MADRASAH KEHIDUPAN


IBU YANG PERTAMA MENGENALKAN CINTA DAN KASIH SAYANG, IBU YANG PERTAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN, IBU YANG MEMBERI WARNA KEHIDUPAN, IBU MADRASAH PERTAMA KEHIDUPAN

Selasa, 04 Mei 2021

RAHASIA HATI SYAFIA 34

 RAHASIA HATI SYAFIA

Oleh : Ummu Syafira

Part : 30


Episode sebelumnya : https://www.facebook.com/groups/267807804421428/permalink/487263632475843/


Pagi ini ada beberapa tetangga Syafia datang, ingin menanyakan keriuhan semalam yang bersumber dari rumah mereka Syafia dan Andi. Semalam para tetangga tidak berani datang karena nampak ada beberapa mobil polisi dan beberapa orng berpakaian hitam-hitam dan mengenakan masker penutup wajah. Mereka hanya berani menduga dalam ketakutan, apakah mereka polisi?! Mengapa mereka mendatangi keluarga muda ini, yang mereka kenal sebagai tetangga yang  baik dan taat beribadah ? Para tetangga  hanya berani mengamati rumah Syafia dan Andi dari jauh, merek tidak memiliki keberanian untuk mengetuk pintu apalagi menanyakan tentang apa yang sebenarnya terjadi? 

Setelah densus 88 menggeladah rumah Syafia dan membawa  suaminya serta sebagian barang-barang mereka, mereka kini mungkin telah dicap sebagai teroris oleh para tetangga, untungnya masih ada diantara para tetangganya yang tidak ketKutan dan masih bersedia datang bertanya kabar. 


Apa salah kami?! Tanya Syafia yang tak sedikitpun dihiraukan oleh sepasukan hitam yang menggeledah rumahnya dengan membabi buta semalam. Tak disisakan sedikitpun bagian rumah tanpa mereka sisir. Bahkan beberapa botol cairan pel pembersih lantai dan pembersih keramik kamar mandi pun ikut mereka sita. 


Syafia  tidak perlu merasa malu karena suami nya Andi ditangkap densus 88, saat hendak salat ke masjid, karena berdasar cerita tetangga ternyata  Andi dicegat di jalan depan masjid saat hendak pergi salat ke masjid di kompleks rumah mereka, bahkan dia tidak diberi kesempatan untuk menjalankan ibadah sholat isya' kalau itu. Sama sekali Syafia tidak merasa malu sedikitpun, karena suaminya ditangkap saat akan menjalankan ibadah, dia sedang berjalan di jalanNya Allah SWT. 


Syafia akan malu dan sangat bersedih dan menyesal dunia akhirat jika Andi suaminya  tertangkap sedang bermaksiat, atau suaminya tertangkap karena korupsi, atau sedang di tempat prostitusi, naudzubillah. 


Siang ini ada seorang petugas humas polda yang datang berkunjung ke rumah mereka. Mereka hanya meminta Syafia bersabar karena mereka juga tidak tahu dimana Andi suaminya sekarang berada , hidupkah matikah, mereka juga tidak tahu. 


Mereka berkata panjang lebar menasehati Syafia, Syafia diminta lebih selektif bergaul dan membaca. Padahal selama ini Syafia ini sudah sangat selektif bahkan hampir tidak memiliki tman bergaul. Semenjak pindah ke daerah Boyolali ini, nyaris teman bergaul Syafia hanyalah anak-anak  TPQ dan beberapa teman halaqah yang bertemu sebulan sekali serta ibu-ibu pengajian di kompleks mereka. Andi pun demikian, tidak banyak aktifitas yang dia lakukan, sehari-hari dia hanya sibuk di bengkel kecilnya mencari nafkah dan membina anak-anak di kompleks perumahan mereka. Sekali waktu Andi terlibat dalam kegiatan relawan bencana, karena  ketiadaan ekonomi menjadikan mereka tidak dapat memberikan bantuan kepada saudara yang terkena bencana,  sehingga mereka berusaha berikan bantuan apa saja yang dia punya. Karena yang dia punya hanyalah tenaga, maka hampir dalam setiap kejadian bencana Andi selalu hadir di garda terdepan. Jika yang dilkaukan Andi ini menjadi sebuah kesalahan hingga suaminya ditangkap, maka Syafia tidak akan pernah menyesal. 


Syfia juga baru punya keberanian membaca berita hari ini. Dan hampir semua berita tidak berasal dari sumber yang benar. Mereka bilang Syafia istri dari tersangka bercadar dan sangat tertutup. Memang benar Syafia bercadar, tetapi sama sekali  Syagia tidak menutup diri. Hmpir semua tetangga mengenalnya  dan terhitung memiliki pergaulan luas. Dalam setiap kegiatan hari besar Islam, Syafia bersama ibu-ibu muslimah lain di kompleks bersama-sama berjibaku menyiapkan konsumsi untuk acara. Syafia membina hubungan baik dengan semua tetangga, Syafia biasa membantu mereka ketika mereka sedang punya hajat bahkan tak jarang Syafia juga dimintai tolong tetangga merias anak gadis mereka saat lamaran, dan acara wisuda. Kebetulan Syafia memilikibketrmpilan merias dikala masih sekolah, warisan dari sang mama. 


Tentang buku-buku yang diangkut dari rumah Syafia itu memang koleksi di perpustakaan pribadi mereka, terutama buku-buku Syafia yang selalu dia simpan dengan baik. Mereka gemar membaca. Dan hampir semua jenis buku Syafia baca, termasuk buku tentang jihad Afganistan yang kemarin juga sempat diangkut polisi. Tetapi polisi tidak mengangkut buku Dunia di Ujung Tanduk milik Tere Lye yang  juga dibaca oleh Syafia. Syafia juga membaca sirah Rasulullah bahkan terhitung lengkap di rumah nya,  bahkan salah satu yang juga ikut diangkut adalah buku Tarbiyatul Aulad Fiil Islam yang merupakan mahar pernikahan mereka Syafia dan Andi,  


Syafia sangat suka membaca diwaktu senggangnya, semua buku shirah Rasulullah tidak ada yang dilewatkan. Tentang romantisme pernikahan Rasulullah, tentang cara Rasulullah mendidik anak, tentang perlakuan Rasulullah terhadap tamu dan tetangga termasuk juga tak dilewatkannya  membaca bab tentang jihad Rasulullah. 


Buku sejarah kebudayaan Islam yang menjadi pegangan saat dia mengajar juga dia simpan rapi di rak bukunya yang sempat dibaca dengn serius oleh salah seorang polisi yang nmeggeledah rumahnya, di dalamnya banyak diceritakan tentang perjuangan Rasul dari perang Badar, hingga perang Tabuk perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah, semuanya tertulis lengkap. Termasuk sejarah khilafah Islamiyah yang  menceritakan tentang kejayaan pemerintahan Otoman, hingga berakhir dimasa pemerintahan Kemal Pasha Attartuk i, semua tertulis dalam buku pelajaran Sejarah kebudayaan Islam yang masih tersimpan di rak buku Syafia. Apakah memiliki buku tentang jihad di rumah kami lalu menjadikan kami bagian dari terorisme? Protes Syafia dalam hati. . 


Bahkan mereka membongkar buku-buku kuliah Syafia dan beberapa buku diktat saat di Ar Rahmah Boarding School, karena semua buku-buku  tersebut Berbahasa Arab.  Semua catatan kecil berupa kertas yang ditemukan di dalamnya diambil. Mungkin kalau murid Syafia di pondok tau pasti pada ketawa. La wong itu catatan buat contekan beberapa siswa Syafia yang dirampas karena ketahuan yang tersimpan tidak sengaja di buku Syafia. 


'Biarlah ...hitung-hitung sekalian dibuangin sampahnya" Batin Syafia sedikit geli. 


Tak lepas dari selidik mereka adalah novel-novel romance dan novel suspen koleksi Syagia saat kuliah. Bahkan seorang polisi sangat khusyuk saat dia membuka sebuah novel bersampul dengan gambar pisau lipat. 


Tak hanya itu mereka mengangkut juga beberapa CD yang dianggap berafiliasi ke jihad. Ada satu CD dengan cover bahasa Arab yang diambil petugas saat mereka menggeledah lemari buku Syafia. CD tersebut merupakan  CD panduan belajar dari kitab Bayna Yadaik, buku belajar bahasa Arab yang isinya percakapan sederhana dalam bahasa Arab. 


" Biarlah, sesekali biar mereka tahu kalimat " Ma ismuka?, min aina? Man 'aina? syukron, dan kota-kota dalam bahasa Arab lainnya. Biarlah mereka tahu kalau bahasa Arab itu biasa saja, tidak seperti yang mereka bayangkan kalau orang ngomong bahasa Arab berarti ngajak berantem" Batin Syafia. 


Mereka juga mengambil semua buku catatan yang ada tulisan ' Osama' di sampulnya. Biarlah, memang Syafia termasuk orang yang selalu ingin tahu, Termasuk dia juga penasaran tentang siapa itu Osama yang cukup terkenal pada saat terjadi peristiwa memilukan di menara kembar USA, sebuah buku yang bercerita tentang masa kecil Osama juga mampir di rak buku Syafia. 


Tak lepas dari lincah nya kemarin mereka membuka-buka hampir semua buku yang ada, adalah Mushaf Allah Qur'an yng nampak lusuh,. Itu adalah Mushaf kesayangan papa Syafia yang menjadi satu-satunya kenangan bagi Syafia. Mushaf itupun akan ikut diamankan dan mereka bawa ke kantor polisi, tetapi Syafia memohon agar Mushaf itu tidak mereka bawa karena itu adalah satu-satunya peninggalan Papa Syafia yang masih ada. 


"Mohon pak, silahkan bawa semua buku-buku saya, tapi mohon Mushaf ini bapak tinggal, ini adalah Mushaf peninggalan Papa saya.." Kata Syafia memohon. 


Tak pelak setumpuk jurnal koleksi Syafia saat kuliah, jurnal Ulumul Qur'an juga semuanya diangkut. Entah apa yang ingin mereka cari dari itu semua. Barangkali setelah membacanya nanti Allah akan turunin hidayah  karena jurnal tersebut banyak mengingat kekuasaan Allah di alam semesta. . 


Syafia juga ditanya apakah dia hafal Al Qur'an ? dijawab oleh Syafia dengan tegas , "andai saya bisa pak, saya sangat berharap bisa memghafal Al Qur'an berserta terjemahannya " 


 Syafia juga dicercah tentang apa yang diajarkan kepada anak-anak ynag belajar di rumahnya?  Dijawab Syafia dengan tegas " Saya tidak akan peduli kalau itu dikatakan salah, saya ajarkan mereka tentang Aqidah Islam, cara beribadah yang benar dan cara membaca Al Qur'an, bahkan diantara mereka sudah ada yang menghafal juz Amma ... dari pada mereka hanya memghafal musik-musik jahiliyah yang melupakan kepada tuhannya " Kata Syafia. 


Syafia menyerah, setiap apa yang disampaikan Syafia selalu saja  digunakan untuk memojokkannya  ke arah radikalisme. Ketika Syafia bercerita tentang pekerjaan suaminya yang resind dari Bank konvensional, tentang pendidikan anak-anak kampungnya, tentang buku-buku, semunya diarahkan pada radikalisme. Bahkan beberapa Mushaf Al Qur'an di rumah mereka yang mereka gunakan untuk memgajari anak-anak kompleks di rumah mereka , juga dibawa oleh densus sebagai barang bukti. 


Syafia tidak akan pernah menyerah, dia sedih karena tidak tahu bagaimana nasib Andi suaminya, dia hanya berharap Allah akan menyelamatkannya. Syafia sangat tahu, yang mereka lakukan tidak lebih dari hanya sekedar menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang muslim, yaitu mengabdi dan beribadah kepada Allah swt. Yang di dalam setiap aktifitas mereka selalu ikrarkan dengan kalimah Illah, Lillah dan Billah. Dan jika itu dianggap salah, maka biarlah yang Maha Adil yang akan memberikan pengadilan tertinggi suatu saat nanti. 


Syafia hanya memiliki satu keyakinan, bahwa semua yang menimpa pada dirinya adalah wujud kasih sayang Allah untukNya. Tiada sesuatupun terjadi tanpa kehendakNya, bahkan daun yang jatuh di tengah malam gulita, semua atas ijinNya. Bukankah Allah pernah berkata Jangan katakan kalian beriman sebelum kalian di uji?! Maka ujian yang diberikan kepada seorang beriman adalah untuk meningkatkan derajat keimanannya. 


Wallahu a'l bissowab. 


Tamat. 


*Semua nama fiktif dan cerita hanyalah rekaan belaka.

RAHASIA HATI SYAFIA 33

 

Meskipun penuh dengn kesederhanaan, Syafia dan Andi menikmati awal-awal kebersamaan mereka dengan penuh kebahagiaan. Keterbatasan ekonomi tidk menjadi penghalang kebahagiaan mereka. Mereka menikmati ibadah dalam kebersamaan setip saat. 

Syafia membuka warung kecil disebelah bengkel Andi. Warung bakso dan mie ayam yang belum memiliki banyak pelanggan tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup merek sehari-hari. Mereka hanya berbekal keyakinan, setiap makhluk telah dijamin rezekinya, hanya diperlukan ikhtiar untuk mendapatkannya. 

Hari-hari mereka penuh dengan kebahagiaan, mereka mulai aktif terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan. Andi dimint oleh wargaenjadi takmir di masjid kecil di kompleks perumahan mereka, dan Syifa aktif membina anak-anak kompleks di TPQ yang mereka dirikan danerek bina sendiri. 

Andi dan Syafia cukup bahagia menjadi kehidupan mereka. Memnagereka tidak memiliki materi yang cukup banyak, bahkan nyaris hanya cukup untuk makan se hari-hari saja  namun mereka terutama Syagia tidak pernah mengeluh. Karena konsep hidup mereka yangenkadikan dunia hanya sebagai wasilah telah meringankan lehidupan mereka. Tidak terlalu banyak target yangereka buat untuk hal-hal yang bersifat diniawi. Setiap aktifitas mereka, merek niatkan untuk berubah dan beribadah. 

Mereka di kenal oleh masyarakat sekitar lingkungannya sebagai pasangan muda yang serasi, bramah dan suka membantu. Syafia maupun Andi tidak pernah segan mbantu para tetangganya yang sedang punya hajat atau sednagerlhkn bantuan. Syafia dan Andi yng selalu tepat waktu dtang ke masjid saat menjelang waktu sholat. 

Warung dan bengkelnya yang selalu ditutup saat menjelnag waktu sholat tiba, sudah sangat dikenali warga. Meskipun banyak pelanggan yang datang tapi ketika waktu sholat sudah tiba, makaSyafia akan meninggalkan pelnggannya di warung untuk sholat berjamaah. Yang bersabar menunggu akan dilayanis stelah sholat, dan yang tidak bersabar akan pergi tidak jadi membeli di warungnya. Namun itu sama sekali tidk menjadikanereka gusar. 

"Bu Syafia... Apa tidak eman banyak pelanggan yng tidak jadi membeli karena ibu tinggalkan sholat?! Padahal banyak loh pedagang yang sangat berharap memiliki banyak pelanggan.. " Tanya bu Sita tetangga sebelah rumah Syafia. Dan Syafiaenjaeab dengan sangat tenang. 

"Bu Sita, Allah memberi rezeki pada kita tidak akan lebih atau kurang... Kalo lebih pasti Allah akan mengurangi, dan jika masih kurang pasti  Allahakan men mbahnya, saya tidak pernah khawatir bu... " JawabSyagia tenang. 

"Bahkan yang saya takutkan saya kehilangan waktu istimewa dalam sholat bu, yaitu keutamaan awal waktu, yang pasti tidak akan dapat aku ganti jika sudh berlalu" Jelasnya kemudian, yng tentunya tidk sepenuhnya dapat A difahami Sita tetangganya. 

Namun akhirnya, semua tetangga maklum dengn kebiasaan hidup mereka berdua yng lebih mengutamakan Ibadah dan ibadah. Mereke semua menyayangi keluarga muda itu yng dengan ikhlastelahendidik anak-anakereka di rumah mereka. Bahkan malam harinya,ereka masih rela diganggu anak-anak yang ingin belajar dan meminta bantuan syafiaenyelesaikan PR mereka. 

Namun demikin, ada saja kelompokasyarakay yang tidak menyukai aktifitas Syafia dan suaminya Andi. Kadang merekenyebar fitnhaereka berasal dari golongan islm Radikal. Entahlah, Syafia dan suaminya tidak terlalu peduli. Bagi mereka berdua, merekanag  harus Radikal  dalam menjaga keyakinan agama, karena kalau tidak aqidha mereka akan rusak. 

Beberapa kali ada pemuda dari organisasi keagamaan setempat yangendatngiereka di rumah  mereka mengi ginian agar Syafia membuka cadar nya dan berbusana sebagaimana masyarakat sekitar mereka. Namun Syagia dan Andi tidak memperdulikan, karena Syafiaerasa busana yng digunakannya tidak menggangu siapapun, disamping juga cadar yang sudah menjadi bgian dri dirinya selama sepuluh thain lebih tk akan mungkin dapat dia lepaskan. 

NEXT

Senin, 03 Mei 2021

RAHASIA HATI SYAFIA 32

 


Syafia tidak lagi bicara dengan hatinya, dia tidak ingin kbali mengusik hatiny yang pernh hancur, yang dengan susah payah coba dia satukan remahan-remahan hatinya meski tak lagi nak sempurna. 

Kali ini, sama sekali Syafia tidak minta pendapat nuraninya, hatinya telah terlalu elah menyimpan beban sekian lama. Maka Syafia meminta pertimbangan adeknya Syifa dan beberapa ustadzah teman mengajarnya di Ar Rahmah Boarding School, tentang khitbah dari Andi yang pernah mengisi hatinya. 

Tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa kehendakNya, sejak awal Syafia telah yakin kehadiran Andi setahun llu dalm kehidupannya asti adalah suatu proses, dan benar saja kehadirannya setahun lalu adalah proses untuk terjadinya takdir hari ini. 

Akhirnya Syafia menerima pinangan Andi, mereka menikah di Pesantren Ar Rahmah dengan saksi ustadz Hamid dan para ustadz - ustadzah Ar Rahmah Boarding School. Paman-paman Syagia datang sebagai wali, tak pelak pesta yang sederhana itu diwarnai dengan deraian air mata para saudara dan teman-teman Syafia. 

Setelah menikah, Andi memboyong Syafia dan adiknya ke kota tempat Andi memulai usaha barunya.ereka sudah sepakat akanuli kehidupan dari nol. Bagi mereka yang penting mereka dapat mengisi sisa umur mereka dengan hal-hal apapun atas dasar ridho Allah SWT. 

Syafia membuka warung kecil di sebelah bengkel kecil milik Andi. Mereka benar-benar memulai kehidupan mereka dari bawah sama sekali. Andi telah meninggalkan semua aset yang diperolehnya selama ini untuk kedua anaknya dari istri pertamanya. Andi pergi dari rumah hanya berbekal pakaian dan uang saku secukupnya, dia yakin dia akan bisa amellui kehidupan hatinya dengn Syafia. 

Syafia yang sudah mendapat tarbiyah kehidupan yang luar biasa, tentunya hidup bersama Andi dengan segala keterbatasannya tidak akanenjadi masalah. Bagi mereka kehidupan dunia hanya pernatar untuk mencari bekal masuk surga. 

Merek amenyewa rumah kecil, yang merek tempati berdua, karena Syifa masih diminta oleh ustadz Hamid untuk membantu di po dok sekaligus selesaikan kuliahnya. Syifa bisa memahami bhwa sudah waktunya snang kakak memiliki sumi yang dapat menjadi pelindung dan snadaran hidupnya. Selama ini Syifa juga kasihan terhadap kakaknya yng seakan menutup diri dari kehidupan asmara. Syafia selalu berjanji untuk tidak meningglkanSyifa untuk menikah, tentunya itu tidak adil bagi kakaknya. ApalagiSyifa juga telah memiliki keluarga baru, yaitu keluarga besar yayasn Ar Rahmah. Sehingga Syifa dapat melepas Syagia kakaknya dengan hati lapang. 

"Syifa jaga diri baik-baik ya... Maafkn kakak tidk lagi dapatenjaga Syifa.. " Kata Syafia saat dia amit kepada Syifa adiknya. 

"Kakak... Aku sudah besar kak, InsyaAllah aku sudah bisa menjaga diriku sendiri... Lagi disini kita apuny keluarga besar yang sangat menyayangi Syifa... " Kata Syifa meyakinkan sangat kakak. 

"Kaka tidak perlu khasatirkan Syifa ya.. Kakak semoga bahagia bersama mas Andi cinta kakak... Semoga kakak hidup bahagia " Lanjut Syifa. 

Syifa tidak ikut mengntar kepindahan kakaknya ke boyolli, dia sebenrnya sedih tapi tidak ingin diitampkkan sama sekali kepada Syafia kakaknya. Syifa berusaha untuk tetap tegar, karena akhirnya dia harus berpisah dengan sang kakak yng selama ini selalu membersamai nya. 

Takdir Allah itu indah, tidk akan ada sesuatupun terjadi tanpa kehendakNya. Andi ditakdirkan menjadi milik Syafia tetapi harus melalui proses yng teramat pnjng

NEXT

#3

RAHASIA HATI SYAFIA 30

 

Satu lagi fase kehidupan yang sangat berat yang di alami Syafia. Tiba-tiba dia merasakan kehilangan harapan, duri yang menncap hatiny menimbulkan luka yang perih, hingga tak mampu lagi dia sembunyikan. 

Syafia meminta ijin kembali untuk pergi ke Malang beberapa hari mengunjungi makam mama dan papa nya, kali ini dia mengajak adiknya Syifa. 

Di makam kedua orng tuanya kali ini Syagia tidak ingin ungkapkan apapun, kecuali doa dan lantunan ayat Al-Quran Qur'an Surah Yasin, yang dia bacakan bersama Syifa. Syafia berjanji kepada kedua orang tuanya, untuk mendampingi Syifa hingga dapat menyelesaikan studinya. Syagia berjanji tidak akan memikirkan menikah dulu sebelum pendidikan Syifa selesai, syafia tak mempedulikan lagi tentang usia ataupun sindiran sana sini bahwa dia sudah menjadi perawan tua. 

Syafia semakin nampak lebih tegar, tk ada lagi nama Andi dalam bilik hatinya, sudah dia coba hapuskan termasuk semua kenangan tentngnya. Syagiaenyibukkna diriny dengn aktifitas di kesnatrian. Syafia tidk membiarkan sejenk saja lmaunanny berblaik ke masa - masa yang telah berlalu. Syafi hanya ingin menatap ke depan, ke masa depan adik tercintanya Syifa, sama sekali Syafia tak ingin memiliki planing apapun kecuali hanya untuk adiknya. 

Dua tahun sudah berlalu, Syagia berhasil melalui semuanya. Sekarang dia sudah di dapur menjadi kepala kesnatrian di yayasan ar Rahmah Boarding school. Banyak inovasi kegiatan yang telah dapat dia kembngkan, santri semakin banyak jumlahnya dan cukup menguras fikiran dan konsentrasinya. 

___________

"Ustadzah Dia ... dipanggil ustadz Hamid, ditunggu di kantor beliau " Kata ustadzah Vera. 

"Saya ukhti...? Ada apa ya...?! Tanya Syafia balik, karena baru lagi tadi mereka mengadakan rapat. 

" Kurang tau ustadzah, pasti ada hal yang penting" Jawab Vera. 

"Baiklah... Syukron katsir ustadzah Vera " Kata Syafia sambil beranjak pergi menuju ruang kantor. 

Sepanjang langkah kakinya membawa Syafia ke ruang direktur yaitu ruang ustadz Hamid, Syafia terus berusaha menebka ada keperluan apa ustadz Hamid memanggilnya? Pasti ada sesuatu ynag penting, fikir nya. 

Sampailah Syagia di sebuah ruang yng tertata cukup rapi, bercat warna putih bersih, dengan beberapa hiasan kaligrafi di dinding belakang dan samping kanan. Tung yng sejuk dan harum ini mencerminkan kepribadian sang penghuni tentunya. Ustadz Hamid memang terkenal dikalangan keluarga besar Arthropoda Rahmah Boarding School sebagi seorang yang disiplin, tpi dan sangat peduli demgna kebersihan dan keindahan. 

Tidak seperti ruang direktur yang pada umumnya tertutup rapat, ruang ustadz Hamid justru dibatasi oleh dinsing-dinsing kaca ynag terbuka. Penataan ruang yang dibuat transparan, dan menjaga dari fitnah karena khalwat antara ustadz dengn staf atau ustadzah di yayasan tersebut. 

"Assalamu'alaikum ustadz... " Syagia mengetuk pintu ruang ustadz Hamid. 

Syafia nampak melihat ada sesosok laki-- laki yng lebih dahulu sudha ada dihadapan ustadz Hamid. 

"Siapa dia... Kenapa ustadz Hamid memnggilku? Tanya Syafia dalam hati. 

Sesosok lelki yang duduk membelakangi Syafia nampak tidak bergeming. 

" Silahkan duduk ustadzah... " Ustadz Hamid menyilahlan Syafia mengambil duduk di depan meja ustadz Hamid. 

"Maaf... Sayaemanggil ustadzah, karena ustadzah ada yang mencari.... " Lanjut ustadz Hamid. 

"Mohon maaf ustadz... Siapa yang mencari saya? Tanya Syafia penasaran. 

" Maaf ustadzah... Ustadzah Fia mengenal pak Andi ini. " Kata ustadz Hamid sambil mengarahkan tangannya ke sesosok pria yang sedang duduk di sisi sebalah kiri meja ustadz Hamid. 

Seketika jantung Syafia seakan berhenti, bukannya dia bang Andi? Ada apa bang Andi ingin menemuiku? 

"Iya ustadz... " Syafia segera dapat mengenali Andi dan tidak membiarkan ustadz Hamid penasaran. 

"Maaf ustadzah, pak Andi sudah bercerita banyak tentang dirinya, juga tentang hubungannya dengan ustadzah... " Jelas ustadz Hamid. Sesaat kemudian mengambil nafas panjang dan melanjutkan bicaranya. 

" Beliau sekarang sudah tidak terikat lagi dengan perkawinan karena istrinya meminta untuk berceri dan sudah diceritakan..... Pak Andi ingin berhijrah dan resind dri pekerjaannya di suatu Bank konvensional di daerahnya, dan istrinya tidak kuat menghadapi ujian itu, sehingga istri nya meminta cerai" Sesaat ustadz Hamid terdiam dan memandang pada Andi ynag tertunduk. Andi yang nmpak telah sedikit berubah lebih kurus dan agak kusut. 

"Pak Andi telah meninggalkan seluruh kehidupan beserta asetnya bersama keluarganya, dia telah membuka sebuah usah akecil dan akn memulai hidup baru yang lebih baik yang sesuai dengan syaratnya... " Nampak situasi hening, ustadz Hamid nampak sedikit ingin memainkan perasaan Andi dn Syafia. 

Syafia hanya dapat tertunduk tka berdaya, di bingung harus bagaimana, sama sekali di tka mampu berfikir apa-apa. 

"Pk Andi ke sini ingin menjemput ustadzah Syafia .... Bukankah dulu kalin ernha saling mencintai? Pak Andi yakin akan bisa memulai hidup baru dengan ustadzah Syagia dan adik ustadzah Syifa.. ' Syafia tetap terdiam tidak tua harus berkata apa, semua terjadi begitu sangt cepat. 

" Bagaimana ustadzah...?! Syafia semakin bingung. Apalagi dia juga tidak mendengar suara Andi sepatah katapun. 

Andi nampake dongak melihat Syagia, tatapan matanya seakan ingin menguatkan dan meminta kepastian dari Syafia. 

"Iya ukhti . .. Yang disampaikan ustadz Hamid benar"

"Maukah ukhti Syafia mendampingi sayaenjlani hidup baru saya setelah berhijrah...?! Andi kahirnyengatakn sendiri niatnya meminnag Syafia menjadi istri nya. 

NEXT





RAHASIAHATI SYAFIA 29




" Ukhti Ana, terimakasih. Kau ajarkan aku ketangguhan seorang muslimah" Kata Syafia. 

" Ukhtii Fia, keikhlasan itu adalah sebuah perjuangan tak seorangpun wanita yang rela tiba-tiba dia harus berbagi suami dengan wanita lain. Tetapi sebagai istri yang taat, demi untuk menghapus ridho Allah  saya tidak bisa melarang ustadz Hamid untuk menikah lagi, karena ustadz Hamid diberi hal oleh Allah untuk menikah lebih dari satu" Jawab ukhti Ana panjang lebar. Jawaban yang justru menjadikan hati Syafia berontak, apakah seperti itu cara Rasul berpoligami?! Menggoreskan rasa sakit dihati para istri?! 

Sebagaimana hikayat yang pernah dibacanya, Rasulullah bahkan melakukan poligami setelah Khadijah meninggal dunia, yang berarti Rasulullah menjalankan pernikahan monogami selama 25 tahun bersama Rasulullah. Rasul menikahi Aisyah setelah beberapa waktu beliau menduda. Ketika Aisyah dinikahi Nabi Muhammad saw, usia Aisyah masih sangat muda bahkan sebagian riwayat menyebut saat itu Aisyah masih berusia 7 tahun, maka saat itu Rasul hanya meng khitbah saja, dan mulai hidup bersama di usia 20 tahun, bahkan ada riwayat yang menyebutkan di usia 19 atau 20 tahun.

Alasan Rasulullah saw menikahi Aisyah bukan karena nafsu, melainkan karena petunjuk dan perintah dari Allah.Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah saw berkata kepada Aisyah, "Aku melihat engkau (Aisyah ) dalam mimpi sebanyak dua kali. Aku melihat engkau berada dalam bilik yang diperbuat daripada kain sutera. Ada suara berkata, 'Inilah istrimu.' Kemudian aku menyingkap tirai muka itu dan terlihat jelas wajahmu.' Maka aku katakan, "Sesungguhnya kejadian ini adalah atas kehendak Allah Swt." (HR. Bukhari).

Sedangkan istti-istri Rasul yang lain, adalah janda ynag ysianya lebih tua. Alasan Rasulullah menikhai mereka diantaranya karena menolong, dan juga karena faktor politik untukenyatukan suku-suku yang kala itu terpecah. Rasulullah menjalani hidup berpoligami hanya selama 12 tahun, lebih singkat dibnding pernikahan monogami nya dengan Khadijah yang dihalaninya selama 25 tahun. 

Kembali Syafia bertanya dalam hati, 

"Apa yang menjadi motivasi ustadz Hamid meninang diriku? Apakah beliau ingin menolongku?! Tanya Syafia dalam hati. 

" Layakkah jika niat tulus ustadz Hamid ditolak begitu saja? " Syafia nampak galau kembali, ustadz Hamid adalah seorang ustadz yang berpengethuan luas, hanif dan taat dalam beribadah, beliau mampu dan pasti dapat berbuat adil, alasan apa yang dapat di sampaikan Syafia untuk menolak pinangan sng Ustadz? Tidak mungkin juga dia menggunakan alasan tidak tega atau kasihan kepada Ana sang murobbi, karena Ana sendiri telah menyatakan ikhlas dan bahkan membujuknya Syafia untuk tidak menolak pinangannya untuk suaminya. 

Dirr setiap manusia berbeda dan tak seorangpun tahu apa yang akan terjadi di hadapan, bahkan satu detik ke depannya. Hanya Allah yang  Maha Tahu. Begitupun ketika hati memilih siapa yang disukainya, tak bisa kita rencanakan karena berlangsung begitu saja. Yang mampu kita lakukan, hanya mengendalikan dengan kekuatan iman. Dan rasa itu yang tidak Syafia ketemukan di dalam hatinya, dia lebih takut meninggalkan adiknya kesepian andai dia harus menikah. 

" Maaf ukhti... Dengan sngat menyesal dan berat hati saya tidak dapat menerima pinangan ukhti... Saya merasa tidak pantas menjadi adik ukhti dan bersama mendampingi ustadz Hamid dalam dakwahnya... Sungguh saya mohon maaf ukhti" Akhirnya Syafia mengambil keputusan tidak menerima pinangan Ana untuk suaminya. 

Ada setitik binar bahagia di pupil mata Ana, dan Syafia menangkap itu. 

" Baiklah ukhti... Kalau itu memang ukhti anggap itu  yang terbaik... InsyaAllah ustadz Hamid akan menerima ini, dan kami berjanji tidak akan pernah meninggalkan ukhti Dia dan Syifa, kalian sudah bagaikan keluarga kami.. " Ana nampak sangat bijak menghibur dan menguatkan Syafia. ___________

Hri, minggu, bulan pun berlalu, tidak ada yang berubah pada diri Syafia. Syafia tetap bekerja di Ar Rahmah Boarding School, dia tetap tinggal di sana bersama adiknya Syifa. 

Ustadz Hamid seorang ustadz yang sangat bijak dn bersahaja, tidak ada perubahan sikap sama sekali terhadp Syifa, setelah semuanya terjadi. Tetap saja beliau ramah dan hormat kepada siapapun yang berpapasan, atau dekat dengannya. 

Lain halnya dengan Andi, Andi semakin sering berkirim pesan kepada Syafia, entah berupa pena dksh atau apa. Andi sudah mulai berani mengungkap masa lalu mereka, dan Syafia tidak dapat menolaknya. Bagaimanapun hatinya menuntut balas atas rindu dn cinta yang dipendamnya selama ini, meski akalnya menolak keras karena Andi telah berkeluarga. Dan ujian hati Syafia belumlah selesai. Lbalinlagi Syafia dihadapkan pada ujian istri kedua, namun kali ini Syafia merasakan bergulatan yang teramat keras antara hati dan akalnya. Hatinya menuntut berkata "Iya" Namun akalnya menolak keras. Kadang Syafia merasa bersalah ketika dia larut dalam chatting dengan Andi, kadang berdiskusi atau bergurau, karena memang pada dasarnya mereka sudah sling cocok sejak lama. 

Pada suatu kesempatan Andi ingin menyampaikan niatny untuk menjadikan Syafia istri kedua, namun selalu Syg ia tolak dengan berbagi macam logika. 

“ukhti, di dalam agama kita polgyami itu dibolehkan itu satu hal. Hal lain, sejak aku ketemukan  kamu ada rasa lain yang muncul dalam perasaan Abang dan rasa itu akan lebih indah jika berada dalam bingkai yang halal. Abang ingin kamu membantu Abang agar rasa ini menjadi halal.” Kalimat-kalimat itu meluncur dengan pasti tanpa keraguan dalam suatu kesempatan lewat telephon. 

Ya Allah, ujian apa lagi yang sedang Engkau hadirkan untukku ?  Seorang lelaki yang selama ini aku nanti, kau hadirkan dalam keadaan sudah beristri,  tiba-tiba dia mengajukan diri jadi pendampingku? Mengapa kau terlambat datang mas? Kenapa kau tidak setia menungguku atau mencariku kala itu? Syafia mengajak hati berdialong dengan akal Pemiliknya. 

Dan kembali Syafia menjawab, “Engga Bang, Maaf ya... Aku tidak akan mampu menyakiti hati istrimu …”. Syafia terus terang. 

Tapi kemudian dia menjadi sering menelfon walaupun hanya sekedar menanyakan perihal kabar dan pekerjaanku.  Tanpa disadarinya, otak dan hati Syafia kompak menyatakan, “Aku suka diperhatikan, aku merasa hidupku lebih berarti.” Suatu perubahan terjadi di diri Syafia. Hatinya menjadi berbunga ketika nama Andi tertera di layar telpon selular nya. Begitupun sebaliknya, Syafia mendadak kehilangan ketika dalam dua hari saja Andi  tidak menelfon. Oh ada apa ini ? Apa yang terjadi dengan rasaku ? Oh tidaaaaaak…. Rasa cinta itu kembali datang dan mulai merindukannya!


Marah, gusar, kecewa kepada diri sendiri campur aduk jadi satu! Kemana prinsip yang selama ini aku pegang ? Mana daftar blacklistku ? Mana ketegaran dan ketegasan yang aku punya? Berontak hati Syafia. Aku tak mampu lagi abaikan rasa cintaku. No.. no.. no…! Berkali-kali batinnya berteriak  No, berkali-kali pula hatinya menangis mengisyaratkan “tak rela”. Tidak hanya sekedar merasa serba salah tapi juga merasa sangat bersalah walaupun Andi tak pernah lagi membahas tentang masa lalu mereka atau niatnya hidup dengannya.

Namun, Syafia justru makin gesisah, mengapa Andi mulai jarang kembali mengirim pesan?" Kembali menyerukan rasa rindu akan kehadirannya dalam hati Syafia. Syafia mulai menyerah jukalau dulu setiap kali Andi bertanya Syafia sekuatnya berasaha bilang "tidak", sepertinya sekarang hatinya mulai gelisah, “Kenapa dia berkirim kabar lagi?”. 

Di suatu malam badan Isya' akhirnya gawat Syagia bergetar menari di atas meja rias kamar po doknya, begegas dia angkat dan berharap yang berada diseberang sana yng sedang memanggilnya adalah Andi. Benar saja, Syafia bahagia bagaikan disiram air dingin ditengah padang gersang, rindunya teribati. Batin Syagia tak banyak lagi berontak, rindunya telah melemahkan kekuatan prinsip yang coba dia pertahankan sejauh ini. Rasa cintanya telah memunculkan ego dn menggerua rasa empati pada hati wanita lain disana yng mungkin akan menangis jika mengetahui ini, Syafia kini telah menyerah.

Setelah berbincang-bincang jarak jauh mengenai kabar dan pekerjaan masing-masing, pertanyaan itu akhirnya  dengar lagi Syagia kembali , tiba-tiba Andi menyampaikan kalimat yang menggegrkan hati dan jantung Syafia, kalimat yang dinnatinya sngat panjang dan kini diungkapkan oleh Andi. 

“Boleh kita ta’aruf dulu? Kemudian kita istikharah dan kita pasrahkan pada rencana Allah.” Entah keberanian dari mana, Syafia pun menjawab, “Baiklah. Tapi aku punya satu syarat. Aku akan bilang Iya, aku bersedia menjadi isteri Abang hanya jika Kakak (begitu aku memanggil isterinya) yang memintaku menjadi “adik”nya dan Abang tidak boleh memaksanya" Kata Syafia berharap istri Andi seteguh Ana yang melahirkan istri kedua untuk suamunya. 

Syafia berharap jika takdir mengharuskannya  berpoligami, maka keikhlasan isteri terdahulu menjadi syarat mutlak "Oh Rabb, sungguh aku tak pernah membayangkan ini akan terjadi dalam hidupku" Kata hatinya. 

Hari-hari Syafia kembali dipenuh kebimbangan. Batinnya sebenarnya tetap menolak tapi dia sudah tidak nerdaya dan tidak memiliki alasan kuat lagi untuk mengatakan "tidak". Dia berniat ta’aruf dan niatnya sungguh-sungguh. Kalau hanya menimbang perasaan suka, mungkin aku bisa langsung berkata YA AKU BERSEDIA karena Syafia sebenarnya telah lama memendam perasaan ini, dan dia telah memiliki hati Andi sejak lama sebelum dia bertemu dengan istrinya. Demikian juga  dari buku-buku tentang poligami yang pernah dia baca, suami tidak diharuskan minta izin kepada isteri terdahulu. Perasaan cinta yang telah menyiksanya sekian tahun kini tengah menyerangku! Mending dihalalkan toh ?? Kata hati Syafia pasti. 

siang itu - di hari yang fitri telphon Syafia berdering. Bismillaah … apapun jawabannya Syafia siap. Syafia biarkan Andi berbicara menyampaikan apa yang ingin dia dengarkan. Dia bilang, “ukhti, Abang sudah bicara dengan Kakak dan ternyata Kakak belum siap. Jadi, bagaimana keputusanmu ?” kata Andi lirih di seberang sana. 

Dengan perasaan campur baur; sedih, senang, kesal, kecewa, marah… Syafia berusaha menetralisir kegetiran suaranya. Rasa gengsinya menghapus segala rasa yang berkecamuk dalam dadanya. Tanpa ragu, jawabannya terdengar begitu tegas buat dirinya sendiri, “Sesuai dengan komitmen awal kita bang. Jawabannya sudah jelas. Kakak tidak bersedia dan aku tidak mungkin bahagia di balik kesedihannya. Maka, TIDAK adalah jawabanku untuk selamanya.” Hati Syafia ingin menjerit menyuarakan sakitnya. Ada sesuatu yang tiba-tiba hilang begitu saja. Syafia kembali merasa terhempas ke titik nol, entah kemudian dia bisa bangkit kembali atau tidak. Patah hati… Ya, itu kata yang yang cocok untuk menggambarkan perasaannya saat itu. Jawabannya sudah pasti dan  takkan pernah mungkin dia menariknya kembali. Kalaupun saat ini dia harus menangis, dia menangis  hanya untuk menguatkan hati. Akhir dari cinta dan rindu yang menghiasi hari dan mewarnai perjalanan hidupnya, telah nyata. Tak ada lagi cinta yang menguras rasa, tak ada lagi rindu yang menyesakkan kalbu. Harusnya Syafia lega telah terbebas dari semua rasa yang telah membelenggu nya, namun ternyata hatinya terluka dalam dan sangat dalam. 

Syafia semakin faham, bahwa cinta bukan semata masalah perasaan tapi hasil dialog antara akal dan hati. Dua instrumen yang khusus diberikan Allah hanya kepada manusia.
Bahwa kebahagiaan itu adalah ketika kita mampu berkorban untuk orang yang di cintai, demi keutuhan rumah tangganya, SyFia bersedia mengalah. Dan dia yakin ini adalah bagian dari cerita yang telah ditulisNya untuk dirinya. 

Lalu kenapa dia harus Engkau datangkan ?! Kalau kemudian dia harus pergi? 

NEXT

RAHASIA HATI SYAFIA 28

 


" Yaa Allah... Maafkan hambahMu yang Fana ini.. 

Maafkan hamba Mu yang lemah ini... 

Maafkan jika masih ada rindu selain untuk Mu

Maafkan jika masih ada cinta selain hanya cinta kepada Mu... 

Sungguh ku tak mampu bersihkan hati ini darinkotoran rindu dan cinta sekian untuk Mu

Bukankah semua rasa ini dari Mu yaa Rabb... 

Jika rasa rindu dan cinta fana ini menjadikanku berdosa maka hilangkanlah, bersihkan sebersih-bersihnya dari hatiku... 

Yaa Rabb... Ku ingin hanya mengikuti jalan Mu, karena ku yakin jalanMu adalah yng terbaik... 

Sungguh, ku inginkan hanya mengikuti jalan takdir Mu, karena ku tahu tak mungkin aku akan menulis jalan takdirku sendiri... 

Maka bersihknlah htiku dari dosa dan nafsu, bimbing hatiku hanya di jalan Mu ya Rabb... 

Jika rinduku pada mas Andi salah hilangkanlah rasa itu darinklabiku... 

Jika rasa cintaku pada mas Andi bertentangan dengan takdirMu maka hilangkanlah nama dan kenangannya dari hatiku... 

Ku bermohon padaMu tunjukkan jodohku ynag terbaik untukku yaa Rabb... "

Alunan doa Syafia diseertiga malam yang terdengar sangat menyentuh kalbu. Nampak Syafia sudah pasrahkan semua kepada kehendak sng Khaliq, dia yakin bahwa semua yang terjadi belakangnya adalah sebuah prosesenuju takdir indahNya. Khitbah Ukhti Ana untuk suaminya ustadz Hamid yang sngat tidak di duga Syafia, juga kehadiran Andi kembali ke dalam kehidupannya. Dan mereka berdua sudah berkeluarga?! 

Syafia merasa tak mampu mengambil keputusan, tidak ada teman yang dapat dimintai pendapat. Apakah dia harus bercerit kepada adiknya Syifa?

 "Tidak" Tolak hati Syafia, di tidak ingin adiknya sedih karena tahu kakaknya akan menikah. Apalagi ini belum jelas. Syg ia berjanji akn bercerit kepada Syifa jika semuanya sudah pasti. Syafia bertekad akan menyimpannya semua ini menjadi rahasia hati nya sendiri. 

Ustadz Hamid yang tampan bersahaja, seorang ustadz yang mumpuni dalam ilmu agama, dan semua orang menghormatinya, apa layak Syafia menolaknya?! 

Namun muncul bayangan yang lain, ukhti Ana snag Murobbi yang sudah dianggapnya seperti saudara bahkan pengganti orang tuanya, tempat di mengadukan segala masalah, yang sellau membuatnya kala dia dalam kesusahan. Mampukah dia menyakiti hatinya?! Meskipun ukhti Ana sendiri yang meminta dia untukenjadi matsna bagi suaminya, namun Ana tidak mampuenutupi kesedihannya dengan sempurna di depn Syafia. Syafia tahu, Ana menyampaikan pinngnnya dengan hati yang sedih. Ana tidak mungkin Syafia akan setega itu kepada sang Murobbi yang telah mengajarinya ber hijrah. 

Di sisi lain, muncul wajah Andi sosok lelaki yang dicintainya sejak sepuluh tahun lalu. Yng dengn sekuat saya upaya coba di alupakan dan kuburkan namnya di dasar hatinya, namun tidak mampu. Bersamaan dengan semua ynag terjadi pada Syafia, Andi hadir bersama dengan status ny yng tidak lagi sendiri. Ada wanita lain yng pasti juga sngat mencintainya, yang pasti juga akan sakit saat suaminya dia ketahui mencintai orang lain. Seorang wanita ynag tentunya juga sama dengan ukhti Ana, yang meskipun berusaha untuk ikhlas namun tak kan mampu menyembunyikan skit hatinya. 

"Tidak... Aku tidak ingin menjadi sebab sakit hati wanita lain... Aku tidak akan memilih keduanya" Ujarnya mantab, setelah ber tafakkur sekian malam untuk memutuskan akan menerima atau menolak khitbah dari ukhti Ana. 

Syafia merasa sedikit leg karena akhirnya dia menemukan jawaban, atas pinangan ustadz Hamid untuknya melalui istrinya. 

________

"Ukhti Fia, ditunggu ukhti Ana di gaxeno... " Seorang ustadzah menyampaikan pesan kepada Syafia. 

Nmpak Syafia kaget, meskipun semalaman sudah coba siapkan jawaban dengan sekian point alasan. 

"Iya ukhti... Terimakasih ya " Jawab Syafia. 

Syafia segera nergegas menuju gaxebo yang disebutkan oleh ustadzah temn kantor Syafia. Dari jauh nampak ukhti Ana duduk menatap lekat air mancur di sebelah gaxebo. Ana tidak mendengar langkah kaki Syafia mendekat, seakan dia larut dalam diskusi yang sedang dipuncak tema dalam hatinya. 

"Assalamualaikum ukhti.. " Sapa Syafia mengagetkan Ana. Ana seger bangkit dan menjawab salam Syafia seraya memeluk Syafia sebagai tanda persaudaraan sesama akhwat. 

"Walaikumsalam ukhti... Maaf tidak mendengar ukhti datang" Jawab Ana dengan mencoba dia buat senyum indah dibibirnya,eski Syafiaenangkapnya masih ada gurta kesedihan dalam senyuman Ana. 

"Tidak apa ukhti silahkan.. " 

Selanjutnya mereka berdua duduk berdampingan di sisi gazebo memghafal ke arah air mancur di dinding pagar yng nampak indah. Sesaatereka berdua terdiam. 

" Maaf ukhti, apakah ukhti Syafia sudah punya jawaban atas khitbah yang sy smpaikan kemarin?? Tanya Ana kepada Syafia sekan ingin segera tahu jawaban Syafia. 

Namun Syafia tidak ingin segera menjawabnya. Syafia bahkan bertanya balik kepada Ana. 

"Maaf ukhti... Apakah ukhti benar-benar ikhlas ustadz Hamid menikah lagi ukhti... Mohon ukhti jawab dengan jujur" Desak Syafia. 

" Itu bagian dari ujian kesabaran saya sebagai istri ukhti... Ketika suami ingin menyempurnakan agama ukhti ynag merupakan bagian dari ibadah, apakah saya boleh menolaknya?! Sebagai istri yang taat... Saya harus mendukung setiap uiaya kebaikan yng dilakukan oleh suami" Jawab Ana ynag menampakkan seorang sosok muslimah yang menyandarkan dirinya kepada ajaran Agama, dengan memcobaemgabaikan sakit hati yang pasti dialami oleh setiap wanita pada umumnya ketika suaminy menyatakan inginenikh lagi. 

Namun sepertinya Syafia tidak dapat menerima jawaban Ana. 

"Maaf ukhti Ana, apakah mungkin saya menyempurnakan agama saya dengan menciptakan rasa sakit pada wanita lain?! 

" Tidak ukhti... Saya tidak sakit hati, cuma saya harus lebih sabar dan menata hati... Yang terpenting bagi saya adalah ridho suami... Karena jalan surga bagi istri terletk pada ridho Sumi ukhti... Aku ingin gin ustadz Hamid ridho padaku sebagai istrinya... Maka aku rela jika ustadz Hamid harus menikah lagi dengan ukhti Syafia.. " Nampak Ana masih mencoba meyakinkan Syafia. 

NEXT



Minggu, 02 Mei 2021

RAHASIA HATI SYAFIA 27

 


Ternyata ada beberapa pesan di WhatApp dari nomor dengan pria dengan gurta wajah seperti wajah Andi. 

"Assalamualaikum.. "

"Bagaiman kabar ukhti Syafia... "

Membaca pesan di WA tersebut hati Syagia semakin berdebar.... Benarkah ini pean dari mas Andi? Di memanggil aku ukhti? Apakah dia telah berhijrah juga?! Tanya hati Syafia sebelum melanjutkan membaca pesan-pesan berikutnya. 

"Maaf kalau saya lancang... Saya mendapat nomor WA ukhti dari teman ukhti Santi... Kebetulan kemarin bertemu tidak sengaja di suatu majlis... " Lanjut pemilik nomor berfoto profil seperti Andi. 

"Aku Andi... Mudah2an ukhti Syafia tidak lupa" Kalimat penutup yang menjawab semua kegelisahan dan doa Syafia, akhirnya terhubung kembali dengan Andi. 

Syifa tidak langsung menjawab pesan WhatsApp dari Andi, Syafia bingung harus berkata apa?! Yang sebenarnya ingin Syafia sampaikan adalah pertanyaan apakah Andi sudh menikah? Ataukah Andi masih mencintainya? Tapi rasanya mustahil menyampaikan itu semua. Sangat tidak layak, seorang akhwat yang sudah ter tarbiyah begitu rendah harga dirinya, batin Syafia.

"Waalaikumsalam.. "

"Alhamdulillah... Kabar sy baik"

"Semoga demikian pula dengan mas Andi... "

Hanya kalimat itu yang mampu Syafia sampaikan, sangat standar sekali. Syafia tetap berharap Andi terus akan melanjutkan komunikasi ini. Syafia berharap Andi akan bercerita banyak dan menjawab semua tanyanya tanpa dia harus bertanya. Syafia berharap apa yang dirasakannya dalam hati, kerinduannya, rasa cintanya masih sambung dengan hati Andi, dan dia merasakannya juga. Seperti keyakinannya selama ini, selama kita memikirkan seseorang pasti orang tersebut juga akan memikirkan kita, ada magnet dalam hati manusia. Meskipun keyakinan yang tanpa ada dalil atau manhaj yang menguatkan, tapi Syafia selalu mempercayainya. Syafia juga yakin, doa-doa yang sellau dipanjatkan untuk mengetahui kabar Andi yang akan memantpkan jawaban atas pinangan ustadz Hamid akan dikabulkan oleh Allah. Syafia yakin, ini adalah bukan suatu kebetulan, tetapi merupakan proses takdir yang sedang Allah sekenariokan untuknya. Apakah dia harus menerima khitbah dari ukhti Ana untuk suaminya, atau akan menolaknya. 

"Alhamdulillah kabar saya dan keluarga baik... " Jawab Andi, yang membuat Syafia menjadi kehilangan harapan. Andi sudah berkeluarga?! Tangis hatinya. 

Syafia tidak mampu langsung merespon, dia tidak memungkiri kalau hatinya kecewa. Syafia tidak tau harus berkata apa? Tapi yang jelas Syafia tidak menginginkan Andi mengetahui perasaannya yang masih menyimpan rindu dan cinta yang teramat dalam untuknya. Apalagi kalau benar Andi sudah berkeluarga? 

"Alhamdulillah, salam utk istri dan keluarga ya... Terimakasih 🙏🏻🙏🏻" Jawab Syafia ingin memastikan Syafia benar sudah menikah, meski hatinya terasa nyeri. 

Syafia tiba-tiba merasa hancur, apakah dia sudah kehilangan harapan dengan Andi?! Apakah dia harus menerima menjadi istri kedua ustadz Hamid?! Sungguh dia harus menghianati prinsipnya sendiri, dia harus melanggar list atau daftar pria yang tidak akan diterima menjadi suaminya yang sudah dibuatnya sejak masih remaja, dintaranya; Laki-laki yang sedang menjalin hubungan khusus dengan seorang wanita, laki-laki yang sedang terikat dengan pernikahan meski tidak harminid, apalagi dengan laki-laki yang sudah menikah, mereka memiliki anak dn hidup harmonis. Mereka ini adalah orang-orang yang masuk dalam blacklist atau daftar hitam orang-orang yang akan menjadi suamiku, sampai kapanpun. Janji Syafia  kala itu dan selalu di ingat nya sampai kini. 

Barangkali sedang sibuk, ternyata balasan pesan Syafia di WhatsApp tidak segera dibaca apalagi dijawab oleh Andi. Syafia semakin berkecil hati, dia semakin yakin dirinya tidak lagi berarti bagi Andi. Melihat responAndi yang lambat terhadap pesan yang di akirimkna, Syafia seakan telah mengambil keputusan bahwa di aharus mengubur nama dan kenangan Andi dalam-dalam. Syafia matikan handphone nya, dia tidak mau terjebak dalam penantian aneh, penantian atas jawaban pesan yang sebenarnya tidak terlalu penting tapi cukup meresahkan hati Syafia. 

Untuk mengalihkan gilirannya tentang Andi yang baru mulai sambung komunikasi, Syafia menyibukkan diri membantu bibi Sumi memasak di dapur Asrama. 

"Neng Fia kenapa di sini?! Kata bik Sumi melihat Syafia tiba-tiba dudukanis di depannya, mengamati bibi Sumi ynag sedang meracik bumbu untuk memasak sayur. 

" Masak aba bi... Bisakah aku bantu... Sambil belajar bik?! Kata Syafia kemudian. 

"Memangnya Neng Syafia sudah tidak ada kerjaan, harus-harus ke dapur? 

" Sedang jenuh saja bik... Lihat kertas-kertas dari waktu ke waktu... Lagian aku pingin bisa masak bik.. " Jelas Syagia. 

"Apa ning Syafia mau nikah ini... Da mulai persiapan buat masakin Sumi nanti?! Tanya bibi Sumi tidak beaksud menyindir Syafia. Syagia kaget dengan pertanyaan Bibi Sumi yang sama sekali tidak dia juga. 

" Ah biar Sumi.. Ada saja... Y apingin bisa alasan saja bi" Jawabnya sekenanya. Dalam hati Syagia juga bertnaya-tanya, apakah memang aku sudah siap mau menikah tiba-tiba angin belajar memasak? Barangkali fikiran bawah sadar Syafia sedang menginstal dirinya untuk menyiapkan dirinya menikah? 

Syagia benar- benar ingin melupakan Andi, ada rasa amarah dan kecewa ayang teramat dalam ynag tanpa alasan hingga membuatnya tak hendak membuka HP nya sama sekali. Tidak seperti biasanya, HP Vivo berwarna gold itu sejak siang tidak disentuhnya sama sekali, dibiarkan mati. 

__________

Hingga pukul satu dini hari, Syafia takjua mampu memejamkan mata. Diambilnya HP yang seharian tidak disentuhnya. Dia hidupkan, dan byuurr ramai suara notifikasi pesan yang masuk dari wah atau pesan pribadi teman-temnanya. Diantara ada 10 pesan pribadi dari WA dg profil gambar Andi. Kembali Syafia mencoba mengukir sedikit harapan, apa yang selama ini dia rasakan tidak bertepuk sebelah tangan. 

" InsyaAllah akan sy sampaikan.. " Jawaban Andi yang memastikan kalau dirinya sudah benar-benar menikah. Syafia mencoba menekna perasaan sedihnha. 

" Saya dengar dek Fia bekerja di pesantren ya... Alhamdulillah pasti alim sekarang " Ditutup dengan icon jempol dua. 

"Apakah dek Syagia sudah menikah...? 

" Aku doakan semoga sakinah mawadah wa Rahmah.. "

"Gembira sekali sy bisa bersilaturahim dengan dek Fia... Setalah sekian lama tidak saling berkirim kabar"

"Maaf... Barangkali sudah tdk pantas sy memnaggil dek ya... Mohon ijin aku panggil ukhti saja... "

"Selalu ada doa untuk ukhti... "

Semoga ukhti selalu sukses dan bahagia.. "

"Aamiinn.. " 

Monolog Andi yang agak panjang menggugurkan statemen Syafia jika Andi sudh melupakan dan tidak memperdulikan nya lagi. Beban perasaan yang telah Syafia tanggung kan selama ini membuatnya menjadi sangat sensitif. Namun jawaban pesan Andi menjadikan Syagia kembali gamang, Syagia semakin bimbang akan mengambil langkah kemana. 

Meskipun Syafia yakin Andi telah berkeluarga, namun ada kuncup dihatinya ketika Andi menjawab pesannya dengan panjng. Di merasa Andiasih belum berubah dari Andi yang dikenalnya dulu yang penuh dengna perhatian. Hnya karena waktu yng sekian lamaemisahkan, menjadikan mereka kali canggung dan mencoba menyibak misteri masing-masing dengn penuh hati-hati. Ada kuncup kecil di hati Syafia.. 

Syafia seakan lupa dengan sederetn type lelaki yang telah dia blacklist untuk menjadi suaminya. Untuk Andi sepertinya daftar itu tak lagi berarti. 

"Ada aa dengan diriku...?! Syafia semakin terperosok dalam kegalauan yang semakin dalam. 

NEXT