkecukupan, tidak sekalipun Syafia dan adiknya menginginkan sesuatu barang yang dituruti orang tuanya. Saat - saat indah yang kini telah hilang berganti dengan kesedihan yang tak berujung.

Lamunan Syafia juga telah membawanya jauh ke memory yang coba dia kuburkan lama. Sosok Andy tiba-tiba muncul begitu jelas dan nampak sangat jelas. Ada sakit yang tiba-tiba mengiris hatinya. Sayatan sembilu yang sangat perih dikarenakan rindu yang semestinya sudah menggunung yang coba dia sembunyikan. Syafia rindu pada sosok Andy yang selalu ada saat dia sedih, mensuport dan menghibur dikala susah. Dan kini entah Andy telah berafa fi mana?

Sejenak Syafia tidak peduli apa kerinduannya pada Sndy adalah sebuah dosa? Yang pasti kerinduannya pada mantan kekasihnya telah merampas akal sehatnya. Syafia sangat berharap Andy datang mencarinya.

Namun harapan Syafia nampaknya sia-sia, Syafia mencoba mencari nomor hp Andy di kontak handphonnya ternyata sudah dia hapuskan lama.  Syafia juga sudah lama tidak aktif di medsos, dan mungkin juga telah menghapus pertemnan dengan Andy di medsosnya juga. Andaipun, di dapat menghubungi Andy pun rasanya Syafia tidak akan mampu menghubunginya. Karena Syafia yang telah sengaja memutuskan hubungan komunikasi dengan Andy. Dan apakah Andy masih mau berteman dengannya? Bukannya dia sudah melukai hati Andy sebelumnya ?!

Syafia dalam hatinya meronta, dia ingin hanya dengan Andy saja dia menikah. Meskipun dia telah memutuskan hubungannya dengan Andy, bukannya dia telah mampu menghapus bayang-bayang kenangan Andy dari sudut hatinya. Nama Andy masih tersemat rapi di dasar hatinya, yang selalu ada  dalam setiap doanya. Meskipun Syafia tidak menyebut nama Andy dalam doanya memohon jodoh terbaik suatu saat nanti. Tetapi hati nuraninya selalu menyuarakan Andy lah yang diharapkan menjadi jawaban dari doa-doanya.

Namun kini, Syafia merasa telah kehilangan harapan. Harapan akan sosok Andy yang akan datang melamarnya, menemaninya dalam sedihnya, menghiburnya dalam dukanya. Sepertinya sosok Andy harus mulai dikuburkan dalam-dalam, meski luka kerinduan itu telah meremas-remas jiwanya hingga menjadi remah. Syafia sungguh merasa tidak berdaya. 

_________

"Syifa ... Kakak akan menyampaikan sesuatu pada Syifa, tolong Syifa jangan sedih dan kakakberharap Syifa jujur jika Syifa tidak berkenan terhadp apa yang akan kakak sampaikan, katakan saja ... Kakak akan selalu memilihmu dari apapun di dunia ini" kata Syafia pada suatu sore di sebuah kafe tidak jauh dari  rumah om Andry di Surabaya.  Syafia memutuskan akan menerima lamaran ikhwan teman suami ukhti ana jika sekiranya Syifa adiknya dan pamannya tidak keberatan. 

Syafia hanya berharap ikhwan yang ingin ta'aruf dengannya benar-benar jodoh terbaik yang disiapkan Allah untuknya. Ana sang murabbi telah menyampaikan perihal Syafia secara detail terkait dengan semua permasalahan yang dihdapinya, dan sang ikhwan ternyata tidak bergeming ingin tetap melamarnya.

Meskipun sama sekali Syafia belum mengenal ikhwan tersebut, tetapi yang terpenting bagi Syafia adalah adiknya. Jika Syifa adiknya tidak keberatan dia akan menikah, maka dia akan terus melangkah ke jenjang pernikahan dengan ikhwan teman murabbinya itu.

" ada apa kak ... Apa yang ingin kak Syafia sampaikan ...?! Jawa Syifa sedikit bingung tidak bisa menangkap apa yang ingin disampaikan Syafia kakaknya.

" Janji ya ... Syifa jangan sedih  ... Kalau Syifa tidak berkenan maka tidak akan kakak lanjutkan ... " Syafia masih ingin menguatkan adiknya, sebelum dia ceritakan perihal lamaran seorang ikhwan kepadanya.

" Iya kakak ... Siap ?! Jawab Syifa dengan mimik melucu dan posisi tegap menghormat.

Sejenak mereka tertawa bersama, mencairkan suasana yang sejak tadi tegang dan kaku.

" Ayolah kak ... Kakak mau sampaikan apa sih .." kata Syifa semakin penasaran. Sementara Syafia nampak masih enggan menceritakan perihal lamaran ikhwan teman sang murabbi kepada adiknya.

" Syifa ... Andai kakak menikah apakah Syifa sedih ... ?! Syafia mencoba mengawali ceritanya dengan menjajagi perasaan adiknya jika benar dia akan menikah.

Sejenak nampak Syifa kaget, Syifa tidak menyangka kakaknya akan menyampaikan perihal ini, Syifa tidak menyangka  secepat itu kakaknya ingin  menikah sebelum lama kedua orang tuanya tiada. Syifa tak mampu berkata-kata, hanya airmatanya yang tiba-tiba meleleh yang coba dia sembunyikan dengan menelungkupkan wajahnya di meja bundar kecil di depannya. 

Syafia tak mampu lagi berkata, dia tahu adiknya sangat terluka dengan apa yang dismpaikannya tadi.

" Syifa jangan menangis ... Syifa jangan sedih ... Sebenarnya kakak juga tidak menghendaki ini ... Kalau Syifa keberatan, kakak tidak akan lakukan ... Kita akan habiskan waktu bersama-sama ... Kakak tidak akan menikah ... Syifa jangan sedih ya ... " Syafia merasa sangat bersalah telah membuat adiknya sedih. Syafia menyadari pasti ini tidak mudah bagi adiknya yang saat ini hanya memiliki dirinya.

" Kalau kaka menikah aku sama siapa ..." Syifa menyampaikan perasaanya pada Syafia di tengah tangisnya.

" Tidak adikku ... Kakak berjanji tidak akan meninggalkan Syifa sendiri ... Kakak pastikan kakak tidak akan menikah ... Kita akan hidup bersama ... Nanti kalau ada uang kakak akan mengontrak rumah dan kita tinggal bersama ..." jawab Syafia ikut menangis juga. Dia peluk adiknya, dia coba tenangkan adiknya. Dan kini Syafia semakin yakin dia tidak akan menerima keinginan taaruf dari ikhwan teman suami Ana. 

_____

Hari-hati selanjitnya Syafia lebih tenang dan lebih  konsentrasi lagi menyelesaikan tugas akhirnya. Syafia sudah sampaikan kepada Ana sang murabbi bahwa dia tak hendak menikah sekarang. Syafia ingin konsentrasi menyelesaikan kuliahnya, dan menemani adiknya menyongsong masa depannya. Syafia telah berjanji kepada dirinya sendiri untuk memberikan seluruh waktu dan kasih sayang kepada adiknya. Syafia tidak ingin adiknya sedih setelah kepergian mama dan  papa mereka. Syafia ingin menjadi pengganti mama dan papa bagi adiknya Syifa.

........

 Next 

#SHSB

Selasa, 11 Agustus 2020

CERBER : RAHASIA BILIK HATI Part 11

 RAHASIA BILIK HATI

Part 11


Sejak kedatangan Ana sang murabbi beberapa hari lalu, Syafia hampir sama sekali tidak dapat terlelap dalam tidurnya. Ada perasaan sedih, bingung dan takut. Syafia sedih karena seharusnya dia masih ingin terus belajar dan tidak ingin segera menikah andai kedua orang tuanya masih ada. Syafia sedih karena tidak ada lagi yang dapat dia mintai pertimbangan ketika dia harus memutuskan untuk menerima atau menolak lamaran seorang ikhwan. Syafia semakin teringat dan rindu kepada mama dan papanya, 

"mama , papa ... Andai kalian ada di sini aku tidak akan mengalami kesedihan ini ..." tangisnya pada suatu malam sebelum dia dapat memejamkan matanya untuk tidur. Hampir setiap malam Syafia mengalami kesulitan untuk memulai tidurnya.  Syafia menderita insomnia sudah sejak dia harus menjaga ayahnya di rumah sakit, dan berlanjut hingga sekarang. Meski dengan dzikir yang panjang dan alunan muratal yang dia perdengarkan untuk memulai tidurnya, dia masih saja sulit terlelap. Kadang dia tiba-tiba terbangun sesaat setelah mulai tertidur, dan biasanya terus terus tidak dapat memejamkan mata sama sekali dan  dia lanjutkan dengan sholat malam dan dzikir hingga subuh tiba. 

Kondisi Syafia  yang kurang tidur  mengakibatkan fisiknyapu menjadi lemah dan nampak kurus serta matanya selalu terlihat sembab. Kecantikannya sedikit memudar karena kesedihan yang teramat dalam yang harus ditanggungnya

Seperti malam itu, syafia tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Syafia masih belum menemukan jawaban apakah dia akan menerima usulan ukhti Ana untuk menikah dengan seorang ikhwan yang belum pernah dikenalnya, atau dia akan lanjutkan hidupnya seorang diri dengan adiknya Syifa. 

Syafia semakin galau ketika dia ingat adiknya yang harus melanjutkan cita-citanya, dan hutangnya untuk pengobatan sang  ayah yang harus dia bayarkan. Apakah ada ikhwan yang akan menerima keadaannya yang seperti ini? Sementara di sisi lain, ada kelelahan yang teramat dalam. Syafia memang sedang membutuhkan sandaran, seseorang yang akan selalu siap mendengar keluhnya, yang akan menghiburnya dikala sedih, dan ikut menopang tanggung jawabnya.

Syafia belum mendapat jawaban atas sholat istikharoh yang sudah tiap malam dia lakukan. Masih belum ada kemantapan, apakah dia akan tega meninggalkan adiknya untuk menikah? 

Sampai hari yang ditentukan, Ana sang murabbi kembali datang lagi menemuinya, Sementara Dyafia belum juga memiliki jawaban untuk Ana.

" Bagaimana ukhti ... Sudah difikirkan ? Sudahkah ada kemantapan .. ?! Tanya Ana sang murabbi saat berkunjung lagi ke rumah kontrakan Syafia seminggu kemudian.

" afwan ukhti ... Saya belum bisa memutuskan" jawab Syafia sedih sembari  memunduk.

" Apa ukhti ingin tahu ikhwan yang ingin melamar ukhti .. ?! Tanya Ana menebak apa yang dipikirkan Syafia.

"bukan ukhti ... Bagi saya siapa saja ikhwan yang menurut ukhti Ana baik untuk saya, saya akan terima" jawab Syafia pasrah.

"terus masalahnya apa ukhti ..." Ana sefikit mendesak Syafia.

" sudahkah ukhti Ana menceritakan keadaan saya sekarang yang sebenar-benarnya pada ikhwan itu ...? tanya Syafia ragu.

" Saya memiliki tanggungan hutang yang sangat banyak ukhti ... Saya juga memiliki tanggungan untuk membiayai sekolah Syifa adik saya  ... Andai saya menikah  saya tidak akan meninggalkan adik saya ukhti ... Saya akan selalu mebawanya bersama saya sampai  dia menikah ... Apakah ikhwan itu akan mau .. ?! Jawab Syafia sambil berurai air mata.

Sejenak Ana diam mendengarkan saja apa yang disampaikan Syafia. Ana sengaja membiarkan saja Syafia mengeluarkan isi hatinya. Syafia terus saja menangis tersedu meluapkan segala gunda yang selama ini menghimpit dadanya.

Ana tidak segera menjawab pertanyaan - pertanyaan yang diajukan Syafia. Beberapa saat dia hanya diam, memberi kesempatan Syafia untuk menenangkan dirinya. Hingga Syafia benar - benar berhenti menangis.

" Baiklah ukhti ... Tidak masalah kalau ukhti Fia memang belum siap ... Saya tahu pasti ini tidak mudah bagi ukhti" Ana mencoba menenangkan Syafia. Dan beberapa saat kemudian, mereka hanyut dalam diam. 

Merasa telah membuka kesedihan hati Syafia, Ana tidak tega melanjutkan pembicaraan apalagi memaksa Syafia untuk memberi jawabannya saat itu, dan dia segera pamit untuk pulang.

Next


#SHSB






Senin, 10 Agustus 2020

CERBER : RAHASIA BILIK HATI Part 10

 RAHASIA BILIK HATI

Part 10


Dua, tiga minggu telah berlalu, Syafia larut dalam kelam hatinya. Namun dia tetap mencoba tepiskan dengan kesibukan mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Fia bertekad akan menyelesaikan tugas akhirnya dalam semester ini, agar dia segera selesai kuliah dan bekerja untuk bisa membayar hutang  biaya pengobatan ayahnya dan mencari biaya sekolah adiknya. Hari-harinya dia isi dengan aktifitas di depan  laptop dan berjibaku dengan buku diktat - diktatnya. Syafia tidak lagi menyukai menghabiskan waktu dengan bercanda dan bercerita sana sini seperti hari sebelum - sebelumnya.

Kebahagiaan Syafia yang biasanya terpancar dari manis senyumnya, dan renyah tertawanya kini seakan sirna ditelan oleh galau hatinya. Hampir tidak ada lagi senyum indah Syafia tersungging di bibir mungilnya. Raut wajahnya menjadi sangat datar, bahkan kadang nampak mendung pekat menggelantung di pelupuk matanya yang nampak selalu sembab.

Teman-temannya serumah kontrakan sudah sangat memahami kondisi Syafia. Mereka mencoba untuk tetap menjadi sahabat dan bahkan saudara Syafia yang sewaktu-waktu siap membantu jika dibutuhkan. Mereka sebenarnya sangat ingin mendengar keluh Syafia dan membantu meringankan bebannya. Tapi tak sekalipun Syafia ingin membagi beban beratnya pada teman - teman seperjuangannya. Syafia lebih memilih menyimpan gundanya seorang diri dan menanggung deritanya sendiri.

" Ukhti ... ada ukhti ana datang mencari anti ..." 

tiba - tiba Aida datang mengusik keasyikan Syafia bercengkeramah dengan buku - buku diktatnya.

" ukhti Ana ... Mencari aku ? Syafia malah bertanya tidak percaya, karena dia tidak menyangka ukhti Ana sang murobbi akan mencari dirinya.

" Iya .. Itu sudah  di tunggu di luar" tandas Aida.

" Baiklah .... Aku berjilbab dulu" sahut Syafia.

Syafia bergegas menemui Ana di ruang tamu rumah kontrakan Syafia dan teman - temannya yang tersekat ditengahnya oleh tabir kain putih. Tabir di ruang tamu rumah - rumah akhwat biasanya disiapkan kalau-kalau  ada ikhwan yang bertamu ke rumah mereka untuk urusan orgnisasi atau kuliah.

"Assalamualaikum ukhti ..." salam Syafia sambil mengulurkan tangan menjabat tangan Ana dan sejurus kemudian mereka saling berpelukan sebagai wujud jalinan silaturahim yang kuat diantara mereka.

Ana bagi Syafia tidak lagi seperti guru atau murobbi, tetapi lebih dari itu. Syafia sudah menganggap Ana sudah sebagai ibu kedua  atau saudara tertuanya. Hanya kepada Ana Syafia berani berkeluh kesah. Hanya dipelukan Ana Syafia mau tumpahkan segala kesedihan. Dan kini Ama sudah di depannya.

"Bagaimana kabar ukhti Fia ... Sehatkan? Ana membuka percakapan.

" Alhamdulillah sehat ukhti ..." jawab Syafia.

" sedang apa tadi ... Saya mengganggu ya ? Tanya Ana.

" Tidak ukhti ... Saya senang ukhti datang" .jawab Syafia basa basi.

" silahlan duduk ukhti ..." kata Syafia mempersilahkan Ana duduk di lantai ruang tamu yang terturup karpet warna merah tua. 

"Afwan ukhti ... Apakah ada sesuatu yang membuat ukhti datang kesini .. ? Tanya Syafia tak sabar ongin tau tujuan Ana menemuinya.

" Iya ukhti Fia ... Ada sesuatu yang ingin ana sampaikan pada anti" kata Ana lembut.

" Tapi sebelumnya ana minta maaf ya ... Jika sekiranya ukhti Fia tidak berkenan" lanjutnya.

Syafia semakin penasaran, dan dia anggukan kepalanya sebagai tanda tidak keberatan terhafap apapun yang ingin disampaikan gurunya.

"Ukhti ... Sejak kemarin ukhti Fia datang ke rumah ... Ana terus mikir apa yang bisa ana buat untuk membantu ukhti ... Lalu ana bercerita pada suami ... Maafkan ana ya ukh" kata Ana merasa bersalah telahenceritakan masalah Syafia kepada suaminya.

"Setelahnya ... Kami diskusi kiranya bagaimana kami bisa membantu ukhti ... Kami merasa kasihan ukhti harus menanggung semua beban ukhti sendiri .." Ana tidak melanjutkan bicaranya. Dia diam sesaat seakan ragu dengan apa yang ingin disampikannya pada Syafia.

" iya ukhti ... Terimakasih ukhti Ana dan mohon maaf ukhti Ana dan suami jadi saya repotin untuk ikut memikirkan keadaan saya " tukas Syafia sejurus kemudian.

" Tidak ukhti ... Bahkan ana dan suami bersyukur anti mau membagi beban yang anti tahankan dengan kami.." lanjut Ana.

" Afwan ya ukhti jika kami lancang ... ana dan suami kemudian berfikir bahwa anti membutuhkan seorang pendamping yang setiap saat dapat mendengar dan berbagi rasa dengannya" kata Ana agak sedikit dipelankan, tidak ingin di dengar oleh penghuni rumah yang lain.

Sementara itu Syafia tersentak, sama sekali belum pernah terfikir dalm hatinya untuk mencari pendamping. Bahkan dia ingin segera selesaikan kuliahnya karena ingin bekerja agar dapat menyelesaikan semua tanggungan hutangnya dan mebiayai sekolah adiknya.

" Bagaimana ukhti ..?! Ana membuyarkan lamunan Syafia.

" Bagaimana ... Gimana ukhti? Syafia justru bertanya balik tidak mengerti.

" Andai ukhti Fia ada yang menginginkan ... Apakah ukhti bisa menerima ?! Ana memperjelas pertanyaannya.

Syafia dibuat bingung dengan pertanyaan - pertanyaan gurunya.

"Saya tidak tahu ukhti ... Apakah ada ikhwan yang mau menikah dengan saya ... Saya adalah perempuan yang sedang memiliki banyak masalah ukhti ... " jawab Syafia ragu.

" Andai ada ikhwan yang bersedia menemani ukhti Fia dalam keadaan apapun apakah ukhti mau ...?! Ana mulai mengarahkan jawaban  Syafia untuk fokus pada kesediaannya untuk menikah.

" Saya tidak tau ukhti ... Akan saya fikirkan dulu ..." jawab Syafia dengan setengah menunduk menyembunyikan matanya yang mulai tergenang oleh air  bening di pelupuk matanya  itu.

" baiklah ukhti ... Ukhti Fia coba fikirkan dan meminta petunjuk pada Allah ya ..." kata Ana  dengan sabar dan memberi waktu Syafia untuk memikirkannya.

" Minggu depan ana akan kesini lagi ya  ... kebetulan ada seorang ikhwan yang sangat baik yang menurut ana dan suami cocok untuk ukhti sedang ingin dicarikan pendamping yang sholihah " jawab Ana mengakhiti pembicaraan mereka dan kemudian berpamitan.

Next

#SHSB




Minggu, 09 Agustus 2020

CERBER : RAHASIA BILIK HATI Part 9

 RAHASIA BILIK HATI

Part 9




Syafia dan adiknya Syifa masih nampak sembab kedya matanya. Berbalut busana dan jilbab hitam, mereka tidak pedulikan para tamu yang datang melayat ayahnya yang akhirnya tiada. Syafia dan Syifa terus saja melantunkan ayat suci di depan jenazah ayah yang terpaksa dengan ikhlas harus mereka lepaskan.

Setelah hampir tiga bulan dalam kondisi koma dan hidup dalam ketergantungan terhadap mesin bantu pernafasan dan mesin-mesin lain yang membuat ayah Syafia sekian bulan terlilit rangkaian sakti tersebut. Akhirnya dengan kesepakatan keluarga besarnya, Syafia didampingi adik ayahnya menyampaikan pada tim dokter yang merawat ayahnya, bahwa Syafia dan adiknya Syifa jika sekiranya semua alat dicabut dan Ayah mereka tidak lagi dapat diselamatkan.

Tentunya keputusan yang tidak mudah bagi Syafia dan Syifa adiknya, teyapi melihat ayahnya berbaring berbulan-bulan dalam diam membuat Syafira dan adiknya harus terpaksa merelakan sang Ayah. Mereka berharap, barangkali akan lebih baik buat ayah dengan harapan ayah dan ibj mereka akan berjumpa di alam baqa.

Disamping itu, biaya pengobatan sang ayah sudah tidak mampu lagi ditanggung syafia. Mobil sang ayah sudah di jual oleh pamannya untuk biaya pengobatan papanya. Bahkan rumah pun telah diagunakan untuk hutang demi kesembuhan sang ayah. Syafia dan Syifa sangatctidak mungkin menghalangi takdir Allah, mungkin sudah saatnya sang papa harus menghadap ke haribaanNya.

"Semoga paa dan mama dapat berkumpul di surgaNya ..." sebuah kalimat yang terus saja mereka ucapkan untuk menguatkan hati mereka yang telah kehilangan kedua orang tua yang mereka cintai.

__________

Berselang beberapa minggu setelah sang Papa meninggal, semua keluarga sudah mulai meninggalkan Syafia dan adiknya di rumah mereka. Hanya om Andri  dan istrinya saja yang masih tidak tega meninggal Syafia dan adiknya di rumah mereka berdua saja.

Istri om Andri tante Tina menvoba membujuk Syafia dan Syifa untuk tinggal di rumah mereka selama mereka berduka. Tapi sepertinya Syafia masih enggan meninggalkan satu-satunya kenangan terindah dengan kedua orang tua mereka.

Tapi akhirnya Syafia menyerah, setelah Syifa adiknya menyatakan ingin ikut ke rumah om dan tantenya. Selanjutnya, mereka berdua pindah ke rumah om di kota Surabaya. Syifa terpaksa pindah sekolah ke Surabaya dan Syafia tetap harus menyelesaikan tugas akhir kuliahnya di Malang.

Hari - hari Syafia menjadi sangat berubah, dia tidak lagi aktif bersama teman-teman aktivisnya. Dia lebih suka menghabiskan waktunya di kamar, mengaji atau mengerjakan tugas akhirnya. Bahkan beberapa kali kegiatan halaqoh dia tidak hendak mengikutinya. Sangat berbeda dengan Syafia beberapa bulan lalu, yang ceria dan selalu semangat belajar terutama diskusi tentang Islam.

" Ukhti Fia dapat salam dari ukhti Ana ... " kata Aida sepulang dari sesi tarbiyah rutin mereka, sembari mengambil tempat duduk di atas ranjang di sebelah Syafia yang sedang serius membaca diktat.

"Waalaihas salam" jawab Fia singkat menoleh sesaat  melihat wajah Aida dan lanjut menelusuri barisan kata demi kata di buku diktatnya .

" Fia ... Sebagai sahabat aku ikut sedih melihat Fia seperti ini ... " kata Aida pelan memecah keheningan setelah beberapa saat suasana mereka berdua terdiam.

" Bukannya Fia sudah sangat faham bahwa kita harus sabar menerima ujian yang diberikan Allah pada kita ?! Lanjut Aida.

" Mengapa ukhti harus menyiksa diri seperti ini ? Apakah ini bentuk protes ukhti pada sang Khaliq ??! Tanya Aida bertubi-tubi, membuat Syafia tidak berdaya dan keudian hanya bisa menangis, menelungkupkan mukanya di meja belajar di samping ranjangnya. 

Fia  menangis terisak - isak, sementara Aida dengan sengaja membiarkan saja Fia mencurahkan kesedihan hati yang ditanggungnya dengan tangisnya. Aida yakin bahwa menangis adalah cara terbaik untuk meluapkan beban di hati.

Setelah Fia berhenti dati tangisnya dan nampak lebih tenang, Aida masih mencoba untuk mancing agar Syafia mau menceritakan apa yang menjadi beban hatinya. Namun Syafia memilih tetap diam seribu bahasa meskipun  pada para teman - teman dekatnya.

Syafia tahu bahwa kalaupun diceritakan, mereka tidak akan faham dan mengerti betapa sulitnya permasalahan yang dihadapi Syafira. Dia harus memikirkan tanggungan hutang ratisan juta untuk pengobatan ayahnya yang masih belum dibayar sama sekali. Fia tak henti memikirkan adiknya yang tinggal sendirian bersama om dan bibinya, memikirkan biaya kuliahnya yang sebentar lagi harus segera di lunasi?!

Kini semua harus difikirkan Syafira seorang diri. Dalam diamnya, Fia sedang berfikir keras akan solusi semua masalahnya. Apakah dia harus menjual rumah satu - satunya peninggalan kedua orang tuanya ?! Ataukah dia harus bekerja? Tapi pekerjaan apa yang bisa dilakukan yang dapat menfhasilkan uang ratusan juta ??

Syafia hanya dapat merintih dalam diam. Dia merasa tidak mubgkin membagi beban beratnya ini dengan para sahabatnya. Tetapi ketika dia tanggung sendirian apa mungkin dia akan kuat ?!

Akhirnya Syafia memutuskan untuk menceritakan masalahnya kepada sng murabbi ukhti Ana. Syafia menceritakan semua permasalahan yang dihadapinya. Ana sang Murabbi mendengarkan dengan penuh seksama, dan sesekali mengulukan tisyu kepada Syafia yang kadang di tengah ceritanya tidak tahan untuk tidak menangis. Ukhti Ana sangat dapat memahami apa yang dirasakan oleh Syafia. Namun kebersahajaannya mampu menguras seluruh emosi Syafia, dan setelahnya Syafia nampak lebih baik karena semua beban hidupnya telah dia tumpahkan.

Ukhti Ana tidak banyak memberi nasehat, karena dia tagu Syafia tidak sedang butuh nasehat, tetapi dia butuh untuk didengarkan. Ana sang murabbi hanya menyampaikan sebuah dalil bahwa Allah tidak akan memberi ujian kepada hambaNya kecuali sebatas kampuan hamba tersebut.

" Ukhti Fia yang sabar ya ... InsyaAllah, Allah akan segera mengirimkan pertolonganNya" kata ukhti Ana lembut pada Syafia.

Nexf

#SHSB


Jumat, 07 Agustus 2020

aRAHASIA BILIK HATI Part 8

 RAHASIA BILIK HATI

Part : 8


"Selamat tinggal hanya untuk mereka yang suka dengan mata mereka. Karena bagi mereka yang suka dengan hati dan jiwa tidak ada hal seperti pemisah" (Jalaluddin Rumi)

Sebuah quotes tertulis indah dibatas sebuah kertas pink berbunga merah ditempel di atas meja belajar Syafia. Diusap-usapnya kertas pink berbungah merah sambil nampak dia terus berfikir.

"Apakah salah jika aku masih mencintai mas Andi?

"Apakah berdosa jika aku masih menyimpan perasaan ini dalam hatiku?

"Bukannya perasaan ini juga dariMu yaa Allah?! Syafia nampak merintih dalam diamnya.

Tiba-tiba Fia teringat hikayat cinta terindah Ali bin Abi Thalib dengan sang pujaan hati Fatimatuz Zahro putri Rasulullah, yang pernah dia baca di sebuah buku Cerita Teladan Para Sahabat di perpustakaan kampusnya.

Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, saling mendoakan tanpa mengumbar perasaannya. Kisah cinta antara Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. Kisah cinta yang begitu mulia disisi Allah SWT.

Ali dan Fatimah tak pernah sekali pun saling mengumbar perasaan. Mereka sama-sama menyimpan perasaannya dalam doa. Saling memantaskan diri agar menjadi pribadi yang mulia.

Betapa Allah menjaga perasaan Ali dan Fatimah. Meskipun beberapa kali perasaan mereka diuji, namun mereka tetap pasrah dan saling mendoakan.

Fatimah Az-Zahra adalah salah seorang putri Rasulullah. Ali bin Abi Thalib mulai jatuh cinta dengan Fatimah sejak sigap membalut luka Rasulullah setelah berperang.

Sejak kejadian itu, Ali bertekad akan melamar Fatimah. Namun Ali tak pernah mengumbar perasaannya. Ali hanya menitipkan doa atas rasa cintanya.

Meskipun Ali adalah salah seorang sahabat Rasul yang begitu mulia, namun Ali masih merasa malu untuk melamar. Karena ia juga belum memiliki mahar untuk melamar Fatimah.

Ketika sedang berusaha mengumpulkan modal untuk melamar Fatimah, tiba-tiba tersiar kabar bahwa sahabat Rasul yang lain ingin melamar Fatimah. Ia adalah Abu Bakar As-Shidiq.

Namun, lamaran Abu Bakar ditolak oleh Fatimah. Dan betapa gembiranya Ali mendengar kabar tersebut.

Tak lama kemudian, sahabat Rasul yang lain juga ingin kembali melamar Fatimah. Ia adalah Umar bin Khattab. Mendengar berita tersebut, Ali mulai merasa tak memiliki kesempatan.

Namun, sekali lagi. Lamaran Umar bin Khattab juga ditolak. Ali yang mendengar hal tersebut kembali gembira. Namun di sisi lain, ia juga mulai merasa ragu. Jika Abu Bakar dan Umar yang begitu teguh keimanannya saja ditolak, apalagi ia yang merasa masih belum ada apa-apanya.

Sejak saat itu Ali, kembali mengurungkan niatnya. Ia pun bercerita kepada Abu Bakar,  bahwa Abu Bakar telah membuat hatinya goyah saat Abu Bakar melamar Fatimah sang putri Roasul. Padahal sebelumnya dia sangat  menghendaki Fatimah, tetapi yang menjadi penghalang satu-satunya bagi Ali  adalah karena dia tidak mempunyai apa-apa.

Mendengar cerita Ali,  Abu Bakar pun berkata, “Wahai Ali, janganlah engkau berkata seperti itu. Bagi Allah SWT dan Rasul-Nya, dunia dan seisinya hanyalah ibarat debu-debu bertaburan belaka.”

Ali  tersadar, dan ia  merasa mendapatkan semangat baru. Ali pun memberanikan diri untuk datang menemui Rasulullah.

Sesampai dirumah Rasul, Ali ditanya perihal kedatangannya. Namun Ali tak berani menjawab. Rasul pun kembali mempertegas pertanyaanya, “ Apakah kedatanganmu untuk melamar Fatimah?”

Ali kemudian menjawab “ Iya.”

Beliau lantas mengatakan, " Apakah engkau memiliki suatu bekal mas kawin?." Dengan penuh ketulusan Ali pun menjawab, " Demi Allah, engkau sendiri mengetahui bagaimana keadaanku ya Rasulullah. Tak ada sesuatu tentang diriku yang tak engkau ketahui. Aku tidak memiliki apa-apa selain sebuah baju besi, sebilah pedang dan seekor unta."

Mendengar jawaban Ali, Rasulullah pun tersenyum lantas mengatakan, " Tentang pedangmu, engkau tetap memerlukannya untuk meneruskan perjuangan di jalan Allah. Dan untamu, engkau tetap memerlukannya untuk mengambil air bagi keluargamu juga bagi dirimu sendiri. Engkau tentunya memerlukannya untuk melakukan perjalanan jauh. Oleh karena itu, aku hendak menikahkanmu dengan mas kawin baju besi milikmu. Aku bahagia menerima barang itu darimu Ali. Engkau wajib bergembira sebab Allah lah sebenarnya yang Maha Tahu lebih dulu. Allah lah yang telah menikahkanmu di langit lebih dulu sebelum aku menikahkanmu di bumi." (HR. Ummu Salamah)

Ali dan Fatimah sudah saling mencintai. Namun tak ada satu pun dari mereka yang mengumbar tentang perasaaanya. Mereka sama-sama saling mencintai dalam doa.

Bagi Ali, butuh usaha bertahun-tahun untuk memantaskan diri. Agar ia pantas untuk Fatimah. Beberapa halangan juga sempat Ali lalui. Namun, Ali tak pernah menyerah untuk dapat melamar Fatimah.

Begitupun Fatimah, ia mencintai Ali juga dalam doa. Bersama memantaskan diri. Sehingga kisah cinta mereka begitu mulia disisi Allah SWT.

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kisah cinta Ali dan Fatimah bagi Syafia.   Dan tentunya dapat menjadi inspirasi untuknya  agar menjadikan cintanya pada Andi sebagai doa.. Doa yang terus akan selalu ada disetiap sujudnya.

________

Suasana rumah Syafia masih nampak aura duka. Meskipun ini adalah hari kelima  meninggalnya mama Syafia akibat kecelakaan. Syafia dan adiknya Syifa sangat terpukul dengan kejadian yang tidak pernah disangka-sangka ini. Itulah rahasia kematian, tak satupun yang dapat membaca firasat atau tanda kapan kematian akan datang menjemput.

Syafia masih teringat jelas, hari minggu kemarin ketika dia pulang dan menginap di rumah orang tuanya, dia sempat membuat sedih mamanya. Masakan kesukaannya yang dibuat khusus oleh mama untuknya  tidak sempat disentuhnya.

" kemarin minggu aku da kecewain mama ukhti ... Aku belum sempat minta maaf tapi mama keburu pergi ... " tangisnya meledak lagi. Airmatanya tak pelak membasahi busana ukhti Ana sang murabbi yang batu dapat melayat ke rumahnya.

"Pasti mama sedih ..." lanjutnya diantara tangis yang tak jua mampu dia hentikan.

"Sabar ukhti ... Ukhti masih bisa berbuat banyak untuk mama dengan terus mendoakannya" sang murobbi mencoba menenangkan Syafia yang nampak sangat syok dengan ujian kematian mamanya. Apalagi  sang papa juga masih di rawat di rumah sakit karena kecelakaan itu.

"Aku tidak bisa memafkan diriku ukhti ... " sanggahnya masih merasa sangat menyesal masakan terakgir mama yang disiapkan untuknya fidak dapat dia nikmati, karena saat itu tiba-tiba ada panggilan dari tannya untuk segera datang ke kampus karena suatu urusan. 

Sesaat yang terdengar hanya tangisan lirih Syafira diantara bacaan ayat-ayat Al Quran yang disuarakan oleh Aida dan kawan-kawannya. Ana memahami perasaan bersalah Syafia dan membiarkan Syafira untuk mengungkapkan dalam tangisnya  agar tidak menjadi beban hatinya.

" Ukhti ... Ukhti Fia yang sabar ya ... Ukhti pasti tahu bahwa pada hakikatnya semuanya adalah milik Allah SWT maka apa yang kita miliki termasuk nyawa adalah pinjaman dari Allah ... dan sewaktu-waktu akan diambil oleh pemiliknya Allah swt " Hibur Ana dengan nada bijak dan suara anggunnya yang mendamaikan.

" Ingat ... Ukhti masih punya tanggung jawab .merawat papa dan menguatkan adek ... Biarlah mama sudah bersama pemiliknya ikhlaskan ... Papa dan adek yang masih butuh ukhti kuat ... " Lanjut Ana, sementara tangis Syafia sudah mulai terhenti.

" Ukhti harus bangkit dari kesedihan ini kalau ukhti masih sayang papa dan adik ..." kata Ana lembut, dan sepertinya mampu menembua hati Syafia dan menyadarkannya.

" Iya ukhti ... Syukron ukhti telah mengingatkanku tentang papa ... " kata Syafia pelan dan mulai menghapus air yang menetes dari matanya yang nampak semakin bengab.

Suara bacaan Al Qur'an terus diperdengarkan dari speaker mini di ruang tamu. Teman-teman Syafira sedang mengadakan kegiatan khataman dan kirim doa untuk mama Syafia. Mereka tahu Syafira dalam puncak kesedihan, makanya sejak berita meninggalnya mama Syafia mereka tidak meninggalkan Syafia sedetikpun.

Sementara adik Syafia dengan ditemani om Yanto adik dari papa mereka, berada  di rumah sakit menunggu sang papa yang masih koma di ruang ICU.

Kematian adalah  ujian terberat umat manusia, dan juga  sebagai nasihat bahwa siapapun yang hidup suatu saat akan mati. Tidak ada syaratnya untuk mati, pun juga untuk ditinggal mati oleh orang-orang yang dicintai. Apakah kematian datang saat usia sudah sangat rentah dan anak-anak sudah mapan? atau kematian datang saat masih sangat muda dan anak-anak masih sangat membutuhkan, kematian tidak pandang usia, pangkat, kelas dan apapun yang fana di dunia ini. 

Kematian datang kapan saja, saat Allah menghendaki.

__________

Tatapan mata Syafia nampak kosong, lalu lalang orang di hadapannya tidak sedikitpun membuyarkan lamunanya. Sudah hampir dua jam Syafia duduk diam di kursi tunggu rumah sakit yang sudah mulai terdengar berdenyit ketika sang penumpang bergerak atau merubah posisi duduk. Tak ada yang bisa menebak apa yang sedang berkicau dibenak Syafia, dia nampak asyik dengan lamunannya. Hanya nampak raut mukanya  sedih, yang menandakan sedang ada kesedihan yang teramat dalam di dasar  hatinya.

Bisa dimengerti, karena sang ayah yang sudah hampir 2 bulan dalam kondisi koma di rumah sakit. Tak ada perubahan sedikitpun kondisi sang papa sejak terjadi lecelakaan yang sudah membawa mama Suafira harus dia relakan menghafap sang Khaliq. Hanya papa nya yang diharapkan tidak turut pergi dan dapat bertahan untuk menani dia dan adiknya. Syafia merasa belum siap jika secepat itu kedua orang tuanya akan pergi. Dia belum belajar banyak tentang kehidupan yang sangat keras.

Bagaimana dia dan adiknya  bisa hidup jika sang papa juga meninggalkan mereka? Semua ilmu tentang ikhlas dan sabar yang sering dia dengar dari sang murabbi tak mampu membuat hatinya rela. Masih ada rasa tak terima, sedih, merontah akan keadaan yang sedang dia alami.

"Ya Allah aku mohon selamatkan papa ... Segera sadarkan dia ... Jangan ambil papa satu-satunya milik kami ... Hamba  tahu engkau Maha Pengasih ... Kasihanilah kami yaa Allah ... segera sadarkan papa kami yaa Allah ... Sunggu tidak ada sesuatupun terjadi tanpa kehendakMu yaa Rabb ... Kabulkan doaku ..." doa yang selalu dipanjatkan Syafira setiap saat, dalam sholat, saat duduk, saat berbaring tanpa bosan.

Tapi hari ini, Syafia hanya duduk terdiam. Tak nampak bibirnya mengalunkan dzikir seperti biasanya. Syafia hanya diam dan diam, dalam hatinyapun tak lagi labtunkan doa yang biasa dia ucapkan. Apakah Syafia sudah pada titik balik kesabarannya? 

" Ya Allah aku tidak tau apa yang harus aku pinta padaMu ...  Engkau yang lebih tahu karena Engkau Yang Maha Tahu " doa terakhir Syafia dalam sholatnya hari ini. 

Ini adalah hari ke 58 papa Syafia dalam keadaan koma. Telah terjadi pendarahan hebat dikepalanya karena kecelakaan itu.  Dokter menjelaskan telah telah terjadi penggumpalan darah otak  sebagian papa Syafira sudah mati, sehingga untuk bernafaspun papa Syafia harus dibantu alat bantu pernafasan yang selalu tersambung ke hidung dan paru-parunya. Demikian juga untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dipasang selang PEG atau Percutaneous Endoscopic Gastronomy adalah selang makanan permanen yang dimasukkan melalui kulit langsung ke perut papa Syafia.

Setiap saat Syafia dan adiknya bergantian menjaga papa mereka. Mereka tidak tidak ingin merasa sendiri dalam tidur panjangnya. Kata dokter yang merawat, mungkin papa mereka masih bisa mendengar dan merasakan kehadiran orang disekitarnya, maka tak henti mereka suarakan murotal dari sebuah apeaker kecil di ruang perawatan papa mereka. Kadang mereka berdua mengajak berbicar, bercerita apa saja kepada papa mereka. Mereka masih sangat berharap papa mereka masih dapat kembali sehat dan menemani mereka sampai tua.

"Syafia ... Kenapa kamu duduk di sini ... dimana Syifa ? Kata om Arya adik papa yang nomor tiga. Papa Syafira adalah anak tertua dari  5 bersaudara laki-laki semua. Merekalah yang banyak suport Syafia, adik dan papanya selama papa koma di rumah sakit. Syafia hampir tidak tahu sudah habis biaya berapa puluh juta untuk perawatan papanya selama 58 hari di rumah sakit, semua diurus adik-adik papa Syafira.

" om Arya ..." Syafia menjawab sapaan pamannya dengan tergagap karena terkejut sang om adik papa  datang tiba-tiba membuyarkan lamunannya. 

" Syifa di dalam temani papa om ..." lanjitnya sambil beringsut memberi tempat pamannya untuk duduk.

" ngapain kamu di sini ..."

" tidak kenapa - napa om ... Merasa agak dingin  saja di dalam kamar papa AC terus menyala" jawab Syafia memberi alasan.

" ya sudah ... kamu terus sabar ya .." lanjut pamannya.

" iya om ..." jawab Syafia lirih. Meskipun kata sabar mulai kabur tak terdefinisi di dalam hati Syafia. Dia tak lagi mampu mendefinisikan apa itu sabar, apa artinya, bagaimana implementasinya. Karena ternyata sebuah kata " sabar" menjadi sandi semua orang ketika berbicara  dengannya saat ini. Apakah kata " sabar" hanya sebuah kata yang tidak bermakna sehingga begitu mudahnya semua orang mengatakan "sabar" tidak hanya sekali bahkan mungkin berkali-kali setiap bertemu dengannya. Atau mungkin karena tidak ada kata-kata lain yang bisa disampaikan kepada seseorang dalam kondisi sedang berada di titik "nol" kecuali hanya kata "sabar"?

Apakah yang sudah dilakukan Syafira  adalah sebuah bentuk kesabaran? Meskipun ketika suatu waktu dia merajuk dan marah kepada sang Pecipta karena tidak jua mengabulkan doa-doanya yang dilantunkannya setiap saat.

Apakah sabar itu berarti diam dalam musibah tanpa airmata? Padahal air mata Syafia sudah kering karena setiap hari dia harus mengurasnya dalam setiap doa-doanya. 


Next ...

#SHSB

RAHASIA BILIK HATI Part 7

 RAHASIA BILIK HATI

Part : 7


Tak kuasa,  kembali terjadi kecamuk di bilik hati Syafia. Lagu-lagu kenangan mereka berdua kini hampir setiap malam  dia dengarkan dari suara indah dari kamar kost sebelah. 

"Kenapa suaranya begitu sama persis dwngan suara mas Andi, dan lagu-lagu yang dinyanyikan pun sama dengan lagu-lagu sering yang dinyanyikan mas Andi ... Siapa sesungguhnya tetangga kost yang menyanyikannya ? Pertanyaan dalam hati Syafia yang tak pernah diungkapkan pada teman-temannya.

Syafia sangat menjaga diri, karena dimata teman-teman yang sekarang serumah dengan dirinya, dia dianggap lebih bahkan hampir seperti seorang murobbi bagi mereka. Syafia dianghap paling alim dan mampu menerapkan apa-apa yang di syariatkan kepada seorang muslimah oleh agamanya. 

Namun Syafia tidak menyangkal sisi manusiawi yang dia miliki. Dia punya hati yang memiliki naluri mencintai,  merindu bahkan kadang merana kesepian. Sedangkan dibilik hatinya yang lain berteriak keras  menyuarakan Cinta yang layak dimiliki hanya untuk yang Maha Kasih, rindu hanya pantas dicurahkan hanya kepada Yang Maha tinggi, dan harapan hanya layak disandarkan kepadaNya yang Maha Pengatur hidup.

Semakin rasa itu ingin dia abaikan,   bahkan menyeruak semakin kuat menggelitik hatinya. Ada rindu yang semakin  mengiris kalbunya, ada nyeri di dasar hati yang dia suarakan lirih dalam setiap alunan doanya. Ada rasa penasaran yang kuat tentang siapa sebenarnya laki-laki bersuara seseksi Bebi Romeo penghuni  kost sebelah ?!

Ada rasa syahdu yang tak dapat dilukiskan, ada galau yang tak dapat dia hiraukan, ada sepi yang tak mampu dia sembunyikan. Syafira tiba-tiba rapuh dalam wujud yang coba dia tampakkan perkasa. 

Kini dalam sujud malamnya selalu dihiasi dengan butiran2 bening air mata yang memendarkan cahaya malam, menghaturkan rasa penyesalan atas ketakberdayaan pada kekasih diujung malam. Menyampaikan penyesalan atas ketakmampuannya menyatukan hatinya yang berserakan dalam keping2 cinta yang tak utuh hanya padaNya. 

Sedihnya untuk rindu yang tak lagi mampu dilupakannya, untuk kesepian yang tak bisa diabaikannya. Juga untuk rasa cinta fananya  yang semakin sulit dia hapuskan.

__________

"Assalamualaikum ..." Tok tok tok  ... Suara ucapan salam seorang kali-laki dan  ketukan pintu terdengar dari pintu belakang rumah kontrakan para akhwat.

"Hai ... Seperti ada yg ketut pintu belakang" kata Sulis pada Aida saat mereka sedang ngobrol berdua di kamar siang itu.

" Siapa ... ? Tanya Aida balik.

"Mana aku tau ... Ayo gih sana" Sulis mendorong Aida, tapi yang di dorong  tak juga  beranjak.

" Sepertinya suara cowok sebelah"

"Mau apa dia ...? Kata Aida dengan tetap dalam posisi rebahan di ranjang.

" Assalamualaikum ..." Suara salam terdengar lebih keras.

"Waalaikum salam " terdengar suara Ika menjawab salam dari dalam kamarnya, dan segera berlari menuju pintu belakang setelah merapikan jilbabnya.

" Maaf mbak ... Ini kolak tape ... Barusan kami masak ... Terimakasih dapurnya" Kata seorang pemuda dengan perawakan tanggung sambil menyodorkan semangkuk kolak tape kepada Ika yang nampak masih bengong. Kemarin siang memang perwakilan mereka minta ijin untuk menggunakan dapur siang ini.

" E .. Iya terimakasih" Jawab ika gugup karena tidak menyangka cowok tetangga sebelah berbaik hati berbagi kolak tape kepada mereka yang selama ini sudah bersikap cuek. 

Dan si cowok segera berlalu, sebelum Ika sempat sampaikan terimakasihnya, dan  segera menutup pintu kembali.

" Ukhti - ukhti semua ... ini ada kiriman kolak dari teman kost sebelah ... Sini keruang makan" ika berteriak memanggil teman-temannya.

" Teman cowok yang mana tadi ... Apa mas Heri ?  Tanya Aida sambil menarik tempat duduk.

" Heri siapa ... Memang kamu sudah kenalan sama mereka? Tanya Ika heran pada Aida.

"Iya ... Kemarin pas mau ambil jemuran, ada mas nya yang kecil sepertinya masih semester dua dia ... Aku tanya yang biasa gitaran malam itu siapa ... Katanya namanya mas Heri anak Fisipol semester 7 " Kata Aida tidak peduli semua mata menatapnya dengan tatapan heran. 

"kok bisa sih ..." celetuk Fika.

" Dia juga jelasin yang namanya Heri itu  orangnya paling tinggi, besar dan ganteng " lanjut Aida merasa tak bersalah dengan yang dilakukannya.

"Heemmm ..." Sahut Syafia dingin.

"Aku tau yang paling seneng dengar berita ini pasti ukhti Fia .." goda Aida pada Syafira.

" Kok bisa aku yang paling seneng alasannya apa .." tukas Sayafia merasa keki ditebak Aida demikian. Fia tak menyangka Aida bisa tahu  apa yang dia sembinyikan dalam hatinya.

" Karena aku tahu ... Sejak si abang suka menyanyikan lagunya Bebi Romeo tiap malam,  ada yang syahdu diwajah ukhti ... Pasti masa lalu kembali teringat" Aida semakin menggoda Syafia.

" Astaghfirullah ... Ndak lah " Syafia nampak jengkel dengan godaan Syafira sambil berdiri dan pergi meninggalkan mereka.

" Hei ... Nih gimana kolaknya "

"Makan ja sana ... Ana da kenyang" kata Syafira terus berlalu menuju kamarnya.


Next ...

#SHSB

RAHASIA BILIK HATI Part 6

 RAHASIA BILIK HATI

Part : 6

" Ukhti Aida ... Kok bisa sih itu ada banyak laki-laki ngobrol  di luar rumah kita" tanya Syafia merasa aneh dihari pertama kepindahannya, dia mendapati ada pemuda yang duduk santai di pojok rumah kontrakan mereka.

" iya ... Critanya agak panjang ukhti ... sebenarnya mereka itu orang-orang yang kost di sebelah rumah kita ..." kawab Aida.

" haaa ... " Syafia terngangah 

" Berarti rumah kita ini satu komplek dengan kos mereka ... ? Syafia belum bisa memahami kejadian  akhwat aktivis da'wah Islam mengontrak rumah yang dikelilingi oleh kamar-kamar kontrakan pria.

" ceritanya panjang ukhti ... dan lucu" kata Aida sambil tersenyum.

"Maaf ukhti ... saya lupa menceritakan kemarin" lanjut Aida.

Selanjutnya Aida mulai menceritakan ikhwal  kejadian unik itu terjadi. Kejadian berawal ketika mereka Aida, Sulis dan Ika bersama mencari rumah kontrakan. Ketika melihat rumah bagus dikontrakkan, mereka tidak berfikir panjang. Mereka langsung menghubungi pemilik rumah yang nomornya tertera dalam iklan dan beberapa jam selanjutnya mereka sudah janjian dengan si pemilik rumah untuk melihat kondisi rumah. Saat itu rumah kosong, ada beberapa kamar di dalam rumah dan beberapa kamar kos yang kosong dan sebagian tertutup rapat di sisi kanan rumah.

 Melihat dapur mungil yang rapi dan dua ruang kamar mandi yang juga rapi membuat Aida dan kawan-kawan semakin yakin untuk mengontrak rumah tersebut. 

Karena sudah merasa cocok maka mereka malakukan transaksi dan penyerahan pembayaran dan menerima kunci. Besuknya mereka Aida, Sulis, dan Ika sudah boyong menempati rumah kontrakan baru, meski penghuninya masih kurang yaiti Syafira yang masih membujuk orang tuanya dan Fika yang masih menghabiskan masa kontrakan di rumah lama.

Sehari dua hari tidak ada masalah dengan rumah baru mereka, karena mereka menghabiskan hampir  waktu seharian di kampus.  Masalah baru muncul pada hari libir, hari minggu pertama di rumah kontrak mereka, tiba-tiba ada beberapa cowok berkumpul dan berguarau  di depan dapur.

" Ukhti Aida ... kok bisa ada cowok di depan dapur kita ? Kata Sulis berbisik pada Aida.

"Iya kok bisa ... gimana ini kita terjebak disini .." jawab Aida juga kebingungan.

" Apa mereka keluarga pemilik rumah ? Tapi kok bisa-bisanya masuk sini begitu saja .. Apa dia ndak faham ini tempatnya cewek " Gerutu Aida masih tidak terima beberapa cowok itu malah duduk santai di depan dapur yang lokasinya terpisah di belakang rumah utama kontrakan mereka.

" sampai kapan kita di dalam sini ukhti ... Ini makanan juga sudah mau dingin" kata Sulis sudah mulai tidak betah lama-lama di dalam dapur yang sempit.

" ya sudah kalau gitu kita ke rumah ... Tapi langsung kita bawa semua masakan kita" kata Aida.

Mereka segera memindah makanan dari panci ke beberapa wadah, dan membersihkan dapur mungil yang cantik itu. Setelah dirasa cukup, segera mereka bersiap untuk keluar dapur dan masuk rumah induk.

Saat tahu pintu dapur dibuka oleh Aida dan Sulis yang mau keluar , secara serentak beberapa cowok itu menoleh dan agak kaget juga mereka.

" Oh ... Mbak-mbak ini yang menpati rumah ini sekarang" kata salah satu dari cowok-cowok itu.

"Kenalan mbak ... kita tetanggaan loh " celetuk yang lain setengah berteriak karena Sulis dan Aida menuju rumah setengah berlari.

" Allahu Akbar ..." ucap Aida setelah menutup pintu belakang sembari mengelus dada.

" ternyata kamar-kamar kos sebelah itu kamar kos laki-laki ... Astaghfirullah" lanjutnya.

" Terus bagaimana ukhti ... Padahal kamar mandinya jadi satu di belakang ... Walau dua kamar mandi kan letaknya berdempetan ... Apa yang kita lakukan ukhti ? Kata Sulis ikut resah juga.

" Kita tinggu ukhti Ika, biar nanti ukhti Ika yang telepon ibu yang punya rumah ... kalo boleh kita batalkan saja kontrak disini dan kita minta kembali uang kita " lanjut Aida.

Malam harinya, ketika mereka bertiga sudah berkumpul, mereka membahas tentang kelanjutan rumah kontrak mereka. Sesuai kesepakatan, maka Ika yang paling tua diantara mereka segera menelepon ibu yang punya rumah dan menyampaikan niat mereka untuk membatalkan kontrak rumah mereka.

Pembicaraan Ika dengan pemilik rumah  nampak alot, dengan berbagai alasan Ika memcoba menyampaikan tentang kondisi keberadaan kos laki-laki disamping rumah mereka, mengganggu kenyamanan mereka.Tetapi sepertinya bu pemilik rumah tidak peduli dan tetap menyalahkan mereka  karena tidak menanyakan terlebih dahulu waktu itu,  dan kekeh tidak mau mengembalikan uang kontrakan mereka. 

__________

Sedikit menggelikan ketika sekumpulan akhwat yang luar biasa proteksinya terhadap kaum adam, tiba-tiba harus hidup bersama berbagi kamar mandi, berbagi jemuran, berbagi halaman dan dapur dengan sekelompok hamba Allah yang beridentitas laki-laki ini, yang sama sekali tidak mereka kenal dan tidak juga memiliki sebutan ikhwan yang mungkin faham bagaimana cara berkomunikasi dan bergaul dengan dengan mereka.

Hampir setiap hari selalu saja ada masalah, terpaksa telat kuliah karena saat pagi kamar mandi dikuasai tetangga mereka yang para cowok itu. Ada yang terpaksa membiarkan jemuran mereka basah kuyub kembali oleh hujan, karena tangga ke lantai atas jemuran teramat sangat sempit dan sudah terlanjur tetangga cowok mereka mendahului .Tentu sebuah cobaan berat bagi para akhwat   yang tidak sengaja telah mereka  buat sendiri. Ibarat sekpulan kucing cantik berkandang di dalam rumah sekumpulan anjing meskipun anjing tidak selalu galak.

Akhirnya tanpa mengadakan tatap muka untuk mengadakan  perundingan, para akhwat berinisiatif membuat kesepakatan tertulis tentang penggunaan kamar mandi dan dapur. 

Maklumat yang mereka buat mengatur tentang jam penggunaan kamar mandi dan dapur. Bebera maklumat yang hanya dituliskan dg spidol dikertas dan ditempel di dinding depan kamar mandi mengatur waktu dan jadwal penggunaan dapur dan kamar mandi  ternyata tidak menyelesaikan masalah mereka.

" Aduh gimana ini ... mereka malah jagongan di depan kamar mandi ... padahal perutku sakit sekali ini   " Rintih Sulis sambil meremas perutnya.

" Tadi bukannya ukhti sudah kebelakang  .." sahut Syafia prihatin.

" Terua gimana ukhti  ... Ndak bisa nahankah ... atau aku coba bilang mereka suruh cepet " tukas Aida. Aida memang salah satu Akhwat yang paling cuek,  berbeda sekali dengan akhwat-akhwat yang lain.

" ja .. Jangan" kata Sulis dan Syafia hampir bersamaan. Sementara Aida tidak menghiraukan larangan temannya, dia langsung ja berteriak dari dalam rumah.

" Wahai mas - mas ... Tolong dipercepat mandinya ... Ada teman sakit perut ini " kata Aida sambil berteriak.

" Aduh ukhti Aida ... Malu dong! Kata Sulis sambil menyeringai menahan sakit lerutnya.

" Oke Mbak ... Siap " terdengar sahutan cowok dari  belakang rumah.

" Loh kan ... ternyata mereka cowok-cowok yang baik " kata Aida sambil tersengum puas.

Dan selang 30 menit kemudian terdengar suara  cowok lain dari belakang rumah.

" Sudah mbak ... silahkan "  cara komunikasi dengan tetangga yang cukup aneh.

______________

Malam minggu bagi mahasiswa - mahasiswi umumnya adalah malam untuk apel pacar, bermain game, ngemall atau berbagai macam kegiatan menghibur lainnya, sebagai bentuk refress pikiran mereka setelah seminggu berkutat dengan jadwal kuliah yang padat dan setumpuk diktat yang membuat pusing kepala.

Tetapi berbeda dengan kegiatan akhwat yang telah mengikuti tarbiyah ini. Malam minggu adalah kesempatan untuk menambah ilmu, halaqah atau murajaah menambah hafalan Al Qur'an dan hadits. Seperti juga malam ini, Syafia dan kawan-kawannya sudah bersiap akan mengadakan kegiatan muraja'ah. Karena mereka sudah tinggal dalam satu rumah maka kegiatan dapat dilaksanakan kapan saja mereka siap. Dalam kegiatan murajaah ini, Syafia yang alumni pondok pesantren terkenal  memdapat mandat memimpin.

Aida adalah akhwat diantara mereka yang bacaan Al Qurannya masih lemah. Meskipun dia lebih dulubikut kegiatan halaqah, tetapi karena basic belajarnya mulai dari TK sampai SMA di sekolah umum Negeri, cara membaca Al Qurannya belum selancar akhwat yang laineski dia sudah sangat tekun belajar.

Belum selesai kegiatan murajaah mereka , terdengar suara nyanyian para tetangga dengan iringan gitar. Tapi kedengarannya ramai sekali, mungkin teman-teman mereka ikut berkumpul disana . 

Syafia agak terganggu kosentrasinya mendengar sebuah lagu dinyanyikan. Hatinya tiba-tiba bergetar, ada rasa sakit yang tiba- tiba  muncul dari dasar hatinya

" ... Bunga terakhir ..." lagu dan suara itu benar-benar telah mengusik hati Syafira setelah lebih dari setahun terlupakan karena aktivitas kuliah dan dakwahnya yang sangat padat. Suara itu kembali terdengar, suara yang persis dengan suara yang pernah sangat dikenalnya beberapa tahun lalu. Apakah pemilik suara itu sama dengan pemilik suara yang sangta dikenalnya dan sering dirindukannya kala itu?


Next ...

#SHSB



"

RAHASIA BILIK HATI. Part 5

 RAHASIA BILIK HATI

Part : 5

Sudah hampir 6 bulan Andi tidak memberikan respon terhadap surat yang dilayangkan Syafia melalui email. Sepertinya Andi merasa keinginan Syafia untuk putus darinya sudah final dan tidak mungkin bisa dibicarakan lagi. Syafia benar-benar kehilangan kabar Andi dan berusaha dari waktu ke waktu untuk mengabaikan sebuah nama yang pernah menghiasi dinding hatinya "Andika Ainul Haq".

Syafia semakin larut dengan aktifitas organisasi kerohaniannya. Belum lama Syafia telah mengikuti Daurah Marhalah 1, sebuah jenjang pengkaderan pada sebuah organisasi keislaman di kampusnya. Dan kini Syafia sedang disibukkan dengan setumpuk buku keislaman yang harus dipelajarinya sebagai tugas untuk dapat mengikuti jenjang pengkaderan selanjutnya. Syafira bertekad akan mengikuti seluruh jenjang pengkaderannya hingga tuntas,  Daurah Marhalah 2 dan seterusnya.

Syafia benar-benar telah larut dalam aktifitas ruhiyah yang telah menjadikannya sosok muslimah yang cantik, cerdas dan sholihah. 

Hari-harinya diisi dengan kajian-kajian keislaman dan membaca buku-buku keislaman disela sela waktu kuliahnya. 

Orang tua Syafira tidak keberatan dengan perubahan Syafira yang demikian, hanya saja sang Papa menginginkan Syafia tetap fokus pada kuliah dan tidak menginginkan Syafira terhambat dalam studinya. Dan Syafira telah menjanjikan itu pada kedua orang tuanya. 

Tidak dapat dipungkiri, penampilannya telah berubah menjadi muslimah yang sholihah, menambah pesonanya sebagai seorang remaja  yang sedang tumbuh dewasa. Kecantikan fisik dan hatinya semakin membuat banyak teman kuliah maupun organisasinya jatuh cinta padanya, bahkan ada yang telah berani menyatakan melamar untuk menjadi suami Syafia.

Namun hati Syafia seakan telah tertutup rapat, sosok Andi telah mampu mengunci mati hatinya. Tak sedikitpun Syafia tertarik dengan tawaran untuk ta'aruf meski banyak yang menginginkannya. Syafia hanya ingin konsentrasi dalam aktifitas dakwah dan kuliahnya.

Stigma yang berkembang di dunia mahasiswa pada umumnya memandang aktivis dakwah sebagai “orang suci”. Mereka punya aturan-aturan ketat terkait pergaulan di antara lawan jenis. Pacaran adalah  haram, dilarang berjabat tangan, boncengan, berkhalwat (dua-dua-an dengan lawan jenis),  tak boleh menatap wajah lawan bicara bahkan ada yang ketika rapat harus memakai kain pembatas (tabir) antara pria dan wanita, adalah rambu-rambu yang telah familiar bagi mereka. Gaya bergaul yang “ketat” ini semakin menguatkan pandangan eksklusif “mahasiswa/mahasiswi biasa” terhadap para aktivis dakwah seperti Syafia.

Hingga tak terasa  waktu setahun berlalu, kini Syafia sudah memasuki tahun ke empat kuliahnya. 

___________

"Assalamualaikum ..."

"Waalaikum salam warohmatullah ... Silahkan ukhti" Sambut Nisa ketika Sayfia memasuki sebuah musala kecil di area Fakultas Ekonomi.

" Afwan ukhti ... Sudah lama ya nunggu ana .. Kebetulan tadi ada sedikit urusan di kantor jurusan" kata Syafia menyesal sudah datang terlambat.

Syafia sekarang sudah menjadi akhwat yang diberi tanggung jawab untuk membina halaqah beberapa mahasiswi baru yang berminat untuk berhijrah dan  belajar mendalami  Islam. Kebetulan mahasiswa yang dibinanya adalah beberpa mahasiswa dari fakultas ekonomi.

" Tidak apa-apa ukhti ... Kami belum lama kok" jawab mereka hampir bersamaan.

" Baiklah. Ta'lim hari ini langsung kita mulai ya ... tolong ukhti sebagai pembuka dibuka Al Qur'an nya kita baca Suarah Attaubah ayat 41 - 45 ..." Syafia membuka majlisnya dengan bacaan Al Qur'an 

"Dibaca bergantian ... Dimulai dari ukhti Ziyah" lanjutnya.

Akhwat yang disebut ukhti Ziyah segera memulai bacaannya lengkap dengan terjemahan ayat, dilanjut dengan akhwat-akhwat yang lain.

Setelahnya  Syafia melanjukan ta'limnya dengan membahas surat Attaubah dari ayat-ayat yang sudah dibacakan oleh akhwat binaannya secara bergantian tadi yang kebetulan membahas tentang pentingnya da'wah.

Setiap Akhwat termasuk Syafira memiliki tanggung jawab untuk meneruskan dakwah dengan menjadi murobbi dari beberapa mahasiswa binaan. Tugas baru menjadi murobbi telah mengubah Syafia menjadi sosok akhwat yang sabar, lembut dan tegar. 

Tantangan yang dihadapi menjadi seorang murabbi tidaklah mudah, kadang dakwah yang disampaikan tidak begitu saja dapat diterima oleh akhwat binaannya.  Maka seorang murobbi harus dapat mensetting mentalnya untuk siap  menemui realita dan respon apapun. Seorang murabbi harus memiliki banyak cara pendekatan dan kesabaran dalam dakwahnya 

Pada umumnya dakwah  yang sulit diterima oleh para akhwat binaannya adalah tentang menjaga mata dan hati, menjaga pergaulan dengan lawan jenis, dan  tabarruj (berhias). Mereka tidak dapat disalahkan,  karena lingkungan kita sekarang yang mengajarkan demikian, budaya barat telah menyerang dengan deras generasi bangsa ini. Berkhalwat tidak lagi tabuh, dandan yang berlebihan bahkan menjadi trend dikalangan anak muda.

Tuntutan menjadi seorang murabbi yang harus totalitas dalam berdakwah menjadikan Syafia ingin tinggal bersama teman-temannya. Agar mereka dapat setiap saat berdiskusi dan saling share ilmu  tentang da'wah yang harus  mereka gali untuk suksesnya dakwah mereka. 

Pada awalnya kedua orang tua Syafia tidak setuju karena rumah mereka tidak terlalu jauh dari kampus.

" Jarak rumah kita loh hanya sekitar 5 km dari kampus Fia, dalam waktu kurang 10 menit Fia sudah bisa sampai di kampus ... Kok aneh Fia mau ingin kontrak segala " kata mama Fia suatu waktu ketika Syafira mengutarakan niatnya untuk ikut mengontrak rumah bersama teman-temannya di dekat kampus.

Dengan pendekatan yang intens akhirnya Syafia dapat membujuk mama dan papanya untuk memberikan ijin dia tinggal bersama teman-temannya.

Next ....

#SHSB

RAHASIA BILIK HATI Part 4

 RAHASIA DI BILIK HATI

Part 4



"Aida ... Seharian mas Andi tidak menghubungi aku ... Apa mas Andi marah besar sama aku ya ..." keluh Syafia pada Aida keesokan harinya ketika mereka bertemu kembali di kampus.

" Heeemm ... Ternyata tuan puteri bingung sendirii ya ..." jawab Aida sambil meledek Syafia.

" Aku harus bagaimana Aida ...? Rajuk Syafia.

"ya sudah ... Ukhti yang memulai maka ukhti yang selesaikan masalahnya " jawab Aida ringan.

Syafia nampak masih belum menangkap apa yang disampaikan Aida.

"Fira buat pesan wa atau buat surat kirim via email ke mas Andi ... Jelaskan sebenarnya apa yang sedang terjadi pada kalian ... Fia maunya bagaimana ... Siapa tahu mas Andi malah suport Fia dan kalian berpisah secara baik-baik" jelas Aida panjang.

"Kalau kalian berjodoh tak kan lari kemana kok  ... Pasti Allah masih akan pertemukan kalian" lanjut Aida. 

Sementara Syafia nampak masih mencoba memikirkan usulan Aida untuk mengirim surat  pada Andi.

" iya ... Ide kamu bagus juga ... Terimakasih teman " jawab Syafia sambil merangkul dari samping sahabatnya itu.

"Nanti malam coba aku buat surat dan aku kirim via email ke mas Andi ... Semoga dia mau memahami" lanjutnya.

"Aamiinn .." Aida mengaminkan.

_____________

Hampir satu jam Syafia menghadap laptop, mencoba untuk menyusun kalimat yang jelas namun tidak menyakitkan. Surat yang akan dikirimnya ke Andi dengan email untuk memyampaikan permohonan maaf dan ajakan untuk memutuskan hubungan mereka. Namun belum memdapat satu paragrafpun yang pas.

Berkali-kali dia mencoba untuk memulai  menulis, tetapi sejurus kemudian dia hapus dan dihapusnya kembali.Rasanya terlalu sulit menyusun kalimat yang tidak didukung hati. Bagaimanapun dasar hati Syafira tidak dapat menerima ajakan akalnya untuk berpisah dengan Andi. Namun dorongan akal dan nurani ingin menjadi muslimah yang kaffah sangat kuat. Coba diingkarinya jerit dan perih hatinya yang  seakan tertusuk seribu duri. 

Bahkan membuat kata pembuka saja Syafia merasa kesulitan. Biasanya dia tanpa beban enak saja  bilang " untuk yang tersayang", " untuk yang selalu ada dihati", dan lain sebagainya. Tapi kali ini Syafia tak mampu mengucapkan itu semua. Nuraninya menolak, karena nyatanya Andi belumlah secara sah menjadi suami yang memiliki hak atas sayang dan hatinya.

Akhirnya surat Syafia untuk Andi, malah nampak seperti surat dinas yang sangat resmi. Dan hanya itu yang bisa Syafia lakukan. untuk kembali menjaga hatinya..


Kepada 

Yth. Mas Andi

Di  Semarang

Assalamualaikum.

Sebelumnya Syafia minta beribu maaf pda mas Andi. Syafia tidak mengangkat telpon mas Andi kemarin. Mas Andi tidak mempunyai salah apa2 pada Fia. 

Fia hanya merasa hubungan Fia dan maa Andi sudah salah menurut agama kita, saya merasa sudah banyak dosa kepada Allah. Maka Fia berharap mas Andi mengerti, sebaiknya kita berteman saja. InsyaAllah. Kalau Allah menjodohkan kita, tidak akan sulit bagi Allah untuk mempertemukan kita kembali.

Sekai lagi Fia mohon maaf kepada maa Andi jika Fia banyak salah. Trimakasih.

Wassalam 

Syafia Anggraeni


___________

Ada rasa  lega yang teramat sangat dan rasa sesak yang membebani dada Syafia  seakan lenyap. Syafia lega sudah menyelesaikan menulis dan mengirimkan suara hatinya dalam  surat yang telah dikirimnya  untuk Andi, hal yang selama ini tidak pernah dia lakukan.  

Syafia tidak terlalu memperdulikan bagaimana reaksi andi setelah membaca email darinya. Syafia merasa dia sudah melakukan sebuah kebenaran dengan memutus hubungan dengan Andi. Syafia merasa dia sudah mendapat kemenangan atas nafsu dan dasar hatinya yang berat melepas hubungannya dengan Andi. 

Ada rasa bahagia bersamaan dengan rasa perih yang tidak dapat diceritakan. 

Meskipun demikian Syafia merasa tidak siap mendengar suara dan nada ekspresi Andi setelah membaca surat darinya. Maka setelah dia menulis pesan singkat di WA untuk Andi mengabari bahwa dirinya barusan mengirim email, Syafia segera mematikan HP nya.

______________

Syafia segera menutup laptop merahnya dan bersiap tidur, karena jam sudah menunjukkan pukul  00.17 dini hari.

"Ukhti fillah ... Sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda bahwa Setiap bani Adam mempunyai bagian dari zina, maka kedua matapun berzina,dan zinanya adalah melalui penglihatan, dan kedua tangan berzina, zinanya adalah menyentuh. Kedua kaki berzina, zinanya adalah melangkah-menuju perzinahan. Mulut berzina, zinanya adalah mencium.hati dengan keinginan dan berangat-angan. Dan kemaluannya lah yang membenarkan atau menggagalkannya... Hadits riwayah Bukhari" Ukhti Ana menjelaskan tentang macam-macam Zina pada kegiatan halaqah minggu pagi ini. 

"Ukhti, sudah sangat jelas apabila memikirkan, membayangkan atau berkhayal tentang lawan jenis yang bukan mahram kita adalah perbuatan yang mendekati zina, dan mendekati zina adalah perbuatan yang keji. Maka dari itu, hendaknya kita menjaga mata, hati dan pikiran kita agar tidak berlaku demikian " lanjut ukhti Ana.

Ukhti Ana adalah seorang akhwat yang cerdas, aktif dan cantik. Kecantikannya nampak jelas  meski hanya matanya saja yang terlihat karena seluruh wajahnya tertutup cadar.  Tutur katanya yang halus dan suaranya yang indah, apalagi saat dia membacakan ayat - ayat Al Qur'an dengan fasih. Tiba-tiba Syafia sangat mengagumi ukhti Ana sang murobbi yang mahasiswa akhir Fakultas perikanan di Universitas Barawijaya Malang itu.

Halaqah minggu ini semakin meyakinkan Syafira bahwa apa yang dia lakukan, memutus hubungan dengan Andi adalah langkah yang benar. Meskipun dia tidak tahu. Apakah Andi dapat memahami keputusan Syafia atau justru marah? Karena hingga dua hari berlalu Andi tidak jua merespon surat Syafia baik melalui wa atau membalas emailnya. 

Syafia agak menyesal, sepertinya Andi marah dan tidak memafkannya. Hatinya gunda, ada rasa bersalah dan penasaran akan sikap Andi tentang keputusan yang diambilnya secara sepihak itu. Namun, tekatnya untuk memperbaiki diri dan keinginannya untuk melaksanakan ajaran Islam secara kaffah termasuk diantranya menjauhi zina hati, sedikit melegakan Syafia. Syafia ingin suatu saat bisa  menjadi pendakwah seperti ukhti Ana.

Tiga hari, empat hari, sampai genap seminggu Andi tak juga mencoba menghubungi Syafia. Syafia mencoba mengalihkan kegalauannya dan mencoba melupakan Andi selamanya. 

"Biarlah andai mas Andi marah, memang aku salah" katanya dalam hati. 

___________

Genap sebulan Andi masih saja belum merespon Syafia, dan Syafia juga belum mampu melupakan Andi sepenuhnya. Masih ada  kesedihan dan rindu yang kadang tak mampu dia sembunyikan. Dalam sujud malamnya Syafia masih sering menangis. Bayangan kebersamaan mereka selama bertahun-tahun terus saja menggoda dan menari - nari di pelupuk mata Syafia.

Hingga dua bulan kemudian, Syafia masih berjuang menata hati. Dia mencoba mengisi waktu-waktu kosongnya di sela kuliah dengan kegiatan - kegiatan keagamaan. Syafia berusaha keras untuk mengalihkan seluruh perhatiannya hanya untuk kegiatan - kegiatan dakwah. Dan kini Syafia sudah berubah menjadi seorang akhwat dengan tampilan yang berbeda, hijabnya panjang, tutur katanya halus, dan dengan sikap yang selalu menunduk saat berjalan. 


Next ...

#SHSB



RAHASIA BILIK HATI Part 3


 RAHASIA DI BILIK HATI

Part : 3


HP Syafia tiba-tiba bergetar dan mengalunkan lagu arab yang indah  Qorib Minni Swaiya alunan Al Khadijah. Nada dering yang sengaja dipasang oleh Syafira di Hp nya untuk nada panggilan khusus dari andi. Syafira membiarkan hpnya terus berdering, dia  tidak segera mengangkat nya hingga nada dering itu berhenti. Syafia menarik nafas panjang,  nampak kesedihan  masih  menggantung jelas dipelupuk matanya.

 Dia bingung apa yang harus dikatakan pada Andi ? Bahkan dia bingung dia harus memanggil Andi dg panggilan apa? Panggilan kesayangan "Beb" yang biasa dia gunakan, rasanya tak lagi mampu dia ucapkan. Siapa Andi ? Andi adalah orang lain  sama sekali.

Tiba-tiba nada panggilan Qorib Minni Swaiya kembali mengalun mengagetkan Syafia yang masih  berusaha menata hati.

Kali ini dia ambil hp nya yang terus menari di atas meja belajarnya. Dia pandangi foto tampan di wall hp nya, tapi tetap dia tak hendak mengangkatnya hingga nada itu kembali terhenti.

" Maafkan aku mas Andi " gumamnya lirih.

Syafia menangis, sungguh berat yang harus dia lewati untuk dapat berubah menjadi lebih baik.

Syafia terus menatap hp yang masih ada digenggannya. Nampak ada tulisan "mengetik" dibawah icon panggilan Andi. Syafia menunggu, dia siapkan diri untuk menerima ungkapan apapun dari Andi. Karena sudah hampir sepuluh kali Andi memanggil sejak pagi  dan dia abaikan.

Benar saja, Andi mengirimkan tulisan lewat whatsapp. 

"Fia ... Kenapa tidak mengangkat telephonku  .. Ada apa ? kata Andi dalam tulisannya, dan Fia masih saja enggan menjawabnya. 

" Katakan Fia ... Apa salahku" WA Andi selanjutnya setelah Fia tidak juga menjawab.

"Apakah aku harus ke Kotamu untuk dapat jawabanmu ...? Kembali Andi mencoba membujuk Syafia agar mau menjawab WA nya.

Syafia tak tega membiarkan Andi dalam tanda tanya tentang sikapnya.

" Jangan mas ...aku tidak kenapa-napa  " Akhirnya Syafia menjawab WA Andi.

" Mulai saat ini kita berteman ja ya ..." akhirnya Syafia memberanikan diri menyampaikan kegalauannya pada Andi.

Ada perasaan sedikit lega, tapi juga rasa nyeri yang teramat di sudut hatinya terdalam seakan diiris belati, periih.

_______________

HP Syafia kembali berdering dengan alunan yang sama, artinya Andi yang sedang memanggil, tetapi sama sekali tidak dihiraukan oleh Syafia. Dia tetap saja enelungkupkan badannya diatasi ranjang danenutup kepalanya dengan bantal sambil menangis. Nada panggilan itu berhenti tetapi berbunyi lagi, dan lagi hingga lima kali panggilan Andi, tetap saja diabaikan oleh Syafia.

Syafia nampak tidak siap mendengar suara Andi, suara yang selalu dirindukannya setiap waktu. Suara yang khas dan keren untuk seorang laki-laki, mungkin hampir sekelas dengan suaranya Bebi Remeo yang seksi. Apalagi kadang dia telephon dan bernyanyi lagu kesukaan mereka  "bunga terakhir" sang Bebi Romeo, entahlah mengapa lagu itu yang sering mereka nyanyikan?!

Sepertinya Andi tidak berputus asa, tak terhitung sudah berapa kali dia memanggil, tapi tetap saja  Syafia tidak hendak merespon.

Syafia menyadari pasti Andi sangat marah dengan sikapnya ini, " tapi mungkin ini lebih baik " batin Syafia.

_____________


"Asaalamualaikum Ukhti Fia ..." Sapa Aida sembari mengambil tempat duduk di sebelah Syafia dan menyodorkan tangannya utk bersalaman. 

" Waalaikum salam ... " jawab Syafia dingin sambil menyambut uluran tangan Aida.  Syafia merasakan badannya kurang sehat pagi jni, karena semalam dia kurang tidur. Hampir semalaman dia memikirkan bagaimana perasaan Andi setelah telephonnya tidak dia angkat kemarin.

"Aku ngantuk ukhti ... " kata Syafia pada Aida  seraya meletakkan kepalanya di atas meja kuliah mereka .

"Kamu ini  kenapa sih Fia ... Kenapa sampek segitunya ... Nanti kamu sakit  loh " kata Aida khawatir dengan kindisi Syafia yang dilihatnya sepertinya nampak kacau.

"Kemarin aku sudah sampaikan ke mas Andi aku minta putus, tapi sepertinya dia tidak terima dan aku belum jelaskan kenapa ... " Syafia menceritakan apa yang dialaminya kemarin kepada Aida sahabatnya.

"terus Andi berkata apa ...? Tanya Aida penasaran.

" Aku tidak angkat telephon mas Andi ... Aku belum jelaskan apa-apa sama mas Andi" jawab Syafia nampak masih sedih.

"kenapa harus begitu kalee ukhti  ... Sikap kamu terlalu kejam pada Andi " kata Aida setengah berteriak. Mengagetkan teman kuliah mereka yang sudah berkumpul di ruangan menunggu Mr. Seno dosen Statistik.  hampir bersamaan menoleh pada mereka berdua.

"Kenapa sih kamu ini teriak - teriak  Aida ... bikin malu saja" Syafia merajuk merasa malu sama teman- teman sekelasnya. 

"iya kemarin mas Andi telephon berkali-kali tidak aku angkat" kata Syafia ketus.

"Keterlaluan kamu Fia ... Ndak begitulah  caranya, harusnya kamu jelaskan.. Siapa tahu kalian bahkan bisa saling suport" Kata Aida 

"Maksud Ukhti Ana juga bukan berarti kalian harus putus sekarang ... Ada proses komunikasi dan mengakhiri hubungan dengan saling mengerti ... Kalau mas Andi dapat berhijrah juga menjadi lebih baik kan bagus ... " Aida terus saja bicara dan Syafira sepertinya belum bergeming dengan perkataan Aida, Syafia masih  kurang semangat untuk merespon.

Selanjutnya mereka terdiam beberapa saat.

" Aku tidak tau Aida ... Aku tahu hubungan ku dengan maa Andi selama ini mungkin sudah jauh melenceng dari agama ... Itu yang membuat aku menyesal dan bertekat untuk mengakhiri hubungan kami" jelas Syafia memecah kebisuan.

Pembicaraan mereka terputus karena Mr.Seno sudah masuk ruang kelas mereka dan memulai kuliah hari ini. 


Next ...

#SHSB

RAHASIA BILIK HATI part 2

 RAHASIA BILIK HATI

Part 2


Hari - hari Syafia diliputi kegalauan, niatnya yang kuat untuk berhijrah secara total ternyata tidak mudah. Atau cintanya pada dunia yang sudah terlanjur menelisik jauh ke dasar hati?

"Bagaimana aku harus sampaikan pada mas Andi ? Syafia mengusik keheningan mencoba meminta pendapat sahabatnya Aida saat mereka beraa di kos Aida sepulang dari halaqah.

"Apakah Fia sudah benar-benar siap ? Tanya Aida balik.

"Aku bingung Aida ... Aku bener - bener pingin hijrah, tapi untuk putus dengn mas Andi radanya aku sangat berat .." keluh Syafia.

"Aku tau yang disampaikan ukhti Ana itu benar ... Setiap saat memang mas Andi selalu ada dalam fikiranku ... bahkan sehari saja tidak mendengar suaranya aku galau ... Mungkin benar kalo itu dosa karena rasa sayangku kepada mas Andi mengalahkan rasa cintaku kepada sang Khaliq " lanjutnya sembari menarik nafas panjang.

Aida sangat mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Syafia sahabatnya, awal-awal dia mulai hijrah juga mengalami kesedihan seperti yang dirasakan Syafira sahabatnya. 

"Cobalah Fia ... dalam setiap sholat meminta petunjuk pada Allah swt , memohon agar dilupakan dari Andi .." Kata Aida sesaat memecah keheningan.

"hampir setiap sholatku aku sudah mintakan itu ... Tapi semakin aku berusaha melupakan mas Andi, aku semakin takut kehilangan ...hukhuk .." Syafia tidak dapat lagi menahan perasaannya, tangisnya mulai pecah. Dia susupkan wajahnya ke bantal coklat bermotif abstrak  yang bersemayam  dipangkuannya.

Aida membiarkan Syafia meluapkan perasaan dalam tangisnya. Dia tidak ingin mengusiknya. Biarlah. Mudah dia lega setelah tangisnya tertumpa.

Aida tahu bagaimana kedekatan Syafira dengan Andi sang pacar. 

Andi seorang pria yang dewasa, sayang dan sangat perhatian kepada  Syafia. Disamping fisiknya yang tampan dengan perawakannya yang tinggi besar, siapapun pasti bangga menjadi pacar Andi. 

Syafia berpacaran dengan Andi sejak dia masih SMA. Andi adalah kakak kelas Syafia  di sekolah. Sebenarnya sejak lama Andi sudah menyimpan rasa kepada Syafira tetapi tidak pernah berani menyampaikan. Mereka menjadi sahabat dekat saat masih sama- sama bersekolah.  Hingga Andi lulus dan kuliah di sebuah perguruan tinggi Islam di kota Semarang nyaris mereka tidak pernah berkirim kabar.

Andi dan Syafia dipertemukan kembali saat acara wisuda sekolah Syafira. Andi kebetulan diundang sebagai wakil alumni. Saat itulah mereka bertemu kembali, dan menumbuhkan perasaan yang sempat terpendam lama. Andi mulai sering menghubungi Syafia dan  mereka sepakat untuk berkomitmen menyatukan hati. 

Sesaat suasan hening, lamat - lamat terdengar alunan syahdu dzikir Hasbi Rabbi Jalallahu  dari HP Aida ...

حَسْبِی رَبی جَلل الله * مَافِي قَلْبِی غَيْرُ الله

( Cukuplah Allah yang !mencukupi aku, Tuhan yang agung, Tak ada dihatiku selain Allah )

نُورْ مُحَملدْ صَلی الله * لَا إله إلا الله

( Cahaya Muhammad selamat atas NYA, Tak ada Tuhan selain Allah. )


Next ...

#SHSB

#SeratusHariSatuBuku