MADRASAH KEHIDUPAN


IBU YANG PERTAMA MENGENALKAN CINTA DAN KASIH SAYANG, IBU YANG PERTAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN, IBU YANG MEMBERI WARNA KEHIDUPAN, IBU MADRASAH PERTAMA KEHIDUPAN

Senin, 27 April 2020

FIQIH SHOLAT BERJAMAAH SAAT WABAH





Sholat berjamaah dalam hal ini adalah sholat berjaah lima waktu yang dilaksanakan di masjid atau musholah, sholat jumat, sholat tarawih dan sholat sunnah lainnya yang biasa dilaksanakan umat Islam secara berjamaah di masjid-masjid dan musholah-musholah, terutama pada saat bulan Romadhon seperti sekarang ini.
Berkaitan dengan sholat berjamaah termasuk didalamnya adalah sholat juamat, sholat tarawih dan sholat sunah lainnya dikalangan umat islam, terjadi benturan-benturan yang cukup tajam terutama pada awal-awal penyebaran  covid-19 di negeri ini. Namun, ketika penyebaran virus corona nampak semakin tidak terkendali, sebagian masyarakat sudah banyak yang lebih memahami dan para ulama sepakat tentang beberapa hal terkait dengan hukum sholat berjamaah termasuk sholat jumat di masjid,  tata cara mengatur shaf,dan lain sebagainya.
Meskipun demikian, ternyata masih ada sekelompok orang yang tergabung dalam jamaah tablig tidak sepakat dengan keputusan sebagian besar ulama di negeri ini, termasuk ketetapan MUI tentang larangan sholay jamaah dan ketentuan-ketentuan ibadah umat islam tersebut di tengah wabah. Mereka tetap berkeras dengan slogan mereka yang seakan benar   Jangan tidak sholat berjamaah karena Takut wabah Corona, tapi lebih takutlah pada Allah karena tidak sholat berjamaah. Sebuah hadits yang menjadi pegangna mereka diantaranya adalah hadits yang artinya : "Sesungguhnya apabila Allah taala menurunkan penyakit dari langit kepada penduduk bumi maka Allah menjauhkan penyakit itu dari orang-orang yang meramaikan masjid". Hadits riwayat Ibnu Asakir (juz 17 hlm 11) dan Ibnu Adi (juz 3 hlm 232). Dan hadis ini dinyatakan sebagai hadis dhaif oleh Nashir al-Din al-Albani dalam kitab Silsilat al-ahadits al-Dhoifat wa al-Maudhuat, juz IV, hal. 222, hadis no. 1851.

Mereka juga menggunakan dalil QS> An Nisa ayat 78 sebagai pegangan atas sikap mereka menghafapi wabah, yang artinya : "Di mana saja kamu berada, akan terkejar oleh maut, kematian. Walaupun kamu berada di benteng-benteng yang kokoh dan kuat (QS an-Nisa:78).

Akan tetapi terdapat  banyak juga ayat dan hadits yang memerintahkan kita agar supaya kita  waspada dan mawas diri. Misalnya firman Allah SWTyang artinya: "Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik" (QS al-Baqarah: 195)
        Ayat di atas mengandung arti : Janganlah kalian melakukan hal-hal yang menyebabkan kamu celaka dan sebaliknya: hendaknya  kamu meninggalkan hal-hal yang menyebabkan kamu celaka

Imam Ibnu Qudamah rahimahullah menerangkan dalam kitab Al-Mughni  yang menjelaskan tentang dibolehkannya meninggalkan sholat jumat dan sholat jamaah disebabkan oleh hujan, digunakan sebagai dasar dalam menetapkan hati tentang syariah kewajiban sholat jumat dan keutamaan dholat jamaah di masjid, di tengah pandemi yang sedang merebak di suatu negara, “Boleh tidak sholat Jumat dan sholat berjama'ah karena hujan yang bisa membasahi pakaian. Demikian pula karena lumpur yang dapat melindungi diri dan pakaiannya”.


الاسد  من فررك لمجذم ا من فر

Artinya : “ Hendaklah kamu lari”–maksudnya menghindardari orang yang terjangkit penyakit kusta, sama halnya kamu harus lari dari singa. Riwayat Imam Ibnu Qudamah rahimahullah menerangkan dalam kitab Al-Mughni (1/366),

        Begitulah agama islam dalam fungsinya sebagai rahmat bagi seluruh alam, syariatnya tidak akan memberatkan, syariat-syariatnya ditujukan untuk kemaslahatan umat manusia di muka bumi ini. Jika karena hujan saja diperbolehkan tidak sholat jum’at dan sholat jamaah di masjid, apalagi jika sebab berkumpul dalam jamaah tersebut dihawatirkan akan menularkan penyakit yang dapat menyebabkan kematian ? Maka tuntunan Al Quran dan hadits sebagai pegangan dalam umat islam dalam menjalankan kehidupannya, cukup menjadi dasar bagi kita untuk patuh kepada keputusan pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) yang telah mengkaji dan mengkopilasi seluruh dalil-dalil yang memberatkan maupun yang menguatkan keputusannya dalam rangka memberi arahan dan pegangan bagi umat Islam yang mayoritas di negeri ini  dalam menjalankan syariat agamanya di masa pandemi Covid-19 ini. 
Keputusan MUI dan sebagian besar para ulama yang sepakat bahwa dalam masa pendemi dibenarkan untuk tidak sholat berjamaah di masjid  termasuk sholat jumat dan menggantikannya dengan sholat dhuhur, pada intinya meminta masyarakat untuk menghindar dari kemudhorotan ( tertular wabah ) dan melarangnya untuk menjerumuskan orang dalam kemudhorotan ( tertular wabah). Udhur yang membolehkan orang tidak  sholat jamaah, maka dia juga udhur untuk  sholat jum’at dan sholat-sholat lainnya yang dilakukan secara berjamaah di masjid atau mudholah seperti sholat tarawih atau sholat Ied di tengah wabah Covid-a0 yang sedang merebak diseluruh permukaan bumi. Bahkan semua perkara yang menimbulakn sesulitan merupakan udzur untuk meninggalkan sholat.
Berikut adalah Fatwah Ulama dunia yang disebarkan melalui media-media massa, yaitu :
1. Orang sakit menular dilarang untuk sholat berjamaah dan sholat jumat, dan mengganti sholat jumat dg sholat dhuhur di rumah.
2. Dan bagi siapa yang takut tertilar atau takut menularkan maka dibolehkan tidak sholat berjamaah dan sholat jumah.
Wallahu a"lam bissowab. U-ma 2020


SYARIAT DI MASA PANDEMI COVID-19




      Dunia tiba-tiba dihadapkan kepada sebuah kenyataan yang maha dahsyat yang melumpuhkan semua sendi kehidupan dihampir semua negara di muka bumi ini. Sebuah mahluk teramat sangat kecil yang hanya berukuran sekitar 400 nano meter, telah mampu meluluh lantakkan tatanan kehidupan manusia di bumi ini. Tiba2 dunia menjadi senyap,   semua insan  di muka bumi ini dibuat ketakutan oleh makluk teramat kecil yang diberi nama "Corona Virus Desease 2019 " atau Covid-19 , Subhanallah.
Allah telah berkehendak menunjukkan ke-Maha Kuasa-Nya pada saat manusia telah jauh terbuai dengan kecintaannya kepada duniawi ( Hubbud dunya ). Manusia  berlomba - lomba menunjukkan arogansinya, negeri Tirai Bambu yang baru-baru  ini telah berhasil menunjukkan kekuatannya  di mata dunia dengan kemampuannya menguasai ekonomi dunia, sehingga membuat negeri dikdaya  Paman Sam atau Amerika  merasa gerah. China dengan kepandaiannya menciptakan ( sebagian ada yang menuduh China hanya mengimitasi?)  produk-produk teknologi dan menjualnya dengan harga super murah, menjadikan ekonomi China menguasai dunia. China menjadi negara yang sangat diperhitungkan dunia, dan  kemampuan China menguasai dunia tersebut  ternyata merupakan "istidroj" yang menjadikan bangsa "Shin"  ini semakin jauh dari Tuhannya, bahkan dengan taham komunisnya  mereka menganggap diri mereka adalah Tuhan yang mampu menguasai dunia dan tidak ada yang dapat mengalahkannya, bahkan telah melakukan berbagai kebiadaban kepada rakyatnya yang menyataan beragama termasuk muslim Uighur. Atas kehendak Allah, dengan sangat mudah  negeri Shinyang atheis dilumpuhkan  oleh tentara Allah yang teramat kecil yaitu sebangsa virus Corona yang diberi identitas Covid-19 ini. Dan ternyata peringatan Allah ini tidak hanya ditujukan pada bangsa ”Shin” saja  tetapi pada  hampir seluruh bangsa  di muka bumi ini.
Sungguh kuasa Allah tiada batas, sebuah makluk kecil dikirim=Nya untuk menjadi sebuah pelajaran bagi umat manusia di muka bumi,  si makluk kecil yang  beridentitas Covid-19 ini mampu meluluh lantakkan dunia.  Dalam kurun waktu sekitar empat bulan dari awal munculnya di daerah Wuhan China,  laporan tentang penyebaran si mungil covid-19 pertanggal 25 April 2020 pukul  08.30 WIB,  telah menyebar ke sekitar 210 negara, menginveksi  2.828.617 orang diseluruh dunia, dengan  197.9091 kasus kematian (dikutip dari laman  wordmeters.info).   Sedangkan berdasarkan update infografis percepatan penanganan COVID=19  di Indonesi, per tanggal 25 April 2010, covid-19 telah memapar  8.607 orang di seluruh Indonesia,  dengan kasus kematian 720 orang, dan pasien yang dinyatakan sembuh 1.042 orang.  Sungguh, covid-19 telah mampu menaklukkan kesombongan manusia didunia ini. Dengan perkembangan teknologinya yang supercanggih, sama sekali tidak berdaya menghadapi sepak terjang si mungil Corona Virus Desease-19.             Tidak terkecuali negara adijaya Amerika Serikat bahkan memegang rekor tertinggi dunia sebagai negara terbanyak korban covid-19 hingga mencapai angka  925.038 kasus positif dengan kematian sebesar 52.185 orang, sungguh kejadian yang sangat mengerikan.
Peringatan Allah yang bermula dari bangsa China ini  telah menyebar ke hampir seluruh negara, telah menjadikan masyarakat dunia semakin ketakutan oleh kepiawaian si makluk kecil corona menular pada manusia bahkan sebagian pakar menyatakan si covid-19 telah bermutasi lebih ganas dan hamble karena si penderita bisa tanpa gejala sehingga tidak mudah untuk mendeteksi selain harus dengan swap tes. Bumi ini kini menjadi begitu sepi dari hingar bingar duniawi, karena hampir diseluruh negara di bumi ini sudah menerapkan lockdown dan memerintahkan rakyatnya untuk tetap berada di rumah masing-masing sepanjang hari.
       Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, benarkah pandemi ini akan mengubah Jalannya Sejarah?  Beberapa kejadian pandemi di masa lalu telah membuktikannya, diantaranya adalah jatuhnya emperium Persia. Salah satu sebab kemenangan kaum muslimin terhadap negara persia kala itu adalah terjadinya  wabah di negeri itu yang  telah mendemoralisasi pasukan persia dan meruntuhkan ekonomi mereka. Demikian juga yang meruntuhkan  dinasti Umawiyah ditangan dinasti Abbasiyah, salah satunya disebabkan adanya wabah virus yang melanda. Wabah telah menyebabkan para pemimpin politik dan militer  bani umaiyah banyak yang meninggal, dan meruntuhkan ekonomi mereka juga.  Wabah menjadi sarana takdir Allah swt terhadap takdir Allah lain yang kan terjadi.  Dalam setiap krisis besar yang penuh dengan ketidakpastian, maka kita harus membuka fikiran kita atas semua kemungkinan dan skenario-skenario yang kan terjadi . Hal itu baru dapat kita ketahui dalam rangkaian linimasa yang disebut sejarah.
       Sebagian besar manusia  kini menjadi sangat paranoid,  meski masih ada  sebagian yang berfikir agak sedikit naif bertawakkal tanpa berikhtiar, sebagian  lagi  mencoba untuk bijak menyikapi wabah yg sedang membumi ini, dan  tak sedikit juga yang teruji keimanannya karena si kecil covid-19, sehingga memunculkan perdebatan lumayan panjang tentang siapa yang paling beriman ? Hingga tiba-tiba muncul pemilah-milahan siiapa yang tiba-tiba menjadi penganut faham Jabariyah dan   Qodariyah ? Dan yang paling menarik, wabah ini telah mengajarkan kepada seluruh umat islam dinegeri ini secara individual  untuk belajar dan berijtihad tentang tata cara ibadah dan pelaksanaan syariat saat pandemi lengkap dengan dalil-dalil yang menguatkannya.
       Terlepas dari itu semua wabah termasuk Corona ini menurut Rosulullah SAW  adalah  "Jundun min  jundunillah " yaitu  adzab bagi orang yang dikehendaki Allah, tetapi rahmat bagi orang yang beriman, wabah ini akan menjadi rahmat, karena yang sabar akan mendapat pahala dan yang meninggal karena wabah dinyatakan mati syahid.  Oleh karenanya, umat islam dengan imannya akan dapat menyikapi wabah yang sangat meresahkan masyarakat ini dengan sikap yang bijak.
Wabah yang hingga bulan keempat sejak kemunculannya pertama kali di akhir tahun 2019 ini belum juga menunjukkan akan segera berakhir. Data-data yang dikumpulkan masih menunjukkan pola kenaikan yang cukup signifikan terhadap  penderita yang dinyatakan positif tertular, dengan tingkat fatality melampaui angka lebih dari 3 % sebagaimana yang nyatakan para ahli di awal kemunculan covid-1 di Wuhan China, bahkan hingga pekan ini ( 25 April 2020 ) di Indonesia prosentase kematian masih cukup tinggi di angka 8 % lebih.
Qodarullah, jika virus qorona sebagai pandemi di dunia menjadikan kondisi luar biasa, termasuk dalam pelaksanaan ibadah, terutama ibadah yang bersifat jama’ah seperti ibadah umroh, haji, sholat jumat dan sholat berjamaah lima waktu di masjid=masjid. Ibadah umroh misalnya, dengan berkumpulnya sekian juta orang dalam satu rangkaian kegiatan ibadah yang datang dari segala penjuru dunia dengan berbagai macam keadaannya, sangat berpeluang akan menjadi tempat penularan wabah paling masif ke seluruh belahan dunia. Dimisalkan ada seorang saja jamaah dari suatu negara adalah seorang cariier atau membawa virus, menularkan pada beberapa jamaah pada sholat pertamanya di masjidil harom, lalu beberapa jamaah yang tertular menularkan lagi pada jamaah-jamaah lain yang sehat pada sholat jamaah selanjutnya atau pada interaksi dengan jamaah lain, maka bisa jadi dalam satu rangkaian ibadah umroh di masjidil harom oleh seorang jamaah umroh pembawa virus telah menularkan kepada jutaan jamaah yang lain dari berbagai negara dipenjuru dunia ini, maka kegiatan umroh saat itu  tentunya akan menjadi Cluster terbesar penyebaran Covid-19 di seluruh dunia.
       Maka kebijakan pemerintah Arab Saudi dengan segera menutup kunjungan ibadah umroh setelah munculnya wabah di Wuhan adalah langkah cerdas, antisipatif dan sangat bijak. Bersyukur Allah menggerakkan hati para pemimpin di tanah suci dengan segera menerapkan kebijakan pelarangan ibadah umroh, dan menutup dua masjid suci haromain sejak awal merebaknya wabah. Meski diawal pelarangan pemerintah Arab saudi harus menerima banyak  hujatan dari masyarakat dunia yang belum menyadari akan hadirnya wabah yang sangat berbahaya dibumi ini, terkait dengan kebijakan tersebut. Tetapi pada saat ini, masyarakat dunia telah  membuktikan bahwa kebijakan pemerintah Arab Saudi tersebut sangat tepat dan telah menyelamatkan umat islam dari Cluster terbesar penyebaran virus Corona Desease 2019 di seluruh dunia.
Ulama Saudi menyediakan sejumalah maklumat dalam memenuhi kewajiban syariah pada masa  wabah corona atau covid-19. Kelompok ulama itu mengimbau agar kaum muslimin menguatkan ruhiyah dan maknawiyat, selain melakukan usaha-usaha dhohiriyah. Hal-hal yang harus dilakukan mempercayai alasan-alasan maknawi, dengan mempercayai ketentuan dan takdir dari Allah serta berbaik sangka kepada-Nya. Seorang muslim yang beriman jiwanya akan tenang dan kuat. Seorang muslim meyakini bahwa setiap  apa yang menimpanya menjadi ketentuan Allah, dan menjadikannya sebagai ujian. Dengan kesabaran dan pengharapan, ia akan mendapat pahala dari Allah Ta'ala.  Dan salah satu upaya untuk mengatasi ujian ini adalah dengan berniat untuk berpegang pada tindakan mengatasi, sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk mengatasi penyebaran wabah corona Covid-19 yang sedang kita hadapi bersama, pemerintah kita dan juga pemerintah-pemerintah di negara lain mengambil berbagai kebijakan yang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik mereka masing-masing.
       Pemerintah Indonesia sendiri mengambil kebijakan dengan melaksanakan apa yang sering disebut dengan istilah social distancing atau membuat jarak social yang selanjutnya ditingkatkan menjadi physical distancing atau jaga jarak fisik sesuai ketentuan WHO antara 1 - 2 meter. Kebijakan ini dianggap paling tepat dan cocok untuk konteks masyarakat Indonesia dengan struktur sosial dan ekonomi yang kita miliki saat ini.
Sebagai negara terbesar yang berpenduduk muslim, kebijakan social distancing dan physical distancing  sudah barang tentu bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan, terutama apabila kebijakan tersebut dilihat dari sisi keagamaan, di mana kebijakan tersebut akan mensyaratkan terjadinya banyak perubahan di dalam pelaksanaan ritual keagamaan sehari-hari. Misalnya umat Islam harus rela meninggalkan masjid dan juga mushola - mushola  untuk sementara waktu, demi pelaksanaan yang efektif terhadap kebijakan tersebut. U-ma April 20