MADRASAH KEHIDUPAN


IBU YANG PERTAMA MENGENALKAN CINTA DAN KASIH SAYANG, IBU YANG PERTAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN, IBU YANG MEMBERI WARNA KEHIDUPAN, IBU MADRASAH PERTAMA KEHIDUPAN

Senin, 19 Juni 2023

BUTTERFLY 2

 AKU TAK AKAN MENYERAH - 4




Aku sudah pindah ke kamar perawatan, satu botol besar infus dan satu kantong lainnya tergantung tiang infus masih setia menemaniku. Kamar perawatan standar BPJS kelas 1, sederhana tapi cukup untuk rehat dan melepas lelahku yang kian mendera 

Badan rasanya tak bertenaga, ibarat alat listrik mungkin sudah kehilangan setrumnya, atau batrai sdh kehilangaj voltasenya. Entahlah rasanya tubuhku kian melemah. 

Sampai detik ini aku belum tahu ada apa denganku, aku belum mampu bertanya pada suamiku dan diapun tak hendak menceritakan kepadaku. Aku paksakan diriku terlelap namun aku tak mampu. Aku mencoba sugesti diriku utk tidur dengan terapi yang pernah aku pelajari dalam sebuah pelatihan mitivasi diri, nakun tetap saja gagal. Aneh sekali, otakku seakan terus saja berputar meski fisikku tak mampu lagi mengimbangi 

Hingga malam menjelang, kondisiku sedikit lebih membaik. Ada sedikit energi untuk sekedar bercakap dengan suamiku, meski saat itu tubuhku basah kuyub oleh keringat yang seperti mengalir dari sumber air pegunungan, dingin. Suamiku menjelaskan bahwa diagnosis dokter aku mengalami HIPOKALIMEI istilah medisnya, atau kekurangan kalium yang cukup parah. Akibat cairan kalium dalam tubuhku yang terlalu sefikit menyebabkan kelistrikan dalam tubuhku terganggu, persik radio rusak atau habis batraihya hanya mampu bersuara kresek kresek saja. 

" Kok bisa ?" tanyaku lirih 

" Biasanya kalium dalam tubuh bisa berkurang seban diare atau muntah berkali - kali, tapi karena itu tidak terjadi pada sampean, maka sementara diagnosis fokter akibat SLE pean, sambil terus fiobservasi sebab dik ... Sudahlah nang tidur " pinta suamiku di akhir penjelasnya  dan aku tak hendak menjawab dengan pertanyaan - pertanyaan kritis selanjutnya, seperti biasa kami berdiskusi. Aku memilih menyerah untuk tidak mencari jawaban atas ketidakpuasanku.

Semalaman aku tak mampu tidur terlelap, entahlah ada saja fikiran yang melintas di kepalaku. Ada rasa takut ini adalah awal dari ketidak berdayaanku, atau akhir dari perjalanan hidupku ?! Kucoba ucapkan dzikir apapun yang aku bisa, doa apapun yang aku ingin pintakan. Barangkali indikadi imanku masih lemah,  aku belum siap dan takut meninggalkan dunia fana.Aku merasa belum punya bekal apapun untuk menghadap Nya, aku masih punya banyak tugas yang harus aku selesaikan, mendampingi buah hatiku menata masa depan, apalagi putri bungsuku Adiba yang masih 8 tahun, masih harus aku bersamai menuju masa depannya kelak. Tentunya itu adalah fikiran yang terlalu naif, alih-alih berdoa minta umur panjang malah terbelenggu oleh ketakutan tak beralasan. 



Butterfly 02

 AKU TAK AKAN MENYERAH 03





Akun lihat ke atas, nampak beberapa botol infus tergantung, satu botol kecil dan satu kantong infus langsung terhubung dengan tanganku, sementara satu botol besar nampak tinggal separo tergantung lepas dan 1 botol kecil infus yang lainnya, aku tentunya tidak faham dan sama seklai tidak ingin tahu mengandung zat apakah itu .

Aku hanya inginkan tenagaku krmbali, aku berharp tidak lama aku segera bugar dan bisa ngobrol panjang tentang banyak hal kepada suamiku. Namun badanku masih sangat loyo, rasanya tak mampu aku buka bibirku untuk sekedar menyapa suamiku, aku hanya dapat mengulum senyum sembari terasa ada aliran tipis dari sudut mataku  Meski aku sudah berjnaji tidak akan pernah menangis di hadapan suamiku, tapi nyatanya aku tak mampu sembunyikan sedihku.

Suamiku mengusap air mata  di mataku  dengan lembut, seperti biasa dia tidak pandai menyusun kata - kata mewakili apa yang sedang dia rasakan. Dia hanya ucapkan ' Sabar diikkk ..."  Kalimat pendek itu sajalah yang berulang aku dengar saat aku mengeluh tentang kondisiku. Padahal sejatinya kuingin lebih banyak bahkan jika perlu berhlaman-halaman buku tentang ungkapan perasaannya terkait dengan keadaanku yang semakin melemah. 

Namun dari sikapnya dan perhatiannya kepadaku, aku tahu dia sangat tulus dan sedih dengan keadaankku, itulah ungkapan kasihnya kepadaku yang  dia merasa tak perlu ungkapkan dengan kata- kata merayu.

Sesaat kemudian datang perawat meminta suamiku untuk segera mengurus kamar agar aku segera bisa dipindahkan.




Jumat, 16 Juni 2023

Butterfly 2

 AKU TAK AKAN MENYERAH - 2




Dokter agak  kaget melihat aku datang ke poly dalam kondisi tak berdaya, dia langsung meminta perawat mengambil kursi roda dan mengantarkan aku langsung ke ruang UGD dengan sementara mengabsikan padiennya yang lain. 

Mungkin sudah ada diagnosis dalam pikiran  dokter terkait dengan kondisiku saat itu, karena dua minggu sebelumnya saat jadwal kontrolku dia sudah meminta aku dirawat inap di rumah sakit, namun aku tolak dengan janji aku akan istirahat total di rumah. Saat itu aku hanya terfikir putri kecilku Adiba yang pasti akan sangat sedih.

Sesampai di UGD dokter segera memerintahkan dokter jaga dan perawat segera menanganiku, memasang beberapa slat yang aku tidak faham, memasang beberapa botol infus yang langsung terhubung dengan selang bercabang di tanganku, mengecek jantungku, membawa aku ke ruang radiologi untuk difoto, dan lain sebagainya. Tak banyak yang aku fikirkan, aku hanya menyerah pasrah, tubuhku makin lemah tak berdaya, aku tertidur sesaat.

Setelah terbangun kulihat suamiku masih setia menemani disamping tempat tidurku dengan baju dinasnya. Awalnya suamiku akan mampir ke kantor setelah mengantarku ke dokter, karena kondisiku yang tidak memungkinkan ditinggalkan, terpaksa dia harus mengcancel beberapa agenda nya pada hari itu.  

Aku sangat bersyukur, Allah telah menganugarahkan pendamping luar biasa untukku, dan ayah dari anak - anakku. Sejak 5 tahun lalu aku divonis dengan autoimun dalam tubuhku, dia adalah suporter pertama dalam perjuanganku. Sama sekali dia tidak pernah mengeluh dengan biaya pengobatan yang sudah aku habiskan bertahun tahun, bahkan sama sekali dia tidak pernah mengeluh apalagi menyesal dengan perubahan fisik tubuhku, yang berubah semakin gendut dan wajah membundar karena efek obat tiroid yang aku kinum bertahun - tahun. Tetap saja dia menunjukkan kebanggaannya atas diriku, bahkan selalu menghibur saat aku mulai resah dengan penampilanku. Suamiku adalah motivator utama dalam menghadapi ujianku, sikapnya menjadikan aku bisa menerima semua takdir yang Allah gariskan untukku, tidak ada alasanku untuk mengeluh karena pendampingku saja tak sekalipun mengeluh akan keadaanku. 

Saat aku tak mampu bangun karena di der kram di tulang belakangku, atau kakiku, maka dia dengan sabar akan memijatku hingga aku pulih dan membangunkanku pelan-pelan. Dia adalah malaikat yang Allah kirimkan untukku. Dia yang paling panik ketika mendapatiku lemah, aku harus sering menengkannya bahwa aku baik-baik saja.  "Semoga Allah menyatukan kita  hingga di surgaNya kelak suamiku, aku ingin selalu menjadi bidadarimu ..".  ...



Kamis, 15 Juni 2023

Butterfly 2

 AKU TAK AKAN MENYERAH - 1



Tatapanku jauh menembus awan keemmasan melalui kisi 2 jendela rumah sakit. Akhirnya aku harus takluk dan menyerah kembali ke ruang dingin dengan bau khas obat yang aku rasanya sudah muak. Langkah sepatu para perawat yang hilir mudik karena banyaknya pasien di rumah sakit ini menjadi irama yang sangat membosankan 

Aku terpaksa menyerah untuk dirawat di RS karena aku tak lagi mampu menahan rasa lelahku. Aku tak berdaya, bagai motor rusak kehabisan bahan bakar, atau radio yang kehabisa batrai, sesekali menyala kresek2 sesekali dim tak berdaya.

Aku menyerah ketika suamiku harus memapahku kembali ke ruang dingin yang paling aku tidak suka ini, terlalu banyak kesedihan di sini. Tapi akiu tak mau merontah, bukan aku menyerah karena akupun masih ingin sembuh dan berlama lama bersama mereka yang aku cinta. Cinta dan ketulusan suamiku dan gadis2 cantikku yang membuuat aku pasrah. Harapan mereka tidak boleh luruh, apalagi si bungsu yang bermata indah yang masih lugu karena usianya baru 8 tahun. Tidak mungkin aku tega dia mencari mamanya yang tak akan kembali.

Lima tahun sudah aku sandang gelar sebagai seorang odapus, seseorang dengan autoimun dalam dirinya. Imun dubuh yang tak lagi mau bersahabat bahkan sering menyerang saat kita sedikit saja lelah. Mana bisa ?! Manusia dengan segala fubgsinya tidak boleh beraktifitas fisik sebagai mana layaknya, tidak boleh berfikir terlalu keras dan terkena sinar matahari ??!

Meski aku tahu melanggar pantangan itu akan berakibat aku harus rehat beberapa saat memulihkan kembali kondisiku, tetapi aku sudah cukup memahami kondisiku. Aku tidak mungkin diam tanpa bekerja, karena ada anak2 dengan cita - cita mulia yang butuh biaya yang tak cukup hajya suami saja yang mengusahakan. Dua putriku kuliah di Fakultas kedokteran di universitas swasta ternama di Suarakarta dan Jakarta. Tidak sedikit biaya yang harus kami siapkan untuk mereka. 

Secara fisik aku hanya seorang guru ASN, demikian juga suamiku pejabat di sebuah instansi. Aku harus memutar otak untuk mencari tambahan biaya oendidikan anak2 kami dengan cara yang halal yang diridloi oleh Allah. Apapun kami lakukan, kami menvoba membuka usaha properti kecil2an yang cukup untuk suport biaya pendidikan  anak-anak. Lebih terasa lagi ketika putri keduaku juga menyususl masuk Fakultas kedokteran, aku harus memutar otak untuk mencari oenghasilan tambahan. Belum lagi aku juga harus berfikir keras tentang pembiayaan yayasan oendidikan non profit yang semakin lama semakin defidit anggaran karena tidak imbangnya anatara pengeluaran dan oemasukan  Hingga pada titik puncaknya aku tak lagi mampu mengendalikan kemarahan di Luppy yang telah bersarang dalam tubuhku. 

Fikiran yang terus jalan memicu imun tubuh dalam diriku mulai mencari - cari sasaran, suhu tubuhku mulai memanas kembali, kulitku mulai lebam - lebam gak karuan, tekanan darah meninggi, dan badan kehilangan energi. 

Aku masih mencoba bertahan ketika dokter menyuruhku harus istirahat di RS, terbayang sefihnya putri kecilku tanpa aku di rumah. Aku berjanji pada dokter untuk istirahat saja di rumah tidak banyak aktivitas dan tidak bergikir keras. Namun aku tak mampu memegang janji, ketika deadline pekerjaan terus saja berjalan mundur tinggal kisaran beberapa hari. Ditambah dengan jalur online yang sangat padat aku harus mengambil strategi bekerja di tengah malam saat trafik online mulai lancar. Dan itulah awal imun dalam tubuhku tak mau toleran lagi, semakin hari aku semakin lemah bahkan bangun dari tempat tidur saja rasanya tak mampu. Dan aku menyerah ....