MADRASAH KEHIDUPAN


IBU YANG PERTAMA MENGENALKAN CINTA DAN KASIH SAYANG, IBU YANG PERTAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN, IBU YANG MEMBERI WARNA KEHIDUPAN, IBU MADRASAH PERTAMA KEHIDUPAN

Sabtu, 19 Maret 2016

MADRASAH KEHIDUPAN - 3

 HAMIL, MELAHIRKAN DAN  MENYUSUI 
ADALAH  KEMULIAAN BAGI SEORANG WANITA


Mari kita tanyakan kepada panduan utama umat manusia yaitu Al Qur'an tentang kemuliaan dunia dan akhirat yang diberikan oleh Allah kepada  kaum wanita, maka  dalam  Al Quran disampaikan:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman: 14)

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al Ahqaf: 15)
Allah SWT yang Maha Bijaksana telah memberikan gambaran kemuliaan yang diberikan kepada seorang wanita yang dengan susah payah telah menjaga bayi dalam kandungannya, melahirkan dan merawat serta menyusuinya. Itu semua baru aku mengerti ketika aku mengalaminya sendiri. Masa-masa kehamilanku termasuk lancar tidak banyak masalah, hanya pada awal-awal kehamilan, sama seperti wanita hamil pada umunya aku ngidam jambu air yang pada masa itu tidak musimnya. Suamiku bingung harus mencarikan kemana ? dia membujukku untuk diganti dengan buah-buah yang lain saja, tetapi perasaanku tidak mau menerima meski akalku bilang kasihan suamiku. Bahkan aku sampai menangis karena keinginan yang sering disebut ngidam tersebut tidak dipenuhi. Dalam hati ada perasaan marah, kecewa, dan perasaan - perasaan negatif lainnya. Secara ilmiah aku tidak bisa menjelaskan mengapa bisa menjadi seperti itu ? menurut analisa sempitku, peristiwa ngidam  itu adalah ujian dari Allah SWT bagi ibu hamil untuk sabar karena sedang ada proses tarbiyah dalam perut sang ibu. Jika ibu dapat melalui masa-masa itu dengan sabar dan tidak mengumbar emosi akan berimbas kepada pembentukan karakter calon bayi menjadi demikian.
Dan benar saja, ketika dengan susah payah suamiku berhasil mendapatkan sebiji jambu air yang masih sangat muda dapat membuat sakit hatiku reda, ibarat disiram air es perasaan campur aduk penuh dengan emosi ingin menangis tiba-tiba hilang. Alhamdulillah, secara fisik hingga menjelang kelahiran kehamilanku sehat tidak ada kendala yang berarti.
Mendekati masa kelahiran pada usia kehamilanku menginjak usia 8 bulan, mulai ada perasaan tidak nyaman dalam hatiku. Ada rasa ketakutan yang teramat besar, akankah aku dapat melahirkan dengan selamat ? Akankah aku dapat melihat dan merawat anakku ? akankah aku akan meninggalkan  dengan suami dan anakku tanpa ibu ? pertanyaan - pertanyaan buruk tiu sungguh selalui menghantui hari-hariku. Syukurlah suamiku sangat memahami itu, dia menguatkanku, memotivasisi, meyakinkanku bahwa aku pasti akan melahirkan dengan selamat, dan akan dapat merawat anak-anak kami bersama-sama sampai tua nanti. Sungguh kata-kata yang membuatku yakin dan siap menghadapi kelahiran bayiku. Suamiku juga membimbingku untuk selalu berdoa dan berpasrah diri pada Allah SWT, karena tidak ada sesuatu yanng terjadi diluarkehendaknya, kita hanya bisa bermohon kepadanya.
Tibalah saat tanggal kelahiran anakku seperti yang diramalkan oleh dokter. Hari itu jam 13.00 aku merasakan sakit yang luar biasa diperutku yang tiba-tiba datang dan hilang, kata ibuku itulah tanda-tanda aku melahirkan. Sebelumnya sejak semalam aku sudah tidak bisa tidur karena rasa perutku yang semakin tegang dan harus sering bolak-balik ke belakang. Maka, ibu segera meminta suamiku untuk mencari mobil dan segera membawaku ke Rumah Sakit karena dokter mendiagnosa bayiku sungsang. Tepat jam 14.00 siang kami sampai di rumah sakit, diperiksa sebentar oleh dokter kandungan dan bidan,  diperkirakan jam 20.00 bayiku akan lahir, dokter menyuruhku untuk istirahat menjelang kelahiran. Namun mana mungkin bisa beristirahat ketika perut ini tiba-tiba terasa sangat sakit meskipun kemudian menghilang, itu terus terjadi hingga memasuki malam hari hingga menjelang jam seharusnya bayiku sudah lahir, aku benar-benar sudah lemah, sementra pembukaan belum berkembang dari 2 cm. Bidan terus memotivasiku untuk kuat, beliau memperkiraan kelahiran bayiku mungkin mundur 1 jam lagi harapannya jam 21.00 bayiku akan lahir, sementara aku semakin lemah. Ibuku mencoba membantu menguatkan fisikku dengan meminumkan beberapa butir telur mentah, tapi tetap saja aku merasa makin lemah. Setelah memasuki jam 9 malam pembukaan tidak juga berkembang sehingga kelahiran bayiku mungkin akan mundur 1 jam lagi, dan aku semakin tidak berdaya. Aku benar-benar pasrah. Saat itu aku merasa aku sudah tidak kuat. Aku bisikkan pada suamiku yang setia duduk disampingku " Mas .... aku sudah tidak kuat, mungkin kalau aku tidak selamat ikhlaskan, aku hanya berharap anakku selamat ..." saat itu aku sudah benar-benar pasrah jika aku tidak selamat. Sama sekali tidak terfikirkan bagaimana perasaan suamiku saat itu, aku hanya sempat melihat dia menitikkan airmata tanpa bersuara. Waktu terus berlalu, pukul 11 malam, 12 malam, masuk pagi lagi jam 1, jam 2 tidak ada perkembangan yang berarti aku sudah tidak mampu berfikir apapun kecuali hanya berdzikir berharap anakku dapat diselamatkan. Suamiku tidak lagi mampu menahan perasaannya berada disampingku, dan digantikan oleh ibuku. Tepat jam 03.00 WIB dini hari dokter menyampaikan aku harus operasi dan saat itu juga dokter meminta keluargaku segera mencari darah untuk persediaan tranfusi jika diperlukan.
Kebetulan  semua keluargaku sudah berkumpul di rumah sakit untuk mendukungku, kata suamiku tepat pukul 06 kakak iparku datang membawa darah yang diambil dari Surabaya. Sementara it di kamar bersalin dokter dan perawat segera menyiapkan aku untuk dibawa ke ruang operasi. Tapi, bersamaan dengan itu aku merasakan dorongan perutku yang teramat sangat kencang, dokter mengatakan bayiku akan segera lahir, mereka mensuport aku dengan keras karena aku sudah merasa sangat lemah. Berkali-kali  mereka  menampar mukaku karena dalam proses melahirkanku beberapa kali aku hampir tidak sadarkan diri. Meskipun demikian aku tetap berusaha dengan kuat untuk mengikuti intruksi mereka semampuku karena dokter selalu bilang kasihan anak ibu, kasihan anak ibu,  berkali kali. Kata-kata itulah yang kemudian membantuku hingga dengan pertolongan dari Allah aku berhasil melahirkan putri cantikku dengan selamat tepat  tanggal 23 Maret jam 06.00 WIB. Dan setelah bayiku lahir aku tidak ingat apa-apa lagi karena tertidur kata suamiku. Ketika aku terbangun betapa kagetnya karena seluruh tubuhku dipenuhi bercak-bercak merah kehitaman, sayang sekali dokter tidak menjelaskan sebab bisa demikian. Tetapi kami sudah sangat bersyukur, proses kelahiran yang panjang dan berat itu sudah berarkhir dan bayi mungil kami telah menghapus kelelahanku selama dua hari berjuang untuknya.
Subhanallah .... perjuangan seorang ibu mulai hamil hingga melahirkan saja sudah sangat berat, bukan saja perjuangan secara fisik. Tetapi perjuangan untuk menghilanngkan ketakutan tentang apa yang akan terjadi dalam proses melahirkan itu yang lebih berat. Suport suami akan sangat berarti dalam memotivasi dan meyakinkan istri bahwa semuanya akan baik-baiksaja. Karena banyak sekali kelahiran bayi yang hanya memakan waktu 2 sampai 3 jam. Bahkan kelahiran bermasalah yang seperti yang aku alami mungkin tidak banyak yang mengalaminya juga. Sehingga pantaslah Allah mengkaruniakan kemuliaan yang besar di dunia dan akhirat bagi wanita yang telah melalui proses hamil, melahirkan, dan menyusui sebagai bentuk sunnatullah. Subhanallah ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar